Kamis, 02 Mei 2013

Selayang Pandang Tentang Kopi



Kopi yang Mengubah Eropa
Revolusi bermula di kedai-kedai kopi.
SEJAK Baba Budan, seorang jamaah haji asal Mysore, India, menyelundupkan tujuh biji bibit kopi dari Jazirah Arab ke kampungnya di India pada abad ke-15, penyebaran kopi ke seluruh dunia tinggal menunggu waktu. Benua biru, Eropa, menjadi wilayah selanjutnya yang diinvasi bebijian pahit ini. Namun, hingga abad ke-17, pengetahuan “orang-orang Barat’ perihal kopi boleh dibilang minim. 
Kronik sekira tahun 1600, yang berisi sekelompok pemuka gereja mendatangi Paus Clement VIII untuk memintanya memfatwa haram kopi, menggambarkan betapa asingnya mereka terhadap kopi. Catatan Sir George Sandys, penyair asal Inggris, pada 1610 masih menunjukkan hal yang sama. Dia menulis, orang-orang Turki bisa ngobrol hampir sepanjang hari sambil menyeruput minuman yang digambarkan sebagai “sehitam jelaga, dan rasanya tak biasa”. Sandys juga mengatakan bahwa minuman ini, “sebagaimana mereka (orang-orang Turki) bilang, membuat plong pencernaan dan menyegarkan tubuh.”
Baru pada 1615 orang-orang Eropa secara formal berkenalan dengan kopi. Saat itu para pedagang dari Venezia, Italia, membawa pulang kopi dari daerah Levant, yang kini dikenal sebagai area Timur Tengah, meliputi Israel, Yordania, Libanon, dan Syiria. Setahun kemudian, sebagaimana ditulis pemilik situs gallacoffee.co.uk, James Grierson, dalam  artikel “History of Coffee: Part III - Colonisation of Coffee”, giliran orang Belanda yang membawa kopi dari daerah Adan, Yaman, lalu membudidayakannya, dari Ceylon (sekarang Sri Lanka) hingga ke Nusantara. Belanda akhirnya memetik hasil. Mereka memonopoli industri kopi dunia, bahkan bisa menentukan harga. Puncaknya, pada 1700-an, kopi produksi Jawa bersaing dengan kopi asal Mocha,Yaman, sebagai produk kopi paling populer di dunia.
Awalnya orang-orang Eropa memperlakukan kopi sebagai bahan medis yang memberikan efek positif buat tubuh. Harganya mahal. Umumnya dikonsumsi masyarakat kelas atas. Pada 1650-an, ketika penjaja minuman lemon di Italia mengikutsertakan kopi sebagai barang jualannya, sementara kedai-kedai kopi di Inggris bermunculan, minuman ini mulai menemukan dimensi sosialnya; dikonsumsi sembari berbincang-bincang.
Saat kopi mulai menyebar ke negara-negara besar Eropa, cerita lama berulang kembali. Muncul pihak-pihak yang menentangnya. Menurut Linda Civitello dalam Cuisine and Culture: A History of Food and People, pada 1679, dokter-dokter dari Prancis membuat catatan buruk tentang kopi. Dikatakannya, “...dengan penuh kengerian bahwa kopi membuat orang tak lagi doyan wine.” Serangan ini disusul oleh seorang dokter muda yang menganggap kopi bisa mengakibatkan keletihan, menimbulkan hal-hal buruk pada otak manusia, menggerogoti fungsi tubuh, serta biang keladi impotensi.
Pihak yang membela pun segera bersuara. Seorang dokter, juga asal Prancis, Philippe Sylvestre Dufour, menerbitkan buku yang menilai positif minuman eksotik ini. Lalu pada 1696, seorang dokter Prancis juga mengatakan kopi baik untuk tubuh dan menyegarkan kulit. Namun, sebagaimana akan kita lihat nanti, oposisi terhadap kopi tak berhenti sampai di sini.
Ketika mulai menemukan dimensi sosialnya, kopi tak lagi sekadar minuman yang rutin dikonsumsi, tapi juga terlibat dalam banyak perubahan sosial-politik di Eropa. Linda Civitello mengatakan, untuk kali pertama orang (Eropa) memiliki alasan untuk berkumpul di ruang publik tanpa melibatkan alkohol. Kegiatan ini pun berkembang menjadi rutinitas sosial yang bersifat politis. Sebagaimana ditulis situs The Economist pada 7 Juli 2011, “Back to the coffee house”, pada era tersebut konsep media massa belum lagi dikenal. Berita tersebar dari mulut-ke mulut di kedai-kedai kopi, melalui proses dialogis. 
Para penguasa yang deg-degan, karena khawatir hal-hal politik dibincangkan orang di kedai-kedai kopi, mulai ambil kuda-kuda. Kekhawatiran itu tak berlebihan. Sejarawan Prancis, Michelet, dikutip Mark Pendergrast dalam Uncommon Grounds: The History of Coffee and How it Transformed Our World, menggambarkan penemuan kopi sebagai revolusi yang menguntungkan dan mampu memunculkan kebiasaan-kebiasaan baru, bahkan memodifikasi temperamen manusia. Ide-ide yang beredar dalam diskusi di kedai-kedai kopi pada akhirnya terakumulasi dalam peristiwa Revolusi Prancis.
Di Jerman, popularitas kopi mengganggu penguasanya, Frederick the Great. Pada 1777, dia mengeluarkan manifesto yang mendukung minuman tradisional Jerman, bir: “Menjijikkan melihat meningkatnya kuantitas kopi yang dikonsumsi rakyatku, dan implikasinya, jumlah uang yang keluar dari negara kita. Rakyatku harus minum bir. Sejak nenek moyang, kemuliaan kita dibesarkan oleh bir.” Hal serupa sempat terjadi di Prancis ketika kopi mulai menyaingi wine. Sementara di Inggris, King George II memusuhi kopi lantaran orang-orang yang berkumpul di kedai-kedai kopi kerap mengolok-olok dirinya.
Namun tak ada perlawanan paling keras terhadap eksistensi kedai kopi di London ketimbang Women’s Petition tahun 1674, yang memrotes terbuangnya waktu para lelaki di kedai kopi, serta tak memungkinkannya perempuan berkunjung ke kedai kopi, sebagaimana di Prancis. Lalu, pada 29 Desember 1675 Raja Inggris Charles II mengeluarkan pernyataan tentang Pelarangan Kedai Kopi, dengan alasan membuat orang mengabaikan tanggungjawab sosial serta mengganggu stabilitas kerajaan. Suara-suara protes pun bermunculan di London. Klimaksnya, dua hari sebelum aturan itu berlaku, raja mengundurkan diri. 
Di bagian lain Eropa, yakni Wina, Austria, perkenalan negeri ini dengan kopi seperti mengulang kisah klasik yang pernah terjadi di tempat lain. Juli 1683, pasukan Turki yang dipukul mundur meninggalkan beragam barang, termasuk lima ratus karung besar berisi kacang aneh, yang dianggap para tentara sebagai makanan unta. Karena ternyata unta-unta tak doyan, mereka lemparkanratusan karung tersebut ke api. Kolschitzky, seorang tentara yang pernah tinggal di Jazira Arab, terbangun oleh aroma kopi terbakar tersebut. 
“Demi Maria Yang Suci!” teriak Kolschitzky. “Yang kalian bakar itu kopi! Kalau kalian tak tahu gunanya, berikan padaku.” Makan dengan bekal tersebut ia membuka kedai kopi yang termasuk generasi awal di Wina. Beberapa dekade kemudian, kopi mewarnai kehidupan intelektual di kota tersebut. 
Namun gambaran kedai kopi tak melulu didominasi catatan positif. Begitu terbukanya tempat-tempat seperti ini membuat orang dari berbagai latar belakang kelas sosial dan karakter, bertemu bersamaan. Karenanya, seperti digambarkan sebuah catatatan yang dikutip Mark Pendergrast, di kedai kopi orang membaca, mengobrol; lalu-lalang orang, para perokok, dan beragam aroma bercampur jadi satu, tak ubahnya kabin tongkang.
Negara-negara lain di Eropa mulai mengenal kopi sekitar periode yang sama. Sementara negara-negara Skandinavia, yang paling buncit berkenalan dengan kopi, sebagaimana data tahun 2002 yang tertera di nationmaster.com, kini malah menjadi wilayah yang konsumsi kopi perkapitanya tertinggi di dunia.

Ritual Ngopi
Dicerca lalu dipuja, pesona harum kopi sukses menaklukkan berbagai belahan dunia.
KOPI luwak pernah bikin heboh. Sebabnya, rencana pengharaman kopi luwak oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Setelah melalui perdebatan hangat, MUI akhirnya mengeluarkan fatwa bahwa kopi luwak mengandung najis namun halal jika dicuci terlebih dulu sebelum dikonsumsi. Menilik sejarahnya, hukum halal-haram kopi juga sudah diperdebatkan oleh kaum agamawan.
Pelarangan kopi dipercaya hampir setua umur kopi mulai dikonsumsi manusia. Hal ini bisa diketahui dari sebuah cerita rakyat di daerah Abyssinia, sekarang Etiopia. Dikisahkan, seorang penggembala bernama Kaldi melihat kambing-kambingnya kegirangan setelah memakan buah menyerupai beri merah yang belum pernah dia lihat. Dia pun mencicipinya dan merasakan efek rasa segar. Ketika dia memberi tahu orang-orang, popularitas buah ini segera meroket di daerah tersebut.
Tapi tak semua orang berpikir seperti Kaldi. Para agamawan setempat, yang mencurigai efek energi dari buah itu, segera menganggap gejala tersebut sebagai “pekerjaan setan”. Barulah setelah tahu buah itu bisa membantu mereka begadang untuk melakukan ibadah, buah yang di kemudian hari dikenal sebagai kopi ini legal dikonsumsi.
Sejak itu, hanya butuh sedikit waktu bagi kopi untuk tersebar ke daerah lain. Saat Etiopia menginvasi Yaman pada abad ke-6, mereka membudidayakan kopi di sana. Aktivitas perdagangan dengan bangsa Arab ikut membantu mempopulerkan kopi.
NationalGeographic.com dalam artikel “Escape from Arabia” menyebut bangsa Arab jualah yang menemukan cara baru mengonsumsi buah ini. Jika sebelumnya dimakan dengan cara dibungkus lemak binatang, kopi mulai diseduh sebagai minuman, sebagaimana kita kenal sekarang.
Menurut Reay Tannahill dalam Food in History, bangsa Arab menyambut baik kopi karena dianggap dapat menggantikan minuman keras yang dilarang dalam Islam. Hal ini terlihat dari kepercayaan sebagian orang bahwa penamaan kopi atau coffee dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Arab, qahwa, yang berarti minuman anggur, alias wine. Sebagian lainnya meyakini akar kata coffee adalah: kaffa, sebuah wilayah di Etiopia; istilah Arab quwwa yang berarti kekuatan; atau kafta, nama minuman yang dibuat dari tanaman khat. Di Indonesia, kata “kopi” berasal dari bahasa Belanda koffie.
Menurut Mark Pendergrast dalam Uncommon Grounds, sejak awal mengenal kopi, para sufi asal Arab menggunakannya sebagai minuman yang membantu menyegarkan stamina dan menguatkan konsentrasi saat berdoa di tengah malam. Sebuah riwayat menyebut Nabi Muhammad pernah mengakui efek kesegaran kopi dan menyebutnya mampu “mengalahkan tenaga empat puluh lelaki dan memengaruhi empat puluh perempuan”.
Tak berlebihan untuk mengatakan bahwa kopi menyebar bersama Islam. Pokoknya, kemana Islam pergi, ke sana pula kopi ikut. Ketika agama ini merentangkan pengaruhnya ke Turki, negara-negara Balkan, Spanyol, dan Afrika Utara, kopi dapat ditemukan di sana. Beberapa sumber bahkan menyebutnya sebagai "minuman Islam”.
Namun hingga abad ke-15 tak ada bibit kopi yang menyebar. Bangsa Arab yang sadar arti penting kopi sebagai komoditas, memonopoli peredaran kopi dengan mencegah peredaran bibit kopi ke luar daerah Arab. Kebun-kebun kopi dijaga ketat. Rencana ini berantakan hanya gara-gara Baba Budan, seorang jamaah haji asal Mysore, India, menyelundupkan tujuh bibit kopi dengan menempelkan di perutnya, lalu memulai perkebunan kopi di kampungnya.
Karena popularitasnya kian membumbung, kopi yang awalnya identik dengan ritual keagamaan merambah ke sisi sekuler kehidupan manusia. Dalam dunia medis, pada abad ke-9, Al Razi menjadi orang pertama yang menyebut kopi dalam tulisannya dengan memasukkan kata bunn dan sebuah minuman bernama buncham, dalam ensiklopedi tentang zat-zat yang dipercaya menyembuhkan penyakit. Sayangnya, karya ini telah musnah. Sementara pada abad ke-11, Ibnu Sina mengatakan bunchum dapat “membentengi tubuh, membersihkan kulit, dan mengeringkan kelembaban di bawahnya, serta memberikan bau yang enak untuk tubuh”.
“Sekularisasi” kopi juga terlihat dengan jelas di Turki. Pada 1453, di sana berdiri toko kopi pertama di dunia, Kiva Han. Pentingnya kopi dalam kehidupan masyarakat Turki membuat negeri ini membolehkan tuntutan untuk menceraikan suami yang tak mampu memenuhi kebutuhan kopi untuk istrinya. Hal ini menunjukkan bahwa kopi telah menjadi komoditas sehari-hari.
Ketika kedai-kedai qahveh mulai populer, para politikus, filosof, seniman, pendongeng, pelajar, wisatawan, hingga pedagang ngopi sambil menonton pertunjukan musik. Mereka juga kerap mendiskusikan soal-soal  politik, sosial, dan keagamaan sambil minum kopi. Penentangan terhadap kopi oleh kaum agamawan pun kembali muncul. Banyak penguasa juga menganggap rakyatnya menghabiskan terlalu banyak waktu dengan bersenang-senang di kedai kopi. Apalagi kedai kopi juga menjadi ajang pesta-pora, main judi, catur, dan permainan lainnya. “Para pelanggan dimanjakan dengan berbagai kegiatan yang membuang-buang waktu,” kata sejarawan Ralph Hattox dalam “Coffee and Coffeehouses” sebagaimana dikutip DecentCoffee.com.
Sekelompok Muslim pun mengekspresikan kemarahannya, karena kopi yang dianggap sebagai teman ibadah mereka diperlakukan seperti itu. Mereka menutup paksa kedai-kedai kopi. Bahkan di Konstantinopel terjadi kekerasan; seorang yang dianggap melanggar kesucian kopi diikat pada sebuah kantong kulit dan dijebloskan ke sungai. Untuk mengatasinya, pemerintah setempat mengambil jalan tengah. Kedai kopi boleh dibuka jika mereka bersedia membayar pajak.
Mark Pendergrast mencatat, di tempat lain, kejadian yang mirip terjadi. Pada 1511, Gubernur Mekkah Khair-Beg, yang menganggap pengaruh kopi tak ubahnya seperti anggur, melarang kedai-kedai kopi di kotanya. Hal tersebut berhenti hanya karena Sultan Kairo, yang menggandrungi kopi, membatalkan keputusan itu. Namun selama abad ke-16, banyak pemimpin dan pemuka agama Arab yang tetap mengecam kopi. Meski begitu, para peminum kopi tetap meneguk kopi secara diam-diam, hingga tak ada larangan lagi.
Berbeda dengan masyarakat Arab, hingga abad ke-16, orang-orang Eropa belum mengakrabi harum kopi. Sebagaimana dikutip Belief.Net, Claudia Rosen dalam bukunya Coffee, menceritakan bahwa baru pada 1615, saat para pedagang Venesia membawanya ke Eropa, kopi segera menggebrak seisi benua tersebut. Di Italia, beberapa pemuka gereja mulai khawatir. Mereka menyebut kopi sebagai “temuan pahit setan” sehingga meminta Paus Clement VIII melarangnya.
Clement VIII memutuskan untuk mencicipinya sebelum menjatuhkan putusan. “Kenapa minuman setan ini demikian lezat,” katanya setelah menyeruput, “sayang jika membiarkan para Muslim memilikinya secara eksklusif. Kita harus menipu setan dengan “membaptis” kopi.”
Sejak itu, penyebaran kopi di Eropa tak terbendung lagi hingga hari ini.

Manfaat Kopi Bagi Kesehatan
Berbicara mengenai kopi, banyak orang yang masih berpendapat bahwa kopi buruk bagi kesehatan. Sebenarnya hal itu tidak sepenuhnya benar. Kopi, asalkan dikonsumsi secara bijak, sebenarnya justru bermanfaat bagi kesehatan. Apa pun, bukan hanya kopi, bila dikonsumsi berlebihan pasti tidak baik.

Manfaat Kopi
Menurut Harvard Women’s Health, konsumsi kopi beberapa cangkir sehari dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2, pembentukan batu ginjal, kanker usus besar, penyakit parkinson, kerusakan fungsi hati (sirosis), penyakit jantung serta menghambat penurunan daya kognitif otak.
  • Diabetes. Dua puluh studi yang dilakukan di seluruh dunia menunjukkan bahwa kopi mengurangi risiko diabetes tipe 2 hingga 50%. Para peneliti menduga penyebabnya adalah asam klorogenik di dalam kopi berperan memperlambat penyerapan gula dalam pencernaan. Asam klorogenik juga merangsang pembentukan GLP-1, zat kimia yang meningkatkan insulin (hormon yang mengatur penyerapan gula ke dalam sel-sel). Zat lain dalam kopi yaitu trigonelin (pro vitamin B3) juga diduga membantu memperlambat penyerapan glukosa.
  • Kanker. Riset secara konsisten menunjukkan bahwa kopi mengurangi risiko kanker hati, kanker payudara dan kanker usus besar.
  • Sirosis. Kopi melindungi hati dari sirosis, terutama sirosis karena kecanduan alkohol.
  • Penyakit Parkinson. Para peminum kopi memiliki risiko terkena Parkinson setengah lebih rendah dibanding mereka yang tidak minum kopi.
  • Penyakit jantung dan stroke. Konsumsi kopi tidak meningkatkan risiko jantung dan stroke.  Sebaliknya, kopi justru sedikit mengurangi risiko stoke. Sebuah studi atas lebih dari 83.000 wanita berusia lebih dari 24 tahun menunjukkan mereka yang minum dua sampai tiga cangkir kopi sehari memiliki risiko terkena stroke 19% lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak minum kopi. Studi terhadap sejumlah pria di Finlandia menunjukkan hasil yang sama.
  • Fungsi kognitif. Studi atas 4.197 wanita dan 2.820 pria di Perancis menunjukkan bahwa meminum setidaknya tiga cangkir kopi sehari dapat menghambat penurunan fungsi kognitif otak akibat penuaan hingga 33 persen pada wanita. Namun, manfaat yang sama tidak ditemukan pada pria. Hal ini mungkin karena wanita lebih peka terhadap kafein.
Efek Negatif Kopi
Namun demikian, kopi juga memiliki efek negatif. Kafein sebagai kandungan utama kopi bersifat stimulan yang mencandu. Kafein mempengaruhi sistem kardiovaskuler seperti peningkatan detak jantung dan tekanan darah. Dampak negatif itu muncul bila Anda mengkonsumsinya secara berlebihan.
Bagi kebanyakan orang, minum dua sampai tiga cangkir kopi tidak memberikan dampak negatif. Meminum kopi dengan frekuensi lebih dari itu bisa menimbulkan jantung berdebar-debar, sulit tidur, kepala pusing dan gangguan lainnya. Oleh karena itu, bagi mereka yang mengkonsumsi kopi agar tidak mengantuk–misalnya karena kekurangan tidur– disarankan agar konsumsinya disebar sepanjang hari.
Riset mengenai hubungan konsumsi kopi dengan keguguran kandungan tidak memberikan kesimpulan seragam. Tetapi, untuk amannya ibu hamil disarankan tidak minum lebih dari satu cangkir kopi sehari.

Berikut Ini Kelebihan & Kekurangan Pada Kopi

Kelebihan:
1.Menambah kecepatan berfikir dan inspirasi
2.Mengurangi rasa ngantuk dan kelelahan
3.Meningkatkan sensor stimuli dari reaksi motorik, misalnya seorang yang mengetik akan dapat bekerja lebih cepat dan dengan tingkat kesalahan lebih kecil.
4.Dapat mengurangi rasa sakit kepala (menurut peneliian di Chicago,USA)
5.Meningkatkan daya ingat (Penelitian ilmiah di John Hopkins School of Medicine di Baltimore dan Harvard)
6.Mengatasi reaksi alergi
7.Terhindar dari Alzheimer dan Parkinson
8.Mencegah diabetes. Asam klorogenik yang terkandung di kopi dapat membantu mencegah resistensi insulin, yang merupakan pertanda adanya penyakit diabetes
Kekurangan:
1."Mabuk" kafein. Jika terlalu banyak kandungan kopi yang masuk dalam tubuh dan melebihi ambang normal, bisa menyebabkan intoksikasi kafeina, semacam 'mabuk' kafein. Gejala yang terlihat adalah timbulnya rasa resah, risau, suasana hati tidak menentu, mudah mrah, cemas, merasa depresi, sulit konsentrasi, sulit tidur, dan sering buang air kecil
2.Beresiko osteoporosis
3.Denyut jantung dan tekanan darah meningkat
4.Dapat membuat para pria mandul karena zat yang terkandung di kopi
5.Kopi dapat menyebabkan gangguan percernaan kerena terlalu banyak mengkonsumsi
6. Kopi dapat menggangu pertumbuhan/kesuburan bagi para wanita yang memkonsumsi kopi lebih dari 2 cangkir sehari

Ternyata Kopi Membuat Orang Lebih Positif
Ada kabar baik buat pencinta kopi. Ternyata dosis kafein yang setara dengan dua sampai tiga cangkir kopi membantu orang melihat sisi positif lebih cepat. Hal ini disimpulkan soleh sebuah penelitian yang dilakukan oleh psikolog di Jerman. Psikolog eksperimental bernama Lars Kuchinke dan timnya dari Universitas Ruhr, Jerman meminta 66 sukarelawan untuk mengenali secara cepat rangkaian huruf acak yang ditampilkan di komputer.
Sebagian dari mereka diberikan tablet yang mengandung 200 mg kafein, 30 menit sebelum diuji. Dosis kafein setara dengan dua atau tiga cangkir kopi, sementara lainnya diberikan pil laktosa yang tidak menimbulkan efek. Para peneliti menemukan para sukarelawan yang mengonsumsi tablet kafein 7% lebih akurat untuk mengenali kata-kata positif daripada kata-kata lainnya. Professor Kuchinke menyatakan hal ini disebabkan karena kafein merangsang beberapa area otak yang terhubung dengan hal positif.
Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa orang-orang yang diberikan kafein tersebut bisa mengenali kata-kata, gambar, dan suara positif lebih cepat daripada yang negatif.
Dalam usaha untuk memahami bagaimana kepositifan ini bekerja, para peneliti bereksperimen dengan kafein. Hasilnya mengarah padarespon yang lebih cepat dan kesalahan yang lebih sedikit di sebuah tugas mental yang sederhana.
“Walaupun kafein meningkatkan beberapa fungsi mental, studi kami menunjukkan hal yang spesifik untuk rasangan tertentu, seperti kata-kata posistif”, kata Professor Kuchinke kepada Dailymail (14/11/2012).

Kopi Bikin Orang Lebih Kebal Menghadapi Omelan dan Keluhan
Tak salah kopi disebut penangkal stres, sebab kandungan kafeinnya bisa membuat orang lebih peka terhadap kata-kata positif dibanding yang negatif. Jadi kalau sedang pusing menghadapi orang ngomel dan banyak mengeluh, minum saja kopi.
Penelitian terbaru di Ruhr University menunjukkan bahwa kopi bisa mengubah cara pandang seseorang terhadap kehidupan secara keseluruhan. Jika semula sering dihantui pikiran negatif, paparan kafein akan mengubahnya jadi pikiran-pikiran yang lebih positif.
Berbagai penelitian sebelumnya juga mengungkap bahwa kafein membuat orang lebih peka terhadap kata-kata positif seperti 'bahagia' dibanding yang negatif seperti 'gila'. Bukan hanya pada kata-kata, kecenderungan yang sama juga berlaku saat merespons gambar maupun suara.
Untuk memastikan berbagai spekulasi terkait manfaat kafein, Lars Kuchinke dari Ruhr University melakukan eksperimen pada 66 relawan. Sebagian diberi tablet berisi 200 mg kafein, sebagian lagi diberi obat kosong atau plasebo yang hanya berisi tepung gula.
Relawan yang mengonsumsi tablet kafein memiliki akurasi 7 persen lebih baik dalam mengenali kata-kata positif saat diminta mengamati layar monitor yang memunculkan kata-kata secara acak. Pada kata-kata negatif, akurasinya sama sekali tidak terpengaruh.
Hal itu membuktikan bahwa kafein seperti yang terkandung dalam kopi bisa mempengaruhi fungsi saraf secara positif. Diyakini, efek tersebut muncul karena kafein mempengaruhi pelepasan dopamin yakni senyawa di otak yang berhubungan dengan reward atau rasa senang dan kreativitas.
"Penelitian terkini menunjukkan bahwa ini (pengaruh kafein terhadap fungsi saraf) hanya spesifik pada stimuli atau rangsang yang spesifik, misalnya hanya untuk kata-kata positif," kata Kuchinke yang mempublikasikan temuannya di jurnal PLoS ONE, seperti dikutip dari Livescience, Senin (12/11/2012). 

Si Hitam Yang Melindungi Dari Diabetes
Anda para pecandu kopi boleh bernapas lega: tidak seperti dugaan banyak orang, minum kopi setiap hari tidak menyebabkan penyakit jantung atau kanker. Bahkan, justru dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2!
Itulah salah satu kesimpulan dari hasil penelitian berjangka panjang bernama EPIC (European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition). Salah satu studi prospektif terbesar di dunia itu meneliti hubungan antara diet dengan kanker dan penyakit kronis lainnya seperti diabetes tipe 2. EPIC melibatkan para ilmuwan dari sepuluh negara Eropa yang menganalisis data diet, gaya hidup dan kondisi medis lebih dari 500.000 pria dan wanita dewasa. Untuk penelitian prospektif ini, para peserta dipilih yang tidak menderita penyakit kronis pada awal studi sehingga faktor risiko untuk penyakit itu dapat diidentifikasi sebelum penyakitnya timbul. Selama periode tindak lanjut rata-rata hampir sembilan tahun, sebanyak 1.432 subyek menderita diabetes tipe 2, 394 menderita serangan jantung , 310 menderita stroke dan 1.801 menderita kanker. Orang yang meminum lebih dari empat cangkir (sekitar 600 ml) kopi berkafein setiap hari memiliki risiko 23 persen lebih rendah terkena diabetes tipe 2 dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi rata-rata kurang dari satu cangkir. Hubungan serupa juga ditunjukkan untuk konsumsi kopi tanpa kafein. Hasil penelitian yang dipimpin oleh Heiner Boeing dan Anne Flogel dari bagian epidemiologi gizi Institut Nutrisi Potsdam-Rehbruecke di Jerman tersebut telah diterbitkan di American Journal of Clinical Nutrition.
“Hasil studi kami konsisten dengan hasil studi prospektif terbaru dari AS,” kata penulis utama Anne Flogel. “Siapa pun yang suka minum kopi dan menoleransinya dengan baik, silakan terus melakukannya,” katanya. ”Namun juga sangat penting untuk mengonsumsi biji-bijian dalam jumlah cukup, sedikit daging dan banyak buah dan sayuran, tidak merokok dan cuku berolahraga,” tambah pemimpin penelitian Heiner Boeing.
Kopi adalah salah minuman terpopuler di dunia yang memiliki kandungan berbagai zat, termasuk kafein, asam klorogenat dan polifenol lainnya, asam nikotinat dan zat-zat mineral. Zat-zat tersebut memengaruhi metabolisme tubuh manusia, beberapa di antaranya sangat positif dan beberapa mungkin negatif. Belum jelas dari penelitian tersebut, zat apa yang menyebabkan manfaat kesehatan.
Finlandia adalah negara dengan konsumsi kopi per kapita tertinggi di dunia. Rata-rata orang Finlandia menghabiskan sekitar 12 kg kopi setahun (atau 1 kilogram sebulan!). Orang Jerman mengonsumsi 6,4 kg per kapita, sementara orang AS mengonsumsi sekitar 4,2 kg per kapita. Berapa konsumsi kopi per kapita orang Indonesia?  Belum ada datanya. Namun, barangkali masih belum sebanyak orang Finlandia…

Kopi Kurangi Risiko Kanker Endometrium                     
Mengonsumsi segelas kopi telah menjadi bagian dari gaya hidup. Hal tersebut menjadi alasan banyak bermunculannya kedai yang khusus menghadirkan suguhan kopi, baik skala kaki lima di pinggir jalan hingga jajaran cafe kelas atas.
Namun sebenarnya kopi bukan hanya soal kegemaran dan gaya hidup, sebuah studi baru menemukan bahwa mengonsumsi kopi jangka pangjang dapat membantu mengurangi risiko kanker endometrium yang dikenal dengan tumbuhnya jaringan atau selaput lender rahim di luar rahim.
Menurut sang peneliti Edward Giovannucci, MD, Sc.D., profesor gizi dan epidemiologi di Harvard School of Public Health, kopi muncul sebagai agen pelindung pada kanker yang terkait dengan obesitas, estrogen dan insulin.
Minum lebih dari empat cangkir kopi tanpa kafein per hari dikaitkan dengan 25 persen penurunan risiko untuk kanker endometrium,” kata Giovannucci.
Dalam Studi Cancer Epidemiology, Biomarkers and Prevention, sebuah jurnal dari American Association for Cancer Research, sebanyak 67.470 orang perempuan, penikmat kopi tanpa kafein mengalami penurunan risiko kanker endomitrium dalam tahun-tahun terakhir.
 Temuan tersebut diperkuat dalam penelitian yang dikutip dari Times of India bahwa kopi tanpa kafein, jika diminum lebih dari dua cangkir per hari membantu penurunan risiko kanker endometrium sebesar 22 persen.

Sembilan Sinyal Tubuh Kebanyakan Ngopi
Mengatasi rasa kantuk, mengonsumsi kafein merupakan cara terjitu. Namun, jangan biarkan tubuh menjadi pecandu kafein. Diantara banyak manfaat kafein, ternyata terdapat banyak efek negatif kebaikan kafein.
Agar Anda bisa menakar kadar kafein dalam tubuh, yuk kenali beberapa sinyal tubuh yang menandakan Anda kebanyakan mengonsumsi kafein.

Ingin Minum Soda Terus
Jika Anda tak bisa melewati hari tanpa diet coke, mungkin Anda kecanduan kafein. "Kandungan kafein dalam satu kaleng Diet Coke setara dengan segelas espresso," ujar David J. Clayton, MD. Selain dapat memicu penurunan energi, kandungan asam pada minuman bersoda bisa merusak enamel gigi jika diminum setiap hari. Batasi minuman soda hingga sekaleng saja sehari, lalu gosoklah gigi untuk membantu mengurangi efek erosi pada enamel gigi.

Berdebar-debar Tak Karuan
Jantung akan terasa berdebar-debar bila terlalu banyak minum kopi, karena dalam kadar tertentu kafein dapat mempengaruhi susunan saraf pusat di otak. Kafein juga dapat meningkatkan tekanan darah sehingga tidak dianjurkan untuk penderita hipertensi dan sakit jantung.

Urine Berwarna Kuning Gelap
Warna kuning gelap pada urin merupakan tanda tubuh mengalami dehidrasi. "Kopi bersifat diuretik yang bisa menyebabkan dehidrasi karena memicu Anda untuk banyak mengeluarkan jumlah urin, sehingga mengakibatkan tubuh kehilangan banyak cairan," kata Amy Gross, MPH, RD, CDN, pakar diet klinis di New York Presbyterian Hospital. Namun, sebenarnya Anda tidak akan mengalami dehidrasi hanya dengan mengonsumsi kafein, bila mengonsumsinya tidak lebih dari 500 mg/hari. Jadi batasi konsumsi kopi, maksimal dua gelas per hari.

Selalu Gelisah
Tangan berkeringat, jantung berdebar-debar disertai perasaan gelisah adalah petunjuk bahwa Anda telah overdosis kafein. Kafein dapat memperburuk stres dan depresi karena mengganggu zat penenang kimia pada otak yang disebut adenosin. Kafein juga dapat bertindak sebagai stimulan yang memicu kelenjar adrenal untuk mengeluarkan lebih banyak hormon stres seperti adrenalin. Hormon ini dapat meningkatkan denyut jantung dan membuat Anda lebih mudah cemas.

Gangguan Pencernaan
Perut mulas dan rasa mual sering dikeluhkan saat minum kopi terlalu banyak. Kafein itu sendiri memang meningkatkan produksi asam di lambung. Coba hentikan dulu minum kopi untuk melihat apakah rasa tak nyaman tersebut mereda.

Berhalusinasi
Jika Anda sering mendengarkan suara aneh-aneh atau melihat sosok yang sebenarnya tidak terjadi, berarti Anda kelebihan mengonsumsi kafein. Sebuah penelitian di Inggris menyatakan bahwa orang yang minum kopi instan lebih dari 7 cangkir sehari mempunyai kemungkinan 3 kali lebih besar untuk berhalusinasi.

Sakit Kepala
Beberapa jenis obat sakit kepala menggunakan campuran kafein karena dalam jumlah sedikit senyawa ini memang memiliki khasiat anti nyeri. Namun efek sebaliknya bisa muncul jika dikonsumsi terlalu banyak, misalnya minum lebih dari 2-3 cangkir kopi espresso atau 5-6 cangkir kopi biasa setiap hari.

Insomnia
Efek samping paling umum dari minum kopi terlalu banyak adalah tidak bisa tidur. Bagi remaja atau orang paruh baya, efek ini mungkin hanya akan memicu rasa lelah namun bisa berdampak serius bagi kesehatan kaum lanjut usia.

Keringatan
Kopi meningkatkan produksi keringat dengan dua cara. Pertama, kafein merangsang sistem saraf pusat, yang mengaktifkan kelenjar keringat. Sehingga, makin tinggi kandungan kafein, makin banyak keringat yang diproduksi
.

Semula Nikmat, Kopi akan Jadi Bahaya Kalau Sudah Seperti Ini
 Dalam takaran yang pas, kopi punya segudang manfaat kesehatan. Mulai dari antioksidan pencegah kanker dan kerusakan sel, hingga kafein penghilang rasa kantuk dan pembangkit stamina. Namun kalau berlebihan, kopi kadang justru berbahaya.
Umumnya konsumsi kopi masih bisa ditoleransi dengan baik oleh tubuh bila belum melebihi 4-5 cangkir/hari. Namun kopi juga bisa jadi tidak sehat, bahkan berbahaya kalau sudah memicu berbagai gangguan kesehatan seperti iritasi lambung dan kecanduan.
Bahaya kopi lainnya yang lebih serius jika dikonsumsi berlebihan antara lain sebagai berikut, seperti dikutip dari Menshealth, Kamis (8/11/2012).

1. Memicu Diare Akut
Diare akut merupakan efek samping kafein yang klasik tetapi masih belum dipahami benar oleh para ilmuwan hingga saat ini. Diyakini karena kafein memicu kontraksi usus, sehingga kotoran akan lebih cepat terdorong keluar melalui saluran pembuangan.
Faktor stres juga bisa dikaitkan dengan efek samping tersebut, sebab kortisol atau hormon stres maupun kafein diyakini sama-sama memicu kontraksi usus. Saat kadar keduanya meningkat dalam tubuh, maka efek sering buang air besarnya akan semakin terasa.

2. Meningkatkan Tekanan Darah
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu faktor pemicu berbagai ganguan jantung dan pembuluh darah seperti serangan jantung maupun stroke. Kondisi ini bisa diperparah oleh kafein, yang efeknya adalah memacu jantung untuk bekerja lebih kuat.
Secangkir kopi mungkin tidak akan terasa efeknya, tetapi minuman lain dengan kadar kafein tinggi akan sangat berpengaruh. Apalagi kafein juga memicu adrenalin, yakni hormon yang memicu kontraksi otot serta merangsang peningkatan tekanan darah.

3. Meningkatkan Gula Darah
Kalau bukan penggemar kopi sejati, jarang ada orang bisa menikmati minuman ini tanpa ditambah gula. Kopinya sendiri mungkin tidak mempengaruhi sistem metabolisme, tetapi justru campuran gula yang akan meningkatkan kadar gula dalam darah kalau berlebihan.
Dalam kadar tertentu, kandungan antioksidan dalam kopi sebenarnya bisa mengurangi risiko diabetes mellitus tipe 2. Namun kalau tidak sebanding dengan banyaknya gula yang ditambahkan, maka efek antioksidan akan tertutup dan kopi manis justru meningkatkan risiko tersebut.

Kopi Meningkatkan Kadar Kolestrol ?
Kopi tidak mengandung kolesterol, tetapi mengandung zat yang meningkatkan kolesterol, terutama diterpenes cafestol dan kahweol alami. Cafestol adalah zat pemicu kolesterol yang paling kuat dalam makanan kita. Penelitian menunjukkan bahwa penambahan 10 mg cafestol per hari selama 4 minggu meningkatkan kolesterol total 0,13 mmol / l. Dengan rata-rata kolesterol darah 5,5 mmol / l maka ada peningkatan sekitar 2%. Peningkatan terutama pada kolesterol buruk (LDL), sedangkan kolesterol baik (HDL) cenderung konstan. Efek meningkatkan kolesterol ini bersifat sementara: setelah menghentikan minum kopi kolesterol akan kembali normal.
Jumlah cafestol dalam kopi sangat tergantung pada cara penyiapan dan jenis kopinya. Ketika menyiapkan kopi dengan disaring, misalnya dengan saringan kertas, cafestol dan kahweol sebagian besar tersaring. Secangkir kopi saring hanya mengandung rata-rata 0,1 mg cafestol. Padahal, kopi tubruk (yang disiapkan dengan menuang kopi bubuk ke dalam air mendidih tanpa penyaringan) mengandung  4-6 mg cafestol per cangkir.  Kopi instan yang dibuat dari konsentrat kopi hasil pengolahan mesin hampir tidak mengandung diterpenes cafestol dan tidak atau sedikit sekali berpengaruh terhadap kadar kolesterol.
Kopi Turki dan Yunani mengandung konsentrasi cafestol dan kahweol yang relatif tinggi (4-5 mg cafestol per cangkir). Biji kopi Arabika berisi lebih banyak cafestol dari biji Robusta. Tidak ada pengaruhnya beralih ke kopi bebas kafein karena kafein tidak berpengaruh pada kadar kolesterol. Bahkan, menurut penelitian tahun 2005 oleh US National Institute of Health, peminum kopi tanpa kafein (rata-rata 6 cangkir sehari selama 3 bulan) memiliki kolesterol buruk (LDL) sedikit lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak atau jarang minum kopi.
Secara teoritis diketahui bahwa peningkatan kolesterol (total) sebesar 1% dapat meningkatkan risiko penyakit jantung sebesar 2%. Seseorang yang mengkonsumsi 10 mg cafestol per hari (sekitar 3 cangkir kopi tubruk atau 5-6 cangkir kopi saring), kolesterolnya naik sebesar 2% sehingga 4% lebih berisiko terkena penyakit jantung. Jika kita berasumsi bahwa 8% orang terkena penyakit jantung sebelum usia  65 tahun, maka risiko pada peminum kopi berat adalah 8,32% (104% x 8%). Untuk pasien diabetes yang memiliki 40% risiko serangan jantung sebelum ulang tahunnya yang ke-70 berarti pada peminum kopi berat risikonya meningkat menjadi 41,6% (104% x 40%). Kenaikan risiko karena minum kopi ini tentu saja lebih kecil dibandingkan, misalnya, mengkonsumsi makanan yang kaya lemak jenuh.
Namun, ini adalah suatu perhitungan teoritis yang sejauh ini tidak dapat dibuktikan dengan hubungan langsung antara konsumsi kopi harian dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular atau prognosis setelah serangan jantung. Sebaliknya, beberapa studi menunjukkan risiko kematian yang lebih rendah akibat penyakit kardiovaskular pada peminum kopi. Kemungkinan, antioksidan dalam kopi dapat menghambat peradangan dan menekan risiko penyakit jantung. Juga ada bukti bahwa diabetes tipe 2 – yang merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular – kurang umum pada peminum kopi reguler.
Meminum kopi sampai 4 atau 5 cangkir sehari tidak meningkatkan risiko penyakit jantung pada orang yang sehat. Namun, penderita gangguan metabolisme lemak atau penderita kadar kolesterol tinggi sebaiknya tidak terlalu banyak meminum kopi tubruk dan menggantinya dengan kopi saring atau instan.

Ini Bahayanya kalau Sarapan Gorengan Lalu Minum Kopi
Jakarta, Jangan memulai hari dengan sarapan makanan berlemak seperti gorengan, apalagi jika disajikan dengan kopi sebagai teman sarapan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kombinasi keduanya menyebabkan lonjakan gula darah.
Menurut sebuah studi dari University of Guelph, minum kopi setelah makan makanan berminyak dapat menyebabkan lonjakan gula darah. Efek ini bahkan berlaku untuk orang yang sehat yang tidak berisiko terhadap diabetes.
Seperti yang telah diketahui, makan makanan berminyak telah dikaitkan dengan lonjakan gula darah. Nah, dengan menggabungkannya dengan minum kopi dapat menggandakan dampak tersebut.
Peneliti menyatakan bahwa gorengan mengandung lemak jenuh yang membuat tubuh kesulitan membersihkan gula dari darah. Meski telah lewat beberapa jam setelah makan gorengan, minum kopi dapat menambah tingkat kesulitan pembersihan gula.
Hal ini menunjukkan bahwa efek makanan tinggi lemak dapat berlangsung hingga berjam-jam, kata Marie-Soleil Beaudoin dan Terry Graham, peneliti dari University of Guelph, seperti dilansir theglobeandmail, Sabtu (3/11/2012).
Tim peneliti meminta beberapa peserta studi untuk makan makanan berlemak, kemudian setelah 6 jam, peserta diminta minum minuman gula. Biasanya, tubuh langsung memproduksi insulin untuk menghilangkan gula dari darah.
Tetapi penelitian menunjukkan bahwa setelah makan makanan berlemak, tubuh kurang dapat memproduksi insulin dan tingkat gula dalam darah peserta 32 persen lebih tinggi dibanding peserta penelitian yang tidak mengonsumsi makanan berlemak sebelumnya.
Bagian kedua penelitian, peserta diminta untuk minum 2 cangkir kopi setelah 5 jam makanan berlemak dan minuman gula. Hasilnya kadar gula dalam darah meningkat hingga 65 persen dibanding kelompok kontrol.
Gula yang berlama-lama dalam darah dapat merugikan kesehatan seperti meningkatkan risiko diabetes, kerusakan arteri, dan penyakit jantung. Studi ini diterbitkan dalam Journal of Nutrition.
Orang yang berisiko tinggi terhadap diabetes atau penyakit jantung, harus lebih berhati-hati mengkombinasikan makanan. Hindari makanan tinggi lemak dan batasi asupan kafein untuk menjaga kestabilan gula darah.

Apakah Kopi Berbahaya Bagi Pasien Jantung ?
Seseorang bertanya kepada saya pagi ini, apakah kopi berbahaya bagi pasien jantung? Pertanyaan itu sering sekali kita dengar, terutama dari mereka yang memiliki penyakit jantung tetapi sebelumnya suka meminum kopi. Apakah kebiasaan itu aman untuk diteruskan?
Bila Anda menanyakannya ke ahli jantung dan internis, mereka umumnya akan menyarankan untuk menghentikannya. Kafein pada kopi dapat bertindak sebagai stimulan yang menambah beban jantung atau bahkan memicu serangan jantung, kata mereka. Namun, sebenarnya pendapat itu belum tentu benar. Berbagai penelitian mengenai dampak kopi terhadap pasien penyakit jantung masih memberikan kesimpulan yang beragam.

Penelitian Kanada
Penelitian yang diterbitkan pada majalah Epidemiology (Sept, 2006) menunjukkan bahwa pada beberapa orang kopi dapat memicu serangan jantung dalam waktu satu jam setelah meminumnya. Kafein menyebabkan peningkatan tekanan darah jangka pendek dan aktivitas saraf simpatik yang bisa memicu serangan jantung. Risikonya tertinggi di kalangan peminum kopi ringan (mereka yang mengonsumsi maksimal satu cangkir sehari). Bagi orang-orang itu, risiko serangan jantung meningkat empat kali lipat. Peminum kopi sedang (mereka yang mengonsumsi dua atau tiga cangkir sehari) memiliki peningkatan risiko serangan jantung sebesar 60% dengan meminum secangkir kopi. Efek paling rendah terlihat di kalangan peminum kopi berat (mereka yang minum empat cangkir atau lebih per hari). Bagi mereka, meminum kopi tampaknya tidak meningkatkan risiko terkena serangan jantung.
“Bagi orang-orang yang tidak teratur meminum kopi, meminum kopi akan menyebabkan sentakan kafein pada sistem (kardiovaskuler) mereka,” kata Ahmed El-Sohemy, PhD, pakar nutrisi di University of Toronto, Kanada. “Kita tahu bahwa kafein menyebabkan peningkatan tekanan darah sementara, sehingga mereka yang tidak biasa mengonsumsinya akan mendapatkan gelombang kenaikan yang berbahaya bagi jantung yang rentan”, tambahnya. Pada penelitian sebelumnya yang diterbitkan di Journal of American Medical Association (Maret, 2006), El-Sohemy menyebutkan bahwa orang-orang tertentu memiliki variasi genetik yang menyebabkan metabolisme kafein yang lebih lambat, sehingga dampaknya adalah peningkatan risiko serangan jantung setelah mengonsumsi kopi. Pada mereka yang memiliki metabolisme kafein cepat, kopi justru bermanfaat bagi kesehatan jantung.

Penelitian Italia dan AS
Sebuah studi di Italia telah mengevaluasi lebih dari 11.000 orang dewasa yang melaporkan serangan jantung dalam tiga bulan sebelumnya dan memeriksa asupan kopi mereka selama masa penelitian. Konsumsi kopi mereka dikelompokkan sebagai berikut: tidak pernah/hampir tidak pernah, kurang dari 2 cangkir per hari, 2 sampai 4 cangkir per hari, dan lebih dari 4 cangkir per hari. Setelah lebih dari tiga tahun, risiko serangan jantung, kematian akibat serangan jantung, dan stroke dihitung berdasarkan tingkat konsumsi kopi pada populasi orang dewasa beriwayat serangan jantung tersebut. Hasil penelitian tersebut, yang diterbitkan di jurnal Circulation (Des, 2007), menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi kopi dan risiko serangan jantung, kematian akibat serangan jantung, atau stroke.
Sebagai catatan, penelitian itu dilakukan pada orang Italia, yang terbiasa mengonsumsi diet Mediterania dan meminum kopi yang disiapkan dengan cara Italia. Sebagian besar peserta penelitian itu meminum kopi moccha atau espresso, yang disaring dari kopi bubuk yang diseduh air panas dalam waktu yang sangat singkat. Tidak diketahui apakah hasil kesimpulannya akan sama bila kopi diminum sebagai kopi tubruk oleh masyarakat yang berpola diet sebagaimana umumnya di Indonesia.
Pada studi lain yang diikuti oleh hampir 12.000 perawat AS dengan riwayat penyakit jantung atau stroke, diketahui bahwa mereka yang rutin meminum kopi berkafein tidak memiliki risiko kematian lebih besar dibandingkan bukan peminum kopi. Hasil studi yang berlangsung lebih dari 20 tahun itu dilaporkan dalam American Journal of Clinical Nutrition (Mei, 2011). Para peneliti tidak menemukan hubungan antara asupan kopi dan risiko kematian akibat serangan jantung, stroke atau penyebab lainnya. Hal itu juga berlaku pada perempuan yang menenggak empat cangkir atau lebih per hari.

Jadi Apa Kesimpulannya?
Mengacu pada penelitian-penelitian di atas, bila Anda adalah pecandu kopi yang terbiasa meminum kopi empat cangkir atau lebih sehari, tidak ada alasan untuk menghentikan kebiasaan itu setelah terkena serangan jantung. Namun, bila Anda hanya penikmat kopi ringan atau sedang, tampaknya lebih aman bila Anda tidak meminumnya lagi setelah mendapatkan serangan jantung, terutama bila tekanan darah Anda tidak terkendali dan Anda mengalami palpitasi (jantung berdebar), kesulitan tidur, dan masalah lain setelah meminum kopi.

Awas! Minum Kopi Berlebihan Picu Kebutaan
Kopi bila dikonsumsi secara wajar bisa mendatangkan manfaat. Tapi manakala diminum secara berlebihan, bisa mendatangkan resiko, bahkan sangat fatal. Sebuah penelitian di Amerika Serikat mengungkapkan, minum kopi lebih dari tiga cangkir sehari dapat meningkatkan resiko kehilangan penglihatan bahkan kebutaan.
Bahkan meminum kopi jumlah normal pun, dapat memperburuk kondisi penderita glaukoma. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Ophthalmology & Visual Investigative Science ini, sebagaimana dilansir Antara, menyarankan agar para pecinta kopi mengurangi konsumsi kopi, untuk menghindari risiko terjadinya kebutaan.
Para peneliti, dari Brigham and Women's Hospital di Boston, menunjukkan bahwa senyawa yang ditemukan dalam kopi dapat meningkatkan ketegangan di dalam bola mata, yang menyebabkan kerusakan retina. Secara otomatis ini memperburuk kondisi glaukoma.
Namun tidak ada korelasi dengan produk kafein lainnya, seperti teh, cola atau cokelat. Penelitian terbaru ini melibatkan lebih dari 120.000 orang di Inggris dan AS, termasuk lebih dari 40 orang penderita glaukoma.
Para responden diminta mengisi kuesioner tentang berapa banyak kopi yang mereka minum, serta pemeriksaan mengenai catatan medis yang terkait dengan sejarah glaukoma. Mereka yang minum lebih dari tiga cangkir sehari, memiliki peningkatan risiko glaukoma dibandingkan dengan mereka yang tidak meminum kopi.
Wanita dengan riwayat keluarga glaukoma juga memiliki peningkatan risiko, sebagaimana dilansir dari DailyMail. Glaukoma terjadi ketika tabung di dalam mata mengalami kekeringan, sehingga proses pengelihatan menjadi terganggu.
Tabung ini berfungsi supaya tidak terjadi penumpukan cairan mata. Bila cairan tidak dapat mengalir dengan baik, maka akan terjadi ketegangan di area mata. Hal ini dapat merusak saraf optik, terutama yang terhubung dengan otak, yaitu serabut saraf dari retina. 

Berapa Cangkir Kopi Masih Sehat Untuk Anda?
"Saya sudah berhenti minum kopi dokter, kalau rokok hanya sesekali saja," demikian ungkapan seorang pasien ketika mengeluh nyeri dada suatu waktu di ruang praktek saya. Padahal, saya sama sekali tidak menyinggung masalah kebiasaan minum kopinya. Kalau kebiasaan merokok memang selalu saya singgung, apalagi bila menyangkut keluhan-keluhan jantung, paru, hipertensi.
Seperti pada pasien di atas, yang secara tidak langsung mengatakan bahwa kopi merupakan suatu kebiasaan yang tidak sehat, masyarakat umum juga berasumsi demikian. Kebiasaan minum kopi sering dianggap tidak sehat sama dengan rokok, atau bahkan kebiasaan minum alkohol. Kopi sering dianggap sebagai biang kerok, pencetus beberapa penyakit seperti jantung, stroke, tekanan darah tinggi, dan sebagainya.
Padahal, sebenarnya kopi tidak mempunyai pengaruh demikian. Penelitian malah menunjukkan sebaliknya, walaupun perlu penelitian lebih lanjut, kopi dapat mengurangi risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler seperti jantung, stroke. Risiko diabetes melitus juga lebih rendah  pada penikmat kopi, bahkan penelitian yang dilakukan di Asutralia setiap tambahan satu cangkir kopi yang Anda minum setiap harinya  mengurangi risiko diabetes sebesar 7 persen.
Lalu, "mengapa ada anggapan umum bahwa minum kopi sebagai suatu kebiasaan yang tidak sehat?" Hal ini kemungkinan ada kaitannya dengan beberapa kebiasaan lain yang tidak sehat yang juga sering bersamaan dilakukan penikmat kopi seperti merokok, minum alkohol, kurang tidur,  jarang berolahraga, dan pola makan yang kurang sehat.
Di samping itu, bila minum kopi berlebihan, sebagai efek samping kofein dapat menimbulkan gejala seperti  berdebar, stres, iritatif, tremor dan gangguan tidur. Kemudian, seperti sering ditanyakan pasien, "bolehkah saya minum kopi dokter? Berapa kali, cangkir saya boleh meminumnya setiap hari?"  Suatu  pertanyaan yang sulit dijawab dengan pasti. Tetapi,  seorang pakar dari harvard University, Dr. Rob Van Dam  waktu ditanyakan masalah ini menjawab, "bila Anda mengkonsumsi  sejumlah kopi, kemudian Anda mengalami efek samping kafein seperti  tremor, berdebar, gangguan tidur, merasa stres, gelisah atau tidak nyaman, berarti Anda telah minum kopi secara berlebihan.
Dan, dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan, minum sampai 6 cangkir kopi sehari tidak ada pengaruhnya dengan kematian, atau masalah kesehatan lainnya. Cuma yang perlu diingat adalah bahwa yang dimaksud satu cangkir kopi dalam penelitian-penelitian yang dilakukan adalah kopi hitam yang mengandung kafein 100 mg. Sementara kalau Anda menikmati satu cangkir kopi ukuran besar di Starbucks misalnya,  kandungan kafeinnya  dapat mencapai 330 mg, satu cangkir kecil espresso mengandung kafein 117 mg.  Kopi hitam yang sering kita konsumsi dalam rumah tangga dalam satu cangkirnya saya kira mengandung kofein kurang dari 100 mg.
Sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan, bila Anda menikmati kopi sebanyak itu dianggap masih aman. Namun perlu diingat bahwa efek samping kafein itu sangat individual, seseorang dapat lebih sensitif. Bagi saya sendiri, satu cangkir espresso atau kopi biasa saja sering menimbulkan efek samping seperti disebut di atas, terutama gangguan tidur.
Jadi, saya minum kopi boleh dikatakan tidak pernah sore atau malam hari, selalu pagi hari. Disamping itu, perlu juga diperhatikan bahwa minuman kopi yang banyak beredar sekarang, yang kini menjadi favorit,  terutama di restoran cepat saji kadang-kadang mengandung kalori yang tinggi, ada yang mencapai 500 kalori dalam satu cangkirnya. Bila Anda sering mengkonsumsi ini, andaikan kebutuhan kalori Anda sekitar 2.000 kalori perhari, 25 persen  sudah terpenuhi dari minum kopi ini saja.
Jadi kalau Anda tidak hati-hati, kemungkinan  Anda menjadi  gemuk, obesitas  dengan segala konsekuensinya seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit kardiovaskuler menjadi lebih besar. Karena itu, sebelum anda menyeruput secangkir kopi, lebih baik ketahui lebih dahulu kandungan kofein dan kalorinya. Jadi, sebagai kesimpulan, "berapa cangkir Anda minum kopi sehari, masih dianggap sehat?" Jawabannya, sangat individual, namun bila Anda minum sampai 6 cangkir sehari dengan kandungan kafeinnya kurang dari 100 mg setiap cangkirnya dan kandungan kalorinya tidak tinggi, dianggap aman dan bahkan sehat untuk Anda.
Namun, perlu diingat suatu prinsip bahwa walaupun sesuatu itu baik untuk Anda, mengonsumsi secara berlebihan malah dapat mengakibatkan sebaliknya. Dan, pada hipertensi, diabetes melitus yang tidak terkontrol serta wanita hamil, menyeruput kopi harus hati-hati.

Kopi, Butuh atau Suka?
Kopi adalah salah satu zat adiktif yang legal dikonsumsi. Jika saja kafein baru ditemukan, FDA atau BPOM di Indonesia pasti tak akan meloloskannya sebagai zat yang aman dikonsumsi. Kecanduan kafein sepertinya dianggap wajar dan normal saja.
Terlepas dari berbagai bukti ilmiah tentang efek merugikan kafein, popularitasnya terus meningkat di masyarakat modern. Indonesia misalnya, dengan mudah kita dapat mendapatkan minuman berkafein, mulai dari berbagai minuman penambah energi di warung hingga kopi beraroma harum di berbagai gerai kopi. Kopi telah menjadi minuman wajib dalam pergaulan sehari-hari.

Kafein dan Tidur
Kopi mendapatkan popularitas karena efeknya yang menunda kantuk, memberikan rasa senang dan bersemangat serta membangkitkan vitalitas peminumnya. Sesuatu yang amat dicari di tengah deru kehidupan serba cepat. Ini disebabkan oleh efek kafein pada reticular ascending system dan reseptor adenosine. Adenosine adalah zat yang menyebabkan kantuk. Dengan memblokir reseptornya, tubuh tidak bisa membaca adanya adenosine sehingga mengahalangi kantuk.
Tapi perlu ditekankan kafein hanya menunda kantuk tanpa mengembalikan kemampuan otak. Otak yang sudah lelah tetap akan melambat!
Kadar kafein mencapai puncaknya dalam 30-60 menit setelah dikonsumsi. Kadarnya akan tetap tinggi dalam darah selama 3 hingga 5 jam. Dosis setara dengan secangkir kopi (30-150mg) yang dikonsumsi sebelum tidur dapat memperpanjang waktu yang diperlukan untuk tidur dan juga mengganggu proses tidur itu sendiri. Gangguan proses tidur akibat kafein adalah buruknya kualitas tidur akibat tahapan tidur dalam (stage N3 sleep) yang memendek. Padahal tahap tidur dalam, sering juga disebut restorative sleep, adalah tahapan tidur penting dimana tubuh mengeluarkan hormon pertumbuhan yang berfungsi dalam perbaikan sel-sel tubuh yang rusak. Pada beberapa orang yang sensitif terhadap kafein, dengan konsumsi kopi di pagi hari sudah dapat mengganggu proses tidur di malam harinya.
Kafein dosis tinggi (> 6 cangkir kopi) dalam sehari dapat memperlambat metabolisme kopi sehingga kadarnya tetap tinggi di otak selama 9 hingga 15 jam. Sementara dengan dosis luar biasa, 100 cangkir (10 gram) sehari dapat menyebabkan kematian.
Dari sisi kesehatan tidur, bukan hanya dosis konsumsi yang harus diperhatikan. Jauh lebih penting memperhatikan jadwal konsumsinya. Disarankan, agar tak mengganggu proses tidur (termasuk kualitas tidur) konsumsi kafein terakhir adalah 12 jam sebelum tidur.

Produktivitas dan Kopi
Kita senang sekali dihibur dengan mitos bahwa ada zat yang dapat mengalahkan lelah dan kantuk hingga dapat terus aktif produktif. Lihat saja berbagai iklan di media, semua produk berlomba-lomba menyatakan bisa kalahkan kantuk dan meningkatkan produktivitas. Hal yang memprihatinkan sebenarnya, karena menyiratkan masyarakat kita yang mengantuk.
Tetapi tak demikian kenyataannya, tak ada satu zat pun yang dapat menggantikan efek restoratif tidur!
Berbagai produk tersebut kebanyakan mengandung kafein. Kafein seperti telah dibahas akan memberikan rasa segar dan emosi yang positif. Mirip dengan keadaan saat kita baru bangun tidur di pagi hari. Setiap pagi kita bangun dengan segar bugar, penuh vitalitas dan penuh semangat. Segala tantangan seolah akan dengan mudah kita hadapi.
Kafein digunakan untuk meniru rasa-rasa itu. Tetapi orang sering lupa, bahwa kafein tak dapat mengembalikan kemampuan konsentrasi, analisa, ketelitian, kewaspadaan dan jauh lebih penting, kemampuan untuk mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Hanya tidurlah yang dapat mengembalikan vitalitas kita.
Bagaimana dengan tempat kerja yang menyediakan kopi untuk meningkatkan produktivitas pekerjanya? Tidak salah, tetapi sebaiknya kita mulai mengatur konsumsi kopi. Jika sepanjang hari terus bolak-balik pantry untuk menyeduh kopi, tentu ada yang salah dengan kesehatan tidur.

Kafein dan Kesehatan
Dengan berkembangnya kesadaran akan kesehatan tidur, para ahli ingin melihat lebih dalam hubungan kafein dengan kesehatan jantung dan pembuluh darah. Kita sama-sama telah mengetahui bahwa peningkatan konsumsi kopi akan meningkatkan resiko terhadap kesehatan.
Para ahli berpendapat, mungkin bukan jumlah konsumsi kopi yang penting bagi kesehatan, tetapi "kebutuhan" akan kafeinlah yang beresiko terhadap kesehatan. Apa yang menyebabkan seseorang butuh bercangkir-cangkir kopi seharinya? Kantuk!
Beberapa penelitian sudah menunjukkan bahwa durasi tidur yang pendek akan tingkatkan resiko gagal jantung, hipertensi hingga stroke. Tetapi kini kita juga kenal adanya hipersomnia, atau kantuk berlebihan walau durasi tidur cukup. Hipersomnia dan mendengkur merupakan kombinasi mematikan bernama sleep apnea.
Sleep apnea adalah henti nafas saat tidur, yang jelas buruk bagi kerja jantung saat tidur. Sleep apnea telah diketahui menjadi penyebab hipertensi, berbagai penyakit jantung, diabetes dan stroke.
Penderita sleep apnea, akibat kantuk yang terus mendera, membutuhkan kafein untuk menopang segala aktivitasnya. Kebutuhan akan kafein ini yang beresiko terhadap kesehatan, bukan jumlah konsumsinya saja.

Tanaman Kopi Diramalkan Akan Punah pada 2080 
Nikmatilah setiap tetes minuman kopi favorit Anda sebelum terlambat. Menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal ilmiah PloS One, tanaman kopi Arabika, yang merupakan terbanyak dari semua perkebunan kopi, akan punah sebelum 2080.
Adalah para peneliti Kew Royal Botanic Gardens yang menggunakan simulator untuk meramal dampak perubahan iklim bagi kehidupan di muka bumi. Di wilayah-wilayah yang merupakan produsen utama kopi dunia, antara lain di Afrika Timur, pemanasan global cenderung mengurangi jumlah tanaman yang cocok tumbuh di suatu daerah.
Untuk jenis tanaman kopi, kemampuan tumbuhnya akan berkurang 65 hingga 100 persen. Dengan kata lain, jika enetic terburuk mereka menjadi kenyataan, maka tak enetic tempat di bumi bagi kopi liar untuk tumbuh. Tanaman kopi pun akan punah.
Para peneliti juga mengidentifikasi beberapa tempat yang paling mungkin untuk melawan efek buruk perubahan iklim. Mereka menyebut hutan kopi Yayu di Ethiopia, dapat menjadi gudang bagi sumber daya enetic kopi dunia.
Para peneliti tak menyebut secara spesifik model perubahan iklim bagi tanaman kopi yang dibudidayakan. Namun, adalah rahasia umum di kalangan petani kopi bahwa jika iklim memanas, kualitas dan hasilnya cenderung mengalami penurunan.
Studi lain tahun 2010 menyebut, petani di Meksiko dan Amerika Tengah akan kehilangan tanaman kopi sepertiga dari jumlah yang ada sekarang pada 2050 karena perubahan iklim. 

Sumber : www.historia.co.id, www.majalahkesehatan.com, www.team-clan.net, www.detik.com, www.satuuntukindonesia.com, www.gatranews.com, www.kompas.com, www.tempo.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar