Thalassemia
adalah kelainan darah yang sifatnya menurun (genetik), di mana penderitanya
mengalami ketidakseimbangan dalam produksi hemoglobin (Hb). Hemoglobin sendiri
adalah komponen sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen.
Hemoglobin terdiri dari beberapa jenis protein, diantaranya protein alpha dan
protein beta.
Penderita
Thalassemia tidak mampu memproduksi salah satu dari protein tersebut dalam
jumlah yang cukup, sehingga sel darah merahnya tidak terbentuk dengan sempurna.
Akibatnya hemoglobin tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah yang cukup.
Hal ini berujung dengan anemia (‘kekurangan darah’) yang dimulai sejak usia
anak-anak hingga sepanjang hidup penderitanya.
Thalassemia
terdiri atas beberapa tipe. Mereka yang tidak mampu memproduksi protein alpha
dalam jumlah yang cukup disebut thalassemia alpha. Sedangkan mereka yang
kekurangan produksi protein beta, menderita thalassemia beta. Di Indonesia
lebih banyak ditemukan kasus thalassemia beta. Insiden pembawa sifat
Thalassemia di Indonesia berkisar antara 6-10%, artinya dari setiap 100 orang
6-10 orang adalah pembawa sifat Thalassemia.
Murni Penyakit Keturunan
Thalassemia
diturunkan oleh orang tua yang carrier kepada anaknya. Sebagai contoh, jika
ayah dan ibu memiliki gen pembawa sifat Thalassemia (thalassemia trait), maka
kemungkinan anaknya untuk menjadi pembawa sifat Thalassemia adalah sebesar 50%,
kemungkinan menjadi penderita Thalassemia mayor 25% dan kemungkinan menjadi
anak normal yang bebas Thalassemia hanya 25%.
Gejala Dan Tingkat Keparahan Thalassemia Beta
Gejala
Thalassemia beta sangat bervariasi, tergantung keparahan/kerusakan gen yang
terjadi, mulai dari tanpa gejala (seakan normal) hingga yang butuh transfusi
darah seumur hidup. Pada thalassemia minor, kerusakan gen yang terjadi umumnya
ringan. Penderitanya hanya menjadi pembawa gen Thalassemia, dan umumnya tidak
mengalami masalah kesehatan, kecuali gejala anemia ringan yang ditandai dengan
lesu, kurang nafsu makan, sering terkena infeksi dan sebagainya. Kondisi ini sering
disalahartikan sebagai anemia karena defisiensi zat besi.
Pada
thalassemia mayor, terjadi kerusakan gen yang berat, sehingga jantung penderita
mudah berdebar-debar. Berkurangnya hemoglobin berakibat pada kurangnya oksigen
yang dibawa, sehingga jantungnya terpaksa bekerja lebih keras. Selain itu, sel
darah merahnya cepat rusak sehingga harus senantiasa dibantu suplai dari luar
melalui transfusi.
Thalassemia intermedia merupakan kondisi antara mayor dan minor, dapat mengakibatkan anemia berat dan masalah lain seperti deformitas tulang dan pembengkakan limpa. Rentang keparahan klinis pada Thalassemia Intermedia ini cukup lebar, dan batasnya dengan kelompok Thalassemia Mayor tidak terlalu jelas sehingga, keduanya dibedakan berdasarkan ketergantungan sang penderita pada tranfusi darah.
Thalassemia intermedia merupakan kondisi antara mayor dan minor, dapat mengakibatkan anemia berat dan masalah lain seperti deformitas tulang dan pembengkakan limpa. Rentang keparahan klinis pada Thalassemia Intermedia ini cukup lebar, dan batasnya dengan kelompok Thalassemia Mayor tidak terlalu jelas sehingga, keduanya dibedakan berdasarkan ketergantungan sang penderita pada tranfusi darah.
Komplikasi Penanganan Thalassemia
Penanganan
Thalassemia sangat tergantung pada jenis yang diidap penderitanya. Penderita
Thalassemia Minor umumnya tidak memerlukan pengobatan. Penderita thalassemia
intermedia mungkin memerlukan transfusi darah dengan frekuensi yang
berbeda-beda, tergantung tingkat keparahan anemia masing-masing. Penderita
thalassemia mayor umumnya harus menjalani transfusi darah setiap 2-3 minggu
sekali sepanjang hidup mereka, dan biasanya transfusi darah mulai diperlukan
sebelum ulang tahun mereka yang kedua.
Transfusi
darah berulangkali dapat mengakibatkan kondisi kelebihan zat besi yang disebut
iron-overload, yang menyebabkan hati dan limpanya membengkak, sehingga perutnya
menjadi buncit. Untuk mengatasi kelebihan zat besi ini, mereka harus menjalani
terapi khelasi (chelation therapy) dengan bahan desferal, yang biayanya juga
relatif tinggi sebagaimana transfusi darah yang harus mereka jalani secara
rutin.
Kini,
kemajuan ilmu kedokteran menjanjikan hari depan yang lebih baik bagi penderita
thalassemia, dibandingkan duapuluh lima tahun yang lalu sebelum
diperkenalkannya protokol tranfusi modern dan terapi khelasi. Saat ini, banyak
penyandang Thalassemia yang menyelesaikan pendidikan tinggi, dan bahkan dapat
membina keluarga. Prosedur khelasi kini telah mengarah pada khelasi oral yang
tidak merepotkan, dan kebutuhan transfusi sedang dijajaki untuk digantikan
dengan transplantasi sumsum tulang belakang (bone marrow transplant/BMT).
Skrining Dan Diagnosisnya
Karena
penampilan sebagian besar individu pembawa sifat thalassemia (thalassemia
trait) tidak dapat dibedakan dengan individu normal, maka statusnya hanya dapat
ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Anak-anak dengan gejala thalassemia
perlu melakukan skrining. Mengingat insiden thalassemia trait cukup tinggi
(6-10%), sebaiknya semua orang Indonesia dalam usia subur melakukan skrining
Thalassemia. Demikian juga ibu hamil, perlu melakukan skrining thalassemia dan
bila ada indikasi dilanjutkan dengan diagnosis prenatal. Dengan demikian
diharapkan prevalensi penyakit thalassemia di Indonesia dapat berkurang.
Selain
untuk skrining, pemeriksaan laboratorium juga digunakan untuk diagnosis,
pemantauan perjalanan penyakit dan pemantauan hasil terapi yang lebih akurat. Pemeriksaan
laboratorium untuk skrining dan diagnosis Thalassemia meliputi :
·
Hematologi Rutin : untuk mengetahui
kadar Hb dan ukuran sel-sel darah
·
Gambaran Darah Tepi : untuk melihat
bentuk, warna dan kematangan sel-sel darah
·
Feritin, SI dan TIBC : untuk melihat
status besi
·
Analisis Hemoglobin : untuk
diagnosis dan menentukan jenis Thalassemia
·
Analisis DNA : untuk diagnosis
prenatal (pada janin) dan penelitian
Sumber :
DokterSehat.com
saya Ingin merekomendasikan dan me jelaskan bagi yg baru saja tervonis thalasemia atau yang sudah lama tervonis thalassemia coba Baca sampai habis mungkin bermanfaat.
BalasHapusTegakkan atau TUNTASKAN diagnosa thalsemianya... Ini penting sekali!... Jangan hanya karena dugaan/suspect thalasemia, kemudian sudah memastikan thalasemia...
1. Sudah konfirm (pasti) hasil labnya menunjukkan thalasemia, bukan hal yg lainnya...
.
2. DAN... Ada dua kali kejadian, hbnya turun dibawah 7... (tanpa diiringi suatu serangan penyakit dari luar)... ini penting sekali, untuk menyaring thalasemia intermediate (yg tak akan bisa dipastikan dengan hasil lab saja! kecuali cek genetik!)
Maksudnya ketika terkena serangan penyakit, thaller intermediate bisa saja hbnya turun dibawah 7 dan perlu bantuan tranfusi, tapi belum tentu perlu rutin berkala!...
3. ATAU... meski Hb diatas 7, adanya salah satu saja, gejala fisik yg jelas dan menyolok, seperti terlambatnya tumbuh kembang, perubahan tulang, limpa atau liver yg membesar, jantung yg bermasalah...
Jadi jika ada (no 1 DAN no 2), ATAU (no 1 DAN no 3)Baru diputuskan masuk 'terapi tranfusi', alias masuk program tranfusi rutin berkala...
.
Sekali diputuskan masuk terapi tranfusi berkala, ATUR JARAK ANTAR TRANFUSINYA
jangan lupa terapi suportif yg lainnya (wajib bagi thalasemia mayor maupun intermediate!) yaitu jaga kecukupan asupan asam folat, vitamin B12, dan vitamin E-nya... untuk apa?
1. karena produksi darah pada thaller mayor/intermediate itu jauh lebih cepat dibanding orang normal, maka bahan dasar pembentukan sel darah, yg salah duanya yaitu asam folat dan vit B12, automatis dibutuhkan banyak itu TAK AKAN terkejar oleh asupan makanan sehari hari!... karena itulah thaller mayor/intermediate itu WAJIB konsumsi tambahan asam folat setiap harinya!...sedang untuk vit B12, karena makanan pokok kita adalah nasi, masih bisa mengandalkan asupan vitB12 dari itu...
Jika kekurangan asam folat dan vit B12, maka kondisi anemianya akan memburuk... Thalasemia PLUS defisiensi asam folat... Hbnya akan turun lebih cepat, atau bagi yg intermediate kesetimbangan hbnya akan drop (sehingga butuh bantuan tranfusi!)...
2. vitamin E adalah pilihan yg cocok untuk thaller mayor/intermediate, karena vitamin C bisa berdampak mempercepat penyerapan zat besi diusus
disamping itu, kinerja organ liver pada thaller mayor/intermediate itu jauh lebih berat dibanding orang normal... artinya .. jika thaller mayor/intermediate lalai menjaga organ livernya, maka kondisi thalasemianya akan memburuk... oleh karena itulah, vitamin liver itu penting buat thaller mayor/intermediate
bagi thaller alpha, ada yg jadi jarang tranfusinya (memang seharusnya begitu!), setelah dia konsumsi rutin asam folat, vitamin E dan vitamin liver usahakan cari yang jenis herbal jangan sintetik karna lebih baik dan aman herbal dari pada sintetik. Dan kami selama ini meme berikan vitamin itu dari dokter yusuf yang berbahan herbal tr baik dari beliau. Kami juga di sarankan oleh teman yang anaknya sudah sembuh.
Alahamdulilah selama ini kosumsi vitamin dari beliau kondisi liver dll jauh lebih baik.
Yang Ingin kosumsi vitamin tr baik seperti kami coba hubungi dokter yusuf nya langsung. Ini nomor beliau 0853-6167-52-32