Zionisme adalah sebuah gerakan politik
kaum Yahudi
yang tersebar di seluruh dunia untuk kembali lagi ke Zion,
bukit di mana kota Yerusalem berdiri. Gerakan yang
muncul di abad ke-19 ini semula ingin
mendirikan sebuah negara Yahudi di Afrika
kemudian berubah di tanah Palestina
yang kala itu dikuasai Kekaisaran Ottoman
(Khalifah Ustmaniah)
Turki.
Zionisme merupakan
gerakan Yahudi
Internasional. Istilah zionis pertama kali dipakai
oleh perintis kebudayaan Yahudi,
Mathias Acher
(1864-1937), dan gerakan ini diorganisasi oleh beberapa tokoh Yahudi
antara lain Dr. Theodor Herzl
dan Dr. Chaim Weizmann.
Dr. Theodor Herzl menyusun doktrin Zionisme sejak 1882 yang kemudian
disistematisasikan dalam bukunya "Der
Judenstaat" (Negara Yahudi) (1896). Doktrin ini
dikonkritkan melalui Kongres Zionis Sedunia pertama di Basel,
Swiss,
tahun 1897.
Setelah berdirinya negara Israel
pada tanggal 15
Mei
1948,
maka tujuan kaum zionis berubah menjadi pembela negara baru ini.
Rapat Dewan Umum PBB
mengeluarkan Resolusi 3379
tanggal 10 Desember 1975,
yang menyamakan Zionisme dengan diskriminasi
rasial. Akan tetapi pada 16
Desember 1991,
resolusi
tersebut dicabut kembali.
Neturei Karta
Neturei Karta (Bahasa
Aram
yang secara harfiah berarti Penjaga Kota) adalah organisasi tertua yang
menentang gerakan dan ideologi zionisme.
Dimulai pada abad ke-18, dengan pelopornya adalah kelompok Yahudi Ortodoks yang
dipimpin oleh rabi Yisroel ben Eliezer(27 Agustus
1698-22
Mei
1760).
Neturei Karta kerap
menyebut di mereka sebagai Perserikatan Yahudi Penentang Zionis, dibentuk
secara resmi pada 1935 sebagai reaksi atas munculnya zionisme dan rencana
pembentukan negara Israel.
Penentangan itu dilatarbelakangi keyakinan bahwa pembentukan negara Israel
hanya diperbolehkan pada saat kedatangan sang juru selamat (Messiah/Imam
Mahdi).
Pada awalnya anggota
organisasi ini terkonsentrasi di Yerusalem.
Kemudian, mereka menyebar sampai London,
New
York,
berbagai kota di Amerika Utara dan juga di Lithuania.
Mereka menilai kaum zionis yang dianggap sekuler, telah mengotori Tembok
Ratapan.
Sejumlah pemimpin
organisasi ini punya kedekatan hubungan dengan Iran.
Mereka menganggap Iran sebagai sahabat karena melihat pemerintahannya bersikap
cukup adil terhadap warga minoritas Yahudi yang hidup di sana.
Asal-Muasal
Zionisme Modern
Ideologi Zionisme Modern berakar pada pemikiran
seorang Yahudi Mesiah palsu bernama Sabbatai Zevi dalam abad ke-17, ia
mengklaim dirinya sebagai juru selamat Yahudi yang dijanjikan, ia datang untuk
mendirikan kerajaan Yahudi di tanah yang dijanjikan di Palestina. Zevi adalah
seorang tokoh yang sangat kontroversial, dia tidak hanya menolak Talmud tetapi
memerintahkan untuk melakukan apa yang bertentangan dengan perintah Tuhan di
dalam Talmud. "Dosa" dan "kesalahan" tidak ada lagi
dan segala sesuatu serta apa pun diperbolehkan, perintah-perintah Tuhan
di dalam Taurat sekarang dibatalkan, karena neurut Zevi, zaman mesiah telah
tiba dan dialah orangnya yang akan melakukan penyelamatan terhadap
mereka.
Shabbatai
Zevi
Sebagaimana ditulis oleh Jerry Rabow dalam
bukunya berjudul "50 Jewish Messias" diterbitkan oleh Gefen di
Jerusalem, (sumber Barry Chamish): "Melalui semua ini, Shabbatai Zevi
terus mengeluarkan pernyataan mengenai perubahan teologis yang dilakukannya
sehubungan dengan kedatangan zaman messiah. Kebaktian baru Shabbatai
adalah, 'Pujian kepada-Nya yang membolehkan yang terlarang." Ketika segala
sesuatu akan diizinkan pada zaman messiah, Shabbatai mengumumkan bahwa
banyak dari pembatasan-pembatasan sebelumnya dalam Taurat tidak lagi diterapkan
lagi. Dia menghapuskan hukum mengenai hubungan seksual. Dia secepatnya
mengumumkan bahwa sejumlah tigapuluh enam jenis dosa utama yang dimuat dalam
kitab Bibel saat ini diizinkan dan memerintahkan sebagian dari
pengikut-pengikutnya bahwa adalah tugas mereka untuk melakukan beberapa dosa
dalam rangka untuk mempercepat penyelamatan "
Zevi atau Zvi adalah seorang kabbalis dan okultis
yang menipu sebagian besar Yahudi pada waktu itu dan yang datang kemudian. Dia
dilahirkan pada tanggal 9 Agustus 1626, di Smyrna, Turki. Pada tahun 1666 dia
pindah agama dan memeluk Islam bersama-sama dengan sebagian dari
pengikut-pengikutnya dan mengganti namanya dengan Aziz Mehemet. Sebagian
besar Yahudi dikecewakan dengan tindakannya ini, akan tetapi dia mengatakan kepada
mereka bahwa dia harus menjadi Muslim dalam rangka untuk memurtadkan
orang-orang Muslim mengajaknya kedalam agama Yahudi, namun sebaliknya, kepada
Sultan dan orang-orang Turki menceritakan bahwa dia harus tetap melakukan
hubungan yang erat dengan Yahudi dalam rangka untuk memurtadkan Yahudi dan
mengajaknya masuk kedalam agama Islam. Dengan demikian Zevi bebas untuk pergi
kemanapun dan melakukan apapun yang ia sukainya.
Shabbatai Zvi, Nathan Ghazzati
sang nabi dan Jacob Frank
Perihal Zevi diungkapkan kepada orang-orang
Turki oleh mesiah Yahudi lain dari Polandia. Zevi menyatakan kepada
mesiah dari Polandia mengenai nubuwatan yang diberikan oleh orang
kepercayaannya, Nathan Ghazzati sang nabi, bahwa Zevi ditakdirkan untuk menjadi
penguasa Kekaisaran Ottoman. Akibatnya, Zevi diasingkan
ke sebuah desa kecil di Albania dimana disana ia mati. Akan tetapi para
pengikut Shabbatai sungguh kemudian menjadi penguasa sebenarnya di Turki
modern, sekalipun hanya melalui cara halus yang tidak nampak.
Pengaruh Zevi di antara Yahudi tidak hilang
dengan kematiannya, banyak orang Yahudi mempercayai si jago tipu-muslihat ini
yang menghalalkan tipu-daya sebagai sebuah cara untuk mencapai tujuannya.
Kemudian. seorang rabbi ekstrem bernama Rebbe Berechiah menggantikan peran Zevi
dan mengambil-alih gerakan Shabbataisme.
Barry Chamish dalam sebuah artikelnya berjudul
"Deutsch Devils," (Desember 31, 2003), dalam situsnya
(barryChamish.com) mengatakan bahwa "para pengikut Shabbatai melanjutkan
kehidupan kelompok mereka dengan sembunyi-sembunyi di dalam sebuah
sekte Donmeh di Turki, kegiatan mereka berlanjut sampai dengan hari ini,
sebagaimana dilaporkan secara ekstensif pada tahun ini, bahkan dilaporkan pula
oleh the Jerusalem Post. Salah seorang pengikut Donmeh adalah Jacob Frank
(1726-1726), yang akan mentransformasikan Eropa dan dunia ke dalam sebuah
neraka Shabbataian, setidaknya setelah satu abad kemudian."
Jacob Frank
Jakob Frank kemudian menggantikan Rebbe Berechiah
dan dalam abad kedelapan belas membawa ideologi Donmeh ke Eropa. Dia membuat
sebuah persekutuan di dekat Frankfurt, Jerman, dengan seorang Jesuit bernama
Adam Weishaupt dan kerajaan Rothschild. (Adam Weishaupt adalah pendiri
Illuminati dan perampas kekuasaan atas loji-loji Freemasonic di seluruh dunia,
khususnya loji-loji di Inggris serta Scotlandia).
Barry Chamish, di dalam artikel tersebut di atas,
ia mengutip ucapan Rabbi Antelman yang menjelaskan didalam bukunya " To
Eliminate the Opiate: " bahwa "Sebuah gerakan yang sepenuhnya
pengikut setan saat ini sedang memegang peran". Tujuan Jesuit adalah
menghancurkan agama Reformasi Protestan yang mendorong dikembalikannya
kedudukan seorang paus yang diberikan kewenangan penuh untuk menghakimi
terhadap seluruh umat manusia. Sedangkan tujuan keluarga Rothschild adalah
untuk melakukan kontrol terhadap kekayaan dunia. Sementara visi Frankist
adalah membinasakan etika Yahudi untuk menggantikannya dengan sebuah
agama yang benar-benar bertentangan dengan kehendak Tuhan
atau [Setanisme kelas atas]. Ketika fraksi ini bersatu, meletuslah
peperangan demi peperangan berdarah melawan kemanusiaan, dengan Yahudi di garis
terdepan"
Dalam sebuah buku berjudul "The Messianic
Idea in Judaism" ditulis oleh profesor Yahudi Gershon Scholem
(edisi 1971, halaman 126) pengarang menulis tentang Jacob Frank sbb:
"Dalam semua tindakannya [Jacob Frank] bertindak sebagai seorang yang
sungguh-sungguh sangat jahat dan merosotkan moral dan etika individu" dan
sebagai "salah satu dari fenomena yang paling menakutkan dalam keseluruhan
sejarah Yahudi."
Jacob Frank menganggap dirinya sebagai seorang
messiah. Dia mengaku sebagai titisan dari kepala keluarga Yahudi, Jacob.
Dia memerintahkan kepada k.l. 13,000 orang pengikut-pengikutnya untuk
berpura-pura memeluk agama Katholik dan melakukan infiltrasi di dalam
gereja Katholik. Dia menunjuk Katholik sebagai "Esau," saudara
Jacob menurut kitab Bibel, sementara dia dan para pengikut-pengikutnya mengaku
sebagai bagian dari Jacob menurut kitab Bibel. Kepada pemeluk agama
Kristen Katholik dia menceritakan bahwa sudah waktunya untuk melakukan sebuah
rekonsiliasi antara "Jacob" dan "Esau." Sementara itu dia
mengatakan kepada para pengikut-pengikutnya secara rahasia, bahwa mereka
berperan sebagai Jacob yang menipu Esau sebagaimana dalam cerita Alkitab, sehingga
melalui cara penipuan ini, kata Jacob, kita akan mendirikan sebuah
kerajaan Yahudi yang anti-kristus di wilayah Palestina.
Rabow, dalam bukunya pada halaman 130 menyebutkan
bahwa: "para pengikut Frankis juga melibatkan diri dalam berbagai intrik politik
internasional, dan mengirimkan utusan rahasia kepada pemerintah Russia serta
Gereja Ortodoks Ketimuran menawarkan untuk membantu menggulingkan pemerintah
Polandia serta Gereja Katholik."
Jerry Rabow menggambarkannya lebih rinci dalam
bukunya "50 Jewish Messiahs" (sumber Barry): "Dia [Frank]
memperluas pengajaran paradoks Shabbatai Zevi bahwa dengan datangnya zaman
messiah telah terjadi transformasi Alkitab mengenai larangan hubungan
seksual menjadi dibolehkan dan bahkan merupakan sebuah kewajiban. Menurut
Frank, melibatkan diri kedalam sebuah pesta-pora seks sekarang menjadi cara
atau jalan untuk melakukan pensucian jiwa dari dosa-dosa. Penyelewengan
susila menjadi sebuah terapi ... Frank meyakinkan para pengikut-pengikutnya
bahwa hanya ada satu jalan bagi agama Yahudi yang mereka yakini untuk tetap
bertahan adalah dengan cara berpura-pura secara lahiriah memeluk agama Kristen,
sebagaimana dilakukan oleh Yahudi Donmeh, berpura-pura memeluk agama Islam.
Dalam bulan Pebruari 1759, para pengikut Frank menyatakan
kepada Gereja Katholik bahwa mereka siap untuk di baptis."
Pada halaman 121 buku Rabow, disebutkan bahwa:
"Donmeh sekarang telah merubah Shabbatain Purim ke dalam sebuah pesta-pora
seks tahunan, ketika para anggotanya saling bertukar pasangan dalam sebuah
upacara yang disebutnya sebagai 'memadamkan cahaya -extenguishing the
lights.' Donmeh menjustifikasi pesta pora seks Purim, dan mereka juga secara
reguler mempraktekan aktivitas hubungan seks lainnya dengan saling bertukar
pasangan istri-suami dengan memuji keteladan kitab Bibel
The Jewish Encyclopedias mendefinisikan Donmeh
sebagai "sebuah kata Turki untuk 'orang murtad' dan mengacu kepada Yahudi
dari Timur Dekat pengikut Sabbatai Zevi yang memeluk agama Islam pada tahun
1666, tetapi dengan diam-diam mereka masih mempraktekan ajaran dan upacara
agama Yahudi, menyembah Sabbatai sebagai Mesiah dan titisan Tuhan."
Peneliti lain mengatakan bahwa: "Sikap
Yahudi Donmeh kepada publik Turki memperlihatkan kasih sayang yang besar
kepada Islam, akan tetapi di kalangan mereka, seluruhnya menolak Islam
bahkan meremehkannya." Tidak perlu dikatakan lagi bahwa di
Kekaisaran Ottoman mereka juga secara diam-diam dan bahkan lebih membenci serta
meremehkan agama Kristen. Sama seperti yang dilakukan oleh
"Turki" Donmeh yang berkuasa di Turki sewaktu Perang Dunai I ketika
terjadi Genosida atas suku bangsa Armenia. Mereka adalah para penguasa
Kekaisaran Ottoman dan merekalah yang melaksanakan serta memberikan perintah
untuk melakukan pembantaian -- dengan cara paling kejam yang tidak pernah
terpikirkan dalam benak manusia sesuai dengan rencana yang telah mereka buat
untuk membantai -- hampir semua penduduk Kristen di Asia Kecil: Satu Setengah
Juta orang Armenia, setengah juta orang Yunani dan Yunani Pontian serta setengah
juta orang Asyria dan Caldean.
Pengarang Turki, Mevlan Z. Rifat, mengacu pada
sekte Donmeh dan dikatakannya sebagai "sebuah sekte sinkretis
Yahudi-Muslim," yang ditulis dalam bukunya berjudul "Inner
Folds of the Ottoman Revolution" 1929.-- "Genosida bangsa Armenia
diputuskan pada bulan Agustus 1910 dan Oktober 1911 oleh seorang anggota Komite
Turki Muda, dimana keseluruhan anggota komite adalah Yahudi Balkan dalam bentuk
sekte sinkretis Yahudi-Muslim, termasuk di dalamnya adalah Tallat, Enver, Behaeddin
Shakir, Jemal dan Nazim, mereka bergaya dan bersikap seperti orang-orang
Muslim. Hal itu sesuai dengan loji Grant Orient yang didanai oleh Rothschild di
Yunani Salonika. Oleh karena itu tidaklah heran infrastrukturnya disusun dalam
bulan Agustus 1914 di Erzerum untuk merencanakan Pembantaian
Besar-besaran - Great Massacres, hampir tiga bulan sebelum Turki terlibat ke
dalam Perang Besar. Selama Perang Dunia I, Yahudi menduduki posisi-posisi
penting dalam pemerintahan Turki yang belum pernah terjadi pada masa-masa
sebelumnya, termasuk anggota sekte sinkretis Yahudi-Muslim adalah tiga
orang presiden Turki, yaitu Ataturk, Inonu, dan Bayar." Tidak diketahui
apakah buku karangan Rifat tersedia terjemahannya dalam bahasa Inggris atau
tidak, namun buku itu sudah diterjemahkan kedalam bahasa Armenia pada tahun
1939.
Seorang ilmuwan Yahudi bernama Avrum M.
Ehrlick, menulis buku dengan judul "Sabbatean Messianism As
Proto-Secularism" (sumber, tulisan Berry, Kerry, Gaza and the New
Sabbatean Holocaust): "Dr Nazim, Nuzhet Faik, Mustafa Arif, Muslihiddin
Adil, Sukru Bleda, Halide Edip Adivar dan Ahmet Emin Yalman mereka semuanya
aktif di dalam gerakan Turki Muda serta berasal dari keluarga Yahudi Donmeh.
Mehmet Kapanci (1839-1924) seorang
walikota Salonica dan pemilik bank terkenal yang membiayai C.U.P
[beberapa orang Armenia adalah anggota mason dan bagian dari the Committee of
the Union and Progress Party sebelum terjadinya Genosida] dan berasal dari
Yahudi Donmeh. Yahudi lainnya yang aktif di dalam gerakan Turki Muda adalah
Nissim Mazliah dari Izmir dan Vitali Faradji, Moise Cohen (juga dijuluki Munis
Tekinalp) adalah Yahudi yang aktif dan pernah menjadi mahasiswa kerabbian
kemudian beralih menjadi pebisnis serta dengan aktif menyatakan kebanggaan
identitasnya sebagai seorang Turki dengan sentimen/perasaan Zionis ...
Adalah aneh bahwa Perdana Menteri Israel pertama dan kedua, yaitu David Ben
Gurion dan Moshe Sharett serta Presiden kedua Israel Yitzchak Ben Zvi
pernah tinggal serta belajar di Istambul dan memeluk konsep 'lehitatmen', yang
dalam bahasa Ibrani artinya adalah 'untuk menjadi seorang Ottoman'. Ben
Zvi dikatakan orang sebagai keturunan dari keluarga Sabbatean. Sharett bertugas
pada angkatan darat Ottoman dalam Perang Dunia I. Ben Gurion pindah kewarganegaraan
Russia menjadi warganegara Ottoman, mereka takut melakukannya di
Palestina. Presiden Israel Ben Zevi, Zalman Shazar dan status yang lebih
rendah lainnya seperti Yitzchak Navon, mereka menjadi mahasiswa Ottomanism.
Mehmet Cavit Bey (1875-1926) adalah salah seorang tokoh politik Yahudi
Donmeh yang paling penting. Dia aktif dalam revolusi pada tahun 1908, ia juga
sebagai seorang editor sukses sebuah tabloid dan profesor keuangan serta pernah
menjadi Menteri Keuangan selama tiga periode dalam pemerintahan Turki Modern
sampai dieksekusi karena diduga keras berperan dalam usaha pembunuhan Ataturk.
Cavit Bey adalah seorang Zionis yang paling bersemangat yang dapat melihat
keuntungan-keuntungan bagi Turki di pemukiman Yahudi di Palestina."
Kemal Attaturk
Avrum Ehrlich menguraikan secara terperinci dalam
bukunya yang sama : "Tingkat keterlibatan Yahudi dalam revolusi
gerakan Turki Muda diperdebatkan, beberapa membantah bahwa Yahudi dan Yahudi
Donmeh mendominasi the Committee of the Union and Progress Party (C.U.P) yang
menguasai Negara. Yang lainnya berpendapat bahwa hal ini adalah retorika
anti-Yahudi dan terlalu melebih-lebihkan, sementara itu Yahudi mendukung
revolusi di tingkat lapisan bawah, mereka tidak benar-benar terwakili di eselon
partai. Menurut diplomat Inggris yang melaporkan kepada pemerintahnya
menjelaskan bahwa ada sebuah komplotan konspirasi Yahudi-Masonik yang bekerja
menguntungkan revolusi. Donmeh dipercaya sama-sama terlibat dalam revolusi,
akan tetapi detilnya yang pasti sedikit diketahui karena sejumlah alasan-alasan
... Adalah melalui loji Masonik-lah bahwa Donmeh, Yahudi dan
Bektashi serta kaum sekuler, mereka yang kurang diterima dalam lingkungan
mainstream masyarakat, namun kemudian mereka mampu mendapatkan pijakan yang
sejajar, dan banyak dari mereka menjadi instrumen penting dari revolusi. ...
Dalam hubungan ini, benar atau tidaknya, terdapat kecurigaan bahwa Masonry
bertanggungjawab atas hasutan dan aktivitas-aktivitasnya yang bersifat
subversif, memang Turki waktu itu merupakan tempat yang sesuai untuk sebuah
revolusi, menyediakan loji dan personilnya, kerahasiaan serta kerangka untuk
revolusi. Donmeh tumbuh subur di lingkungan Masonik, membiarkan mereka secara
rahasia maupun untuk mempengaruhi, memelihara ide-ide religius mereka dalam
sebuah atmosfir yang non-dogmatis. Menghilangkan perbedaan antara Yahudi dan
orang-orang Muslim, mereka tampak merepresentasikan kepuasan yang dikompromikan
dari sebuah revolusi sekuler Turki Muda. Sampai hari ini Donmeh
terlibat dalam Loji-loji Masonik Turki."
Barry Chamish percaya bahwa Genosida Bangsa
Armenia adalah sebuah pengulangan Holokos Yahudi. Berry adalah mantan seorang
anggota militer Israel dan beralih profesi menjadi seorang wartawan
investigasi, ia sudah memberikan peringatan kepada sesama orang Yahudi mengenai
akan terjadinya sebuah Holokos Kedua Yahudi yang waktunya sesuai dengan yang
direncanakan Israel. Saat ini bangsa-bangsa Arab dan orang-orang Muslim
memainkan peran Nazi Jerman sewaktu Perang Dunia II.
Penelitian Barry menyampaikannya kepada
fakta, bahwa baik para perencana maupun penghasut Genosida bangsa Armenia
dalam Perang Dunia II itu pada dasarnya sama dengan perencana dan penghasut
Holokos Yahudi pada waktu Perang Dunia II, dan mereka sedang merencanakan holokos
Yahudi lainnya saat terjadi Perang Dunia III, yang direncanakan disulut di
Timur Tengah.
Jangan menuduh pengarang artikel ini sebagai
seorang anti-Semit, dia akan menjadi orang pertama yang datang untuk membantu
setiap orang Yahudi yang hidupnya dalam keadaan bahaya. Juga, dia bukan
seorang pembenci, hatinya penuh dengan cinta-kasih terhadap sesama.
Dia juga bukan seorang pendusta, dia tidak akan
melakukan kedustaan dengan sengaja; sekarang dia seorang tua yang ayahnya
termasuk salah seorang yang selamat dari Genosida bangsa Armenia 90 tahun lalu
dan dia sedang berusaha untuk menemukan fakta apa yang sebenarnya terjadi,
karena keadilan di muka bumi ini belum menyentuh terhadap Genosida
Armenia dan isunya tidak pernah akan mati. Tidak bisa disapu di bawah permadani
sebagaimana dilakukan oleh Turki dan sekutu mereka sedang berusaha untuk
melakukan hal yang sama.
Sebagaimana dikatakan oleh President Putin
sewaktu melakukan kunjungan pertamanya ke Israel: "Dalam abad ke-21,
di masa mendatang tidak ada lagi tempat untuk penyakit xenophobia - benci pada
asing, anti-Semitisme atau bentuk-bentuk lain daripada ketidak-toleranan rasial
atau religius. Hal ini bukan hanya merupakan hutang kita kepada jutaan yang
mati di dalam kamar-kamar gas [dan dapat saya tambahkan, dalam medan pembunuhan
Armenia yang bersejarah], adalah tugas kita untuk generasi yang akan
datang."
The
Origins Of Modern Zionism
Part
Two
The
Anti-Christ That The Christians Missed
Di dalam artikel saya sebelumnya, The Origins of
Modern Zionism, Saya menulis tentang pendiri dari Sabbateanism atau Zionisme
modern, kabbalist Sabbatai Zevi, yang lahir di Smyrna (sekarang: Izmir) di
Turki pada tahun 1626, dimana Jesus Sendiri memberikan referensi langsung yang
bersifat nubuwatan sebagai berikut:
"Unto the angel of the Church in Smyrna
write....I know the blasphemy of them which say they are Jews, and are not, but
are the synagogue of Satan." Revelation to St. John The Divine 2: 9.
Jesus mengetahui bahwa di Smyrna akan lahir
seorang Anti-Kristus yang penuh dengan penghinaan terhadap Tuhan yang akan
mendirikan sebuah gerakan yang anggotanya tidak hanya terdiri dari orang Yahudi
asli, akan tetapi juga Yahudi gadungan pengikut Setan, yang berpura -pura atau
bersikap seperti orang Yahudi dan dengan demikian bisa menyusup ke dalam
sinagog Yahudi serta kemudian memimpin Yahudi yang sebenarnya untuk
disesatkannya ke jalan Setan.
Zevi menghapuskan Perintah-perintah Tuhan karena
dia mengklaim zaman messiah telah tiba dan dia adalah messiah Yahudi itu yang
akan mengantarkan zaman messiah itu menjadi sebuah kenyataan. Doa Zevi:
"Terpujilah Dia yang telah mengizinkan yang terlarang." Seorang
Yahudi asli yang tidak mau disebutkan namanya baru-baru ini membuat komentar
sbb: "Para pengikut Sabbatai percaya bahwa jika Alkitab mengatakan 'Jangan
membunuh,' kemudian membunuh. Jika Alkitab mengatakan 'Jangan berzinah,'
berzinah. Sepenuhnya jahat dan merusakkan tabiat, mereka adalah ahli dalam
melakukan infiltrasi ke dalam agama lain. Donmeh Turki adalah Yahudi yang telah
pindah agama kepada Islam akan tetapi tetap sebagai Yahudi (palsu). Mereka juga
telah menginfiltrasi agama Kristen, Freemasonry, dan pemerintah dan yang
lain-lainnya. Mungkin sebagian besar neocons adalah Sabbatean."
Sabbateanisme menjadi sebuah gerakan rahasia yang
anggota-anggotanya adalah mereka yang mendirikan sekte yang dikenal dengan nama
Donmeh di Kekaisaran Ottoman, yang mengambil alih kekuasaan kerajaan
Turki dalam sebuah revolusi Masonik pada tahun 1908 . Jacob Frank (dilahirkan
pada tahun 1726), turunan kedua Sabbatai Zevi dan pemimpin gerakan
Sabbatean setelah kepemimpinan Rebbe Berechiah, dia membuat sebuah persekutuan
dengan Keluarga Rothschilds dan Illuminati; kemudian dia dan
pengikut-pengikutnya melakukan infiltrasi kedalam Gereja Katholik dengan cara
memerintahkan kepada ribuan pengikutnya untuk berpura-pura memeluk agama
Katholik. Pemrakarsa sebenarnya genosida keseluruhan penduduk Kristen di Asia
Kecil yang k.l. berjumlah dua juta setengah selama terjadinya Perang
Dunia I dan beberapa tahun sesudahnya, adalah para pengikut Sabbatai Zevi;
demikian juga, merekalah pelaku Holokos Yahudi dan orang-orang Gypsy selama
berlangsungnya Perang Dunia II. Hanya saja mereka memanfaatkan tangan-tangan
Turki dan Jerman untuk melakukan pekerjaan jahat dan kotor mereka.
Sebuah aspek mistik agama penyembah Setan
Sabbatean adalah kepercayaan mereka terhadap suatu "percikan suci-holy
spark" yang terdapat di dalam setiap diri manusia yang ditanamkan
oleh oleh Tuhan, sang pencipta. Mereka percaya bahwa adalah merupakan sebuah
tugas keagamaan untuk membebaskan "percikan suci" ini dan
mengirimkannya kembali kepada Tuhan, dengan cara ini mereka percaya bahwa
mereka telah melayani Tuhan dan dengan melakukan hal ini, mereka meyakini telah
melakukan ibadah/kebaikan untuk-Nya.
Pembunuhan-pembunuhan yang mereka lakukan
terhadap siapapun bukanlah merupakan sesuatu yang tidak disukai atau terlarang,
membantai ratusan ribu, bahkan melakukan genosida terhadap satu suku bangsa
pun, untuk mereka tidak ada guilty feeling. Dalam keyakinan mereka,
membunuh adalah dalam rangka membebaskan "percikan suci." Tentu saja
hal ini jelas Setanisme, murni dan sederhana.
Memang benar Tuhan meletakkan Holy Spark kekal di
dalam diri setiap manusia dalam rangka mendewasakan, mengembangkan diri serta
pertumbuhannya. Tuhan adalah satu-satunya yang bisa mengambil kembali percikan
suci (atau atom) tersebut. Untuk Tuhan, putih adalah putih dan hitam
adalah hitam, jika seseorang membunuh maka dia adalah disebut sebagai
seorang pembunuh. Tentu saja banyak pengikut Sabbataean yang
mempraktekkan Setanisme dan mereka percaya terhadap pembunuhan, atau
"panenan," dalam rangka untuk mengirimkan kembali "percikan
suci," atau "atom" yang dimiliki manusia, yang merupakan kehidupan
dan energi spiritual kepada Setan sebagai sebuah hadiah.
Sabbatean tidak perlu melakukan kekejaman itu
dengan cara langsung, sebagian besar mereka menyukai untuk melakukannya secara
tidak langsung melalui wakil-wakilnya; penipuan adalah semboyan mereka.
Penipuan diizinkan oleh Tuhan di muka bumi, sebuah fakta dari keyakinan
Sabbatean yang mereka ketahui dengan baik sekali.
Dewasa ini, gerakan Sabbatean menggunakan nama
samaran yaitu Zionisme, yang sedang menggiring seluruh orang Yahudi kedalam
satu tempat dalam rangka untuk membebaskan mereka dari 'percikan suci"
atau memanen dari mereka "percikan suci" dalam suatu "Holokos
Kedua Yahudi" yang akan datang di bekas wilayah Palestina. Mereka
percaya bahwa berjuta-juta "percikan suci," asli Made in
Israel, akan dibebaskan dari Yahudi yang dibunuh oleh orang-orang Muslim dan
Arab selama Perang Dunia III yang akan datang, dimana Sabbatean akan menjadi
pengarang atau penulis naskah. Mereka mengharapkan dewa-dewa berhala mereka
menjadi penerima korban percikan suci itu.
Murid-murid Jacob Frank dimanfaatkan untuk
dihancurkan di atas tanah sambil mengucapkan nubuatan sementara BUSA mulai
keluar dari mulut mereka. Hal ini adalah jelas merupakan sebuah tanda dari
pengaruh Setan yang dikuasai oleh entitas yang jahat.
Jesus Kristus, the Divine Shepherd, akan membawa
sebagian besar Yahudi dan Kristen bersama-sama serta menyatukan mereka KEDALAM
SEBUAH KESATUAN. Hal ini adalah merupakan satu alasan bagi Yahudi dan Kristen
untuk mencintai serta saling tolong-menolong satu sama lain.
Sumber : www.wikipedia.org,
www.akhirzaman.info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar