Rabu, 08 Mei 2013

Kenakalan Remaja



Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transis.
Definisi kenakalan remaja menurut para ahli
  • Kartono, ilmuwan sosiologi “Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”.
  • Santrock Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.”
Sejak Kapan Masalah Kenakalan Remaja Mulai Disoroti?
Masalah kenakalan mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat.
Jenis-Jenis Kenakalan Remaja
  • Penyalahgunaan narkoba
  • Seks bebas
  • Tawuran antara pelajar
Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
Faktor Internal:
  1. Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
  2. Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor Eksternal:
  1. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
  2. Teman sebaya yang kurang baik
  3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Hal-hal yang bisa dilakukan atau cara mengatasi kenakalan remaja:
  1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
  2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
  3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
  4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
  5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Kenakalan Remaja Siswa - Makalah, Pengertian, Macam Macam dan Cara Mengatasinya
1.        Remaja - Siswa dan Masalahnya

Sebagian orang berpendapat bahwa masa muda sebagian saat yang paling indah dan nikmat. Penuh kegembiraan. Memang tidaklah salah, tetapi dikatakan benar seluruhnya adalah tidak mungkin, masalahnya tergantung dari segi memandangnya. Jika dilihat dari kemauannya yang tanpa dikaitkan dengan masa depan, ia bebas berhura-hura, bermewah-mewah tanpa harus memeras kringat bagaimana mencari rupiah demi rupiah guna memenuhi kebutuhan sehari-harinya ia sambil merayu dan dibubuhi alasan, jika tidak ditiruti dia akan pergi dari rumah (minggat).

Makalah Kenakalan Remaja - Tetapi jika memandang dari sudut yang berkaitan dengan masa depan remaja itu sendiri sarat tanggung jwab yang akan dipikul. Maka masa remaja lebih dapat disebut masa yang paling berat, penuh tantangan, ia harus bekerja lebih berat, memanfaatkan setiap waktu yang dimuliki, ia harus memperhatikan mental rohaniah aqliyah, fisik jasmaniah untuk memproses regenerasi yang pasti menghampirinya. Fisik tubuh, makanan bergizi, intelektual menghayati ilmu pengetahuan dan mental santapan rohani yang berisi norma tata nilai yang abadi dan luhur, fisik dilatih dengan penghayatan dan pengalaman religi hingga latihan terakhir ini bisa mengilhami seluruh sikap dan tingkah lakunya.

Kita mengetahui bahwa anak lahir dalam keadaan fitroh dengan potensi yang yang berwujud kemungkinan-kemungkinan ia pandai, baik budinya, teguh mentalitasnya dan sebaliknya banyak dipengaruhi lingkungan nya dimana dia hidup. Tri Pusat Pendidikan yaitu sekolah, keluarga dan masyrakat, masing-masing mempunyi peranan dalam membentuk karakter. Sekolah dengan segala fasilitasnya beserta kondisi yang ada tidak kecil pengaruhnya. Masyarakat dengan budayanya serta dengan iklim yang ada dan juga dimana anak hidup dan diasuh secara terus menerus sehingga sulit memilih mana yang paling dominan dalam mempengaruhi prilaku anak.

Latar belakang Kenakalan Remaja oleh rangkaian faktor yang saling mengikat. Lingkungan keluarga, keharmonisan orang tua serta suri tauladan sangat menentukan, namun dalam rangkaian menanggulangi kenakalan remaja menuntut Tri Pusat Pendidikan secara menyeluruh karena kesadaran Tri Pusat Pendidikan dalam proses pendewasaan anak adalah kunci utama dalam membentuk pribadi anak.

Pengertian remaja disebut juga "pubertas" yang nama berasal dari bahasa latin yang berarti "usia menjadi orang" suatu periode dimana anak dipersiapkan untuk menjadi individu yang dapat melaksanakan tugas biologis berupa melanjutkan keturunannya atau berkembang biak (Mappiare, 1982:27).
Menurut Gunarso dalam bukunya Mappiare yang berjudul "Psikologi Remaja" mengatakan bahwa masa remaja adalah masa antara 12-22 tahun sebagai masa remaja 1. dan masa ini adalah erat bersangkutan langsung dengan pertumbuhan dan perkembangan biologis dan psikologis. Dalam masa peralihan ini timbul berbagai kesulitan dalam diri si anak baik secara jasmani maupun rohaninya. Pergaulan akan demikian halnya anak akan merasakan adanya kekakuan pada dirinya sendiri, masa ini desebut juga sebagai perasaan yang sangat peka; remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan dan perasaan serta emosinya.

3.      Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja - Siswa

Adapun sebab-sebab kenakalan remaja dapat dibedakan atas dua sebab yaitu sebab intern dan sebab ekstern. Sebab-sebab berupa cacat keturunan. Pembawaan negatif yang sukar dikendalikan, pemenuhan, kebutuhan pokok yang tidak seimbang, lamanya pengawasan diri, kurangnya penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baik tidak memiliki kegemaran-kegemaran yang sehat.

Sebagai langkah pertama yang digali dan dicari latar belakang kenakalan siswa yang berpangkal pada siswa sendiri, faktor-faktor yang mendorong siswa, secara beruntun sesuai dengan urgensinya, menurut pandangan bersama sejumlah tokoh pendidikan pada dasrnya bersumber pada :

a) Lingkunga rumah tangga,
b) Teman buruk,
c) Kondisi ekonomi,
d) Problem waktu luang,
e) Faktor-faktor eksternal lain,
f) Lemahnya kepribadian lain,
g) Faktor-faktor kesehatan,
h) Nyanyian dan cerita cabul,
i) Sempitnya ruangan kelas,
j) Kurang tertarik pada salah satu mata pelajaran,
k) Kurangnya saran-saran pemeliharaan individual sekolah,
l) Tidak efektifnya metode yang diterapkan,
m) Tidak terpenuhi praktek-prratek kondisi sosial,
n) Kurangnya iklim-iklim kondusif bagi kecenderungan siswa.

4.      Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja – Siswa

Dalam penelitian ini dipakai istilah "kenakalan remaja" yang mana istilah remaja menunjukkan usia perkembangan anak laki-laki atau perempuan di atas kategori anak dan di bawah dewasa sebagaimana definisi diatas.

Kendatipun masa remaja itu tidak ada batas umur yang tegas, yang ditunjukkan akan tetapi penulis memilih dalam batas usia kejahatan, minum-minuman keras, merokok di tempat umum sebelum batas umur yang pantas, dan sebagainya.

5.   Upaya Pendidikan Agama dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa – Remaja

Setelah membahas
masalah remaja dan masalah faktor penyebab serta bentuk-bentuk kenakalan remaja, maka jelaslah bahwa bentuk apapun mempunyai akibat yang negatif bagi masyarakt, keluarga maupun bagi dirinya sendiri. Jika dibiarkan begitu saja akan mengakibatkan masa depan generasi muda akan menjadi suram. Oleh karena itu, perlu sekali adanya penanggulangan kenakalan remaja.

Adapun upaya tersebut sebagai berikut :
  • Tindakan previntif yaitu segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan remaja.
  • Tindakan represif yaitu tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan remaja yang lebih akurat.
  • Tindakan kuratif dan rehabilitasi yakni memperbaiki akibat perbuatan nakal terutama individu yang melakukan perbuatan tersebut (Singgih : 161).
Atas dasar pengertian tindakan preventif tersebut maka ruang lingkup kegiatannya ada 2 yaitu :
a.    Daya upaya bersifat umum yang terdiri :

1)    Usaha mengenal atau mengetahui ciri-ciri umum dan ciri-ciri khusus remaja.
2)    Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum yang dialami oleh remaja.
3)    Usaha-usaha pembinaan remaja, dengan cara
  • Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapi
  • Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan ketrampilan, melainkan pendidikan mental pribadi melalui pengajaran agama
  • Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi perkembangan pribadi yang wajar
  • Usaha memperbaiki keadaan lingkungan sekitar keadaan, lingkungan sosial keluarga maupun masyarakat dimana terjadi banyak kenakalan remaja (Singih, 1983 : 162).
b.    Daya upaya yang bersifat khusus

Usaha-usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus dilakukan oleh para pendidik terhadap kelainan tingkah laku para remaja. Pendidikan mental di rumah tentunya merupakan tanggung jawab orang tuandan anggota keluarga lainnya. Juga sarana pendidikan lainnya yang mengambil peranan penting dalam pembentukan pribadi yang wajar dengan mental yang sehat dan kuat misalnya oleh OSIS.

Usaha-usaha pendidikan agama dapat dibagi menjadi :

a.    Pendidikan Pranatal

Yaitu pendidikan yang dilakukan pada saat anak masih dalam kandungan ibunya, dimana saat ibu mengandung harus mendapatkan bimbingan kearah kesempurnaan tata kehidupan yang sehat dan menurut agamanya. Pendidikan pranatal dapat dibagi 2 macam yaitu :
1)    Secara ilmiah :
  • Cara hidup ibu hamil harus teratur
  • Ibu harus makan makanan yang sehat dan bergizi
  • Ibu harus menjaga kesehatan badannya, pakaian, tempat tinggalnya/kebersihan lingkungan.

2)    Secara Agama :
  • Dengan banyaknya beribadah kepada Allah dan banyak membaca al-Qur'an
  • Selalu berakhlak baik dan terpuji dan selalu melakukan perbuatan baik.
b.    Pendidikan Postnatal

Yaitu pendidikan yang dilakukan setelah anak itu lahir, dalam hal ini yang memegang peranan penting adalah keuarga, karena keluarga merupakan unit terkecil yang memberikan pondasi primer bagi perkembangan anak sedangkan metode yang digunakan untuk pendidikan agama dalam keluarga antara lain:
  1. Membiasakan anak hidup dalam suasana keagamaan
  2. Memberikan contoh dalam perbuatan yang kongkrit
  3. Selalu memberikan pimpinan dan bimbingan pada anak
  4. Membina hubungan akrab dengan anak
  5. Menanamkan sikap disiplin
  6. Memanfaatkan waktu luang dengan baik 
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terbentuk berdasarkan cinta kasih antara dua subyek yaitu suami isteri, berdasarkan asas ini lahirlah anak sebagai penerus perjuangan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh tim dosen FKIP IKIP Malang (1980:14) dalam bukunya "Pengantar Dasar-dasar Kependidikan" yaitu : "Motivasi pengabdiaon orang tua (keluarga) ini semata-mata demi cinta kasih yang kodrati. Di dalam suasana cinta dan kemesraan inilah proses pendidikan berlangsung seumur hidup anak dalam tanggung jawab keluarga".

c.    Pendidikan di sekolah

Sekolah merupakan pembinaan yang telah diletakkan dengan dasar-dasar dalam lingkungan keluarga sekolah menerima tanggung jawa pendidikan berdasarkan kepercayaan keluarga

Di sekolah di bawah asuha guru-guru pendidik, anak memperoleh pendidikan dan pengajaran. Anak belajar berbagai ilmu pengtahuan dan ketrampilan yang dijadikan sebagai bekal untuk kehidupannya kelak di masyarakat.

Pada masing-masing tingkat kelembagaan sekolah tentu ada seorang pimpinan sekolah, dimana pimpinan sekolah dala prrogram bimbingan terdapat beberapa tanggung jawab, misalnya menganai cara memahami tingkah laku siswa, pimpinan sekolah mengorgannisi dewan bimbingan pelaksanaan program bimbingan di sekolah akan baik sekali hasilnya dengan membentuk dewan bimbinmgan yang dibawah pengawasan kepala sekolah.

Adapun dewan bimbingan yang dipilih dengan syarat-syarat tertentu adalah sebagai berikut:
  1. Ia harus mengetahui/mempunyai pengetahuan dan pengertian psikologi perkembangan, mental hygiene, tes dan pengukuran
  2. Ia harus memiliki rasa hormat, simpati dan pengertian terhadap anak sebagai individu
  3. Ia harus mempunyai kepribadian yang seimbang dan hendaknya seorang yang dihormatri oleh teman-teman gurunya
  4. Ia harus memiliki pandangan yang tajam dalam mencatat kebutuhan-kebutuhan murid dan masalah-masalah murid
  5. Ia harus seseorang yang gembira dan semnagat (Jumhur dan Surya 1975:124).
d.    Lingkungan Masyarakat

Masyarakat turt serta meikul tanggung jawab pendidikan. Secara sederhana masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebuadayaan dan agama. Setiap masyarakat mempunyai cita-cita peraturan-peraturan dan system kekuasaan tertentu.

Masyarakat besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada didalamnya. Pemimpin masyarakat muslim tentu saja menghendaki agar setiap anak didik menjadi anggota yang taat dan patuh menjalankan agamanya, baik dalam lingkungan keluarganya, anggota sepermainannya, kelompok kelas dan sekolahnya. Bila anak telah besar diharapkan menjadi anggota yang baik pula sebagai warga desa, warga kota dan warga negara.

Dengan demikian, di pundak mereka terpikul keikutsertaan membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak. Ini berarti bahwa pemimpin dan penguasa dari masyarakat ikut bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan. Sebab tanggung jawab pendidikan pada hakikatnya merupakan tanggung jawab moral bagi setiap orang dewasa baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok sosial. Tanggung jawab ini ditinjau dari segi ajaran Islam, secara implisit mengandung pula tanggung jawab pendidikan (Zakiah dkk, 2000:44).

Adapun tindakan represif adalah merupakan tindakan secara hukum yang bersifat pendidikan yang meniolong remaja, tindakan diambil apabila terbukti jika remaja benar-benar melakukan pelanggaran hukum orang yang secara langsung membantunya.

Adapun menindak pelanggaran, hukum norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap pelanggaran. Di rumah remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku. Di samping itu harus ada tata hukuman yang dibuat oleh orang tua terhadap pelanggaran tata tertib keluarga, begitu pula di sekolah, maka kepala sekolah yang berwenang dalam melaksanakan hukuman terhadap tata tertib di sekolah.

Umumnya, tindakan represif ini diberikn dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun tulisan kepada orang tua atau melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan tim guru atau seterusnya dari macam pelanggaran tat tertib sekolah yang telah digariskan.
Sumber : www.belajarpsikologi.com, www.sarjanaku.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar