Selasa, 07 Mei 2013

Otak



Otak (bahasa Inggris: encephalon) adalah pusat sistem saraf (bahasa Inggris: central nervous system, CNS) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf didalamnya dipercayai dapat memengaruhi kognisi manusia. Pengetahuan mengenai otak memengaruhi perkembangan psikologi kognitif. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya.
Otak terbentuk dari dua jenis sel: glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensi aksi. Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai macam bahan kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter ini dikirimkan pada celah yang dikenal sebagai sinapsis. Avertebrata seperti serangga mungkin mempunyai jutaan neuron pada otaknya, vertebrata besar bisa mempunyai hingga seratus miliar neuron.
Neuron otak mengandung dua jenis asam lemak PUFA (bahasa Inggris: polyunsaturated fatty acids), yaitu asam arakidonat (AA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA) yang terletak pada posisi sn2 dari molekul fosfogliserida dalam membran sel neuron. PUFA dapat terlepas dari fosfogliserida oleh stimulasi fosfolipase PLA-2. Molekul AA yang terlepas akan diproses oleh enzim siklo oksigenase menjadi prostaglandin dan tromboksana, atau diproses oleh enzim 5-lipo oksigenase menjadi lipoksin. Baik AA maupun DHA dapat diproses oleh enzim lipo oksigenase guna membentuk senyawa turunan hidroksi dan leukotriena.

Bagian Otak Manusia
Pada anatomi otak vertebrata, otak depan (bahasa Inggris: prosencephalon, forebrain) adalah bagian atas dari otak. Pada tahap perkembangan sistem saraf pusat (bahasa Inggris: five-vesicle stage), otak depan berkembang dan memisahkan diri menjadi otak besar dan diensefalon. Jika pada masa embrio, otak depan mengalami hambatan untuk berkembang menjadi kedua lobus ini, maka akan terjadi suatu kondisi yang disebut holoprosensefali (bahasa Inggris: holoprosencephaly).

Otak Besar
Otak besar (bahasa Inggris: telencephalon, cerebrum) adalah bagian depan yang paling menonjol dari otak depan. Otak besar terdiri dari dua belahan, yaitu belahan kiri dan kanan. Setiap belahan mengatur dan melayani tubuh yang berlawanan, belahan kiri mengatur tubuh bagian kanan dan sebaliknya. Jika otak belahan kiri mengalami gangguan maka tubuh bagian kanan akan mengalami gangguan, bahkan kelumpuhan. Tiap belahan otak depan terbagi menjadi empat lobus yaitu frontal, pariental, okspital, dan temporal. Antara lobus frontal dan lobus pariental dipisahkan oleh sulkus sentralis atau celah Rolando.
Istilah telencephalon mengacu pada struktur embrio yang kemudian berkembang menjadi cerebrum:
  • Dorsal telencephalon atau pallium berkembang menjadi cerebral cortex
  • Ventral telencephalon atau sub-pallium berkembang menjadi basal ganglia.
Korteks Otak Besar
Korteks otak besar (bahasa Inggris: cerebral cortex, grey matter) merupakan lapisan tipis berwarna abu-abu yang terdiri dari 15 - 33 miliar neuron yang masing-masing tersambung ke sekitar 10.000 sinapsis, satu milimeter kubik terdapat kurang lebih satu miliar sinapsis. Komunikasi yang terjadi antar neuron dalam bentuk deret panjang pulsa sinyal yang disebut potensial aksi dimungkinkan melalui fiber protoplamik yang disebut akson yang dapat dikirimkan hingga ke bagian jauh dari otak atau tubuh untuk menemukan reseptor sel tertentu.
Terdapat enam lapisan korteks, neokorteks/isokorteks, arcikorteks, paleokorteks, allokorteks yang berlipat-lipat sehingga permukaannya menjadi lebih luas dengan ketebalan 2 hingga 4 mm. Lapisan korteks terdapat berbagai macam pusat saraf yang mengendalikan ingatan, perhatian, persepsi, pertimbangan, bahasa dan kesadaran.

Ganglia Dasar
Ganglia Dasar (bahasa Inggris: basal ganglia, white matter) merupakan lapisan yang berwarna putih. Lapisan dalam banyak mengandung serabut saraf, yaitu Dendrit dan Neurit
Otak besar merupakan pusat saraf utama, karena memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengaturan semua aktivitas tubuh, khususnya berkaitan dengan kepandaian (inteligensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Secara terperinci, aktivitas tersebut dikendalikan pada daerah yang berbeda.
  • Di depan celah tengah (sulkus sentralis) terdapat daerah motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar. Bagian paling bawah pada korteks motor tersebut mempunyai hubungan dengan kemampuan bicara.
  • Daerah Anterior pada lobus frontalis berhubungan dengan kemampuan berpikir.
  • Di belakang (Posterior) sulkus entralis merupakan daerah sensori. Pada daerah ini berbagai sifat perasaan dirasakan kemudian ditafsirkan.
  • Daerah pendengaran (auditori) terletak pada lobus temporal. Di daerah ini, kesan atau suara diterima dan diinterpretasikan.
  • Daerah visual (penglihatan) terletak pada ujung lobus oksipital yang menerima bayangan dan selanjutnya bayangan itu ditafsirkan. Adapun pusat pengecapan dan pembau terletak di lobus temporal bagian ujung anterior.
Diensefalon
Diensefalon (bahasa Inggris: diencephalon, interbrain) adalah bagian otak yang terdiri dari:
  • mid-diencephalic territory
    • pretalamus / ventral talamus / subtalamus, terletak di bawah kelenjar hipotalamus. Nuklei berupa zona incerta, thalamic reticular nucleus, dan fields of Forel. Pretalamus terpola sinyal SHH (bahasa Inggris: sonic hedgehog homolog) dari ZLI dan setelah itu membuat koneksi yang berbeda-beda ke striatum (caudate nucleus dan putamen) dalam otak depan, ke talamus (gugus medial dan lateral nucleus) dalam otak kecil, dan ke red nucleus dan substantia nigra dalam otak tengah. Pretalamus ditengarai mempunyai andil dalam pengendalian pola konsumsi termasuk defecation dan copulation.
    • zona limitan intratalamika (bahasa Inggris: zona limitans intrathalamica, ZLI) yang berfungsi sebagai pusat sinyal layaknya cerebrum dan sebagai pembatas antara talamus dan pretalamus.
    • talamus / dorsal talamus yang berfungsi antara lain menghubungkan komunikasi antar belahan otak besar.
  • hipotalamus, merupakan pusat pengendalian waktu biologis, suhu tubuh dan sekresi hormon dan fungsi biologis lain. Hipotalamus terletak di dasar otak depan.
  • epitalamus
  • pretektum
Otak Tengah
Otak Tengah (bahasa Inggris: mesencephalon) adalah bagian otak yang mempunyai struktur:
  • tektum, terdiri dari 2 pasang colliculi yang disebut corpora quadrigemina:
    • inferior colliculi, terlibat pada proses pendengaran. Sinyal yang diterima dari berbagai nukleus batang otak diproyeksikan menuju bagian dari talamus yang disebut medial geniculate nucleus untuk diteruskan menuju korteks pendengaran primer (bahasa Inggris: primary auditory cortex).
    • superior colliculi, berperan sebagai awal proses visual dan pengendalian gerakan mata
  • cerebral peduncle
    • tegmentum adalah jaringan multi-sinapsis yang terlibat pada sistem homeostasis dan lintasan refleks.
    • crus cerebri
    • substantia nigra
Otak Belakang
Otak belakang (bahasa Inggris: myelencephalon, metencephalon, rhombencephalon) meliputi jembatan Varol (bahasa Inggris: pons, pons Varolii), sumsum lanjutan (bahasa Inggris: medulla oblongata), dan otak kecil (bahasa Inggris: cerebellum). Ketiga bagian ini membentuk batang otak (bahasa Inggris: brainstem).
  • Jembatan Varol berisi serabut saraf yang menghubungkan lobus kiri dan kanan otak kecil, serta menghubungkan otak kecil dengan korteks otak besar.
  • Sumsum lanjutan membentuk bagian bawah batang otak serta menghubungkan jembatan pons dengan sumsum tulang belakang. Sekelompok neuron pada formasi retikular di dalam sumsum lanjutan berfungsi mengontrol sistem pernapasan, dan syaraf kranial yang berfungsi mengatur laju denyut jantung juga berada pada sumsum ini. Selain itu juga berperan sebagai pusat pengatur refleks fisiologi, tekanan udara, suhu tubuh, pelebaran atau penyempitan pembuluh darah, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Fungsi lainnya ialah mengatur gerak refleks, seperti batuk, bersin, dan berkedip.
Otak Kecil
Otak kecil (bahasa Inggris: cerebellum) merupakan bagian terbesar otak belakang. Otak kecil ini terletak di bawa lobus oksipital serebrum. Otak kecil terdiri atas dua belahan dan permukaanya berlekuk-lekuk. Fungsi otak kecil adalah untuk mengatur sikap atau posisi tubuh, keseimbangan, dan koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi.
Mati Otak
Mati otak mengacu kepada kondisi tiadanya distribusi darah dan oksigen (O2 ) ke otak yang menyebabkan seluruh sistem otak (termasuk batang otak, saraf dan bagian-bagian otak lain yang mengatur aktivitas-aktivitas penghidupan seperti pernapasan dan denyut jantung) tidak lagi bekerja dengan sempurna dan keseluruhan. Kehilangan fungsi otak ini umumnya tidak lagi dapat dipulihkan, akhirnya membawa kepada masalah kematian otak. Untuk segelintir pasien, kematian otak dapat terjadi sebelum denyut jantung mereka berhenti sepenuhnya.
Hal ini mungkin terjadi apabila pasien itu mengalami koma akibat kondisi-kondisi seperti yang disebutkan berikut dan telah mendapat perawatan bantuan pernapasan dari mesin khusus pernafasan (ventilator) seperti yang terjadi di unit perawatan rapi:
  • Kecedaran otak yang menyebabkan bengkak otak,
  • Pendarahan otak yang parah terjadi secara spontan,
  • Otak bengkak yang teruk kerana diserang jangkitan kuman,
  • Stroke yang akut ataupun teruk.
Definisi:Kematian Otak
Kematian Otak adalah kondisi di mana otak berhenti berfungsi sementara jantung terus berdenyut.
Definisi:Memar Otak
Memar otak atau kontusio serebri (contusio cerebri, cerebral contusion) adalah perdarahan di dalam jaringan otak yang tidak disertai oleh robekan jaringan yang terlihat, meskipun sejumlah neuron mengalami kerusakan atau terputus. Memar otak disebabkan oleh akselerasi kepala tiba-tiba yang menimbulkan pergeseran otak dan kompresi yang merusak, yang membuat pingsan sementara.
Definisi:Kerusakan Otak
Kerusakan otak (brain damage) adalah kematian atau kerusakan sel-sel otak yang mengakibatkan penurunan kemampuan mental.
Definisi:Gegar Otak
Gegar otak adalah trauma kepala yang tidak disertai kerusakan jaringan otak dan menyebabkan pingsan selama tidak lebih dari 10 menit akibat. Gegar otak mungkin diikuti oleh vertigo atau amnesia retrograde, yaitu kehilangan ingatan untuk periode yang terbatas sebelum terjadinya kecelakaan. Istilah lain untuk gegar otak adalah konkusio serebri atau komosio serebri (commotio cerebri).

Supaya Cerdas dan Tidak Pikun
Dua hal ini berkaitan dengan otak. Juga sama-sama menggambarkan fungsi otak yang optimal. Hanya saja yang satu sering lebih dikaitkan dengan anak-anak dan kaum muda, sedangkan yang kedua dengan orang lanjut usia. Memiliki fungsi otak yang optimal – bisa berpikir dengan cepat dan efisien – memang merupakan dambaan semua orang.
Dari penelitian diketahui fungsi otak bisa optimal bila faktor genetiknya memang sudah bagus, otak rajin diasah, dan selalu mendapatkan kecukupan asupan gizi. Ini penting sejak pembuahan sampai akhir hayatnya.

Butuh Lemak, Tapi ....
Otak yang menjadi sumber kehidupan kita ini, komponen utamanya adalah lemak. Karenanya, untuk memiliki otak yang sehat asupan lemak sangatlah penitng, terutama pada masa tumbuh kembangnya, yakni sejak dalam kandungan.
Tapi, lemak yang dimaksud bukan sembarang lemak melainkan asam lemak omega-3 dengan unsur Arachidonic acid (AA) dan docosahexanoid acid (DHA). Kedua unsur lemak ini sangat dibutuhkan dalam jumlah besar sampai anak berusia 4 – 5 tahun. Untuk mendapatkannya, tak usah jauh-jauh. Cukup dari makanan. Bahan makanan yang merupakan sumber AA adalah ASI dan daging sapi. Sedangkan DHA dapat kita peroleh dari seafood dan telur yang diperkaya dengan omega-3.
Bila pada masa kritis ini asupan gizi tersebut terabaikan, bisa menimbulkan masalah. Misalnya terjadi ketidaksempurnaan pertumbuhan sel otak yang tidak bisa diperbaiki pada tahap pertumbuhan selanjutnya.
Unsur lemak penting lainnya untuk perkembangan otak adalah sphingomyelin yang juga bisa didapatkan dari ASI dan susu sapi.
Ketiga unsur ini sering disebut-sebut dalam iklan susu sapi – demi mendapatkan anak yang cerdas – tapi ada baiknya kita sebagai konsumen bersikap kritis. Seberapa besar kandungan ketiga unsur tadi hadir dalam susu tersebut? Jumlah yang sedikit, tak terlalu berarti bagi perkembangan sel-sel otak.
Melihat unsur-unsur yang diperlukan oleh otak, susu sebagai faktor penyempurna dalam slogan “Empat Sehat Lima Sempurna” sepertinya masih berlaku. Jadi, selain makanan bergizi, anak-anak perlu minum susu. Dengan pertumbuhan sel-sel otak yang sempurna dan sehat, siapa tahu ada anak-anak kita yang akan secerdas Einstein?

Variasikan Menu
Unsur lemak memang dominan bagi kesejahteraan sel-sel otak tapi tidak berarti kita boleh melupakan unsur karbohidrat, seperti nasi, bakmi, bihun, ataupun kentang yang akan diubah oleh tubuh menjadi glukosa. Oleh otak, glukosa ini menjadi bahan bakar untuk meningkatkan staminanya. Melihat begitu pentingnya karbohidrat, kita tak boleh terlambat mensuplainya ke otak. Itulah sebabnya, para ahli selalu  mengingatkan betapa pentingnya sarapan sebelum kita berangkat beraktivitas, entah itu ke sekolah, kampus, atau kantor.
Selain lemak dan karbohidrat, unsur-unsur gizi lainnya juga harus diperhatikan dengan komposisi yang tepat. Masing-masing unsur gizi ini mempunyai tugasnya sendiri-sendiri: karbohidrat sebagai bahan bakar, protein berfungsi membangun neurotransmiter yang menjadi penghubung otak dan saraf, sementara vitamin dan mineral bertugas sebagai menteri pertahanan, melindungi kira dari penyakit.

Pentingnya Sayuran Dan Buah
Setelah otak bertumbuh kembang dengan baik, tugas selanjutnya adalah mempertahankan kesehatannya agar dapat berfungsi dengan optimal. Di sinilah penitngnya asupan vitamin dan mineral yang banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan.
Vitamin A, C, dan E, yang bersifat antioksidan dapat melindungi sel-sel otak dari kerusakan akibat radikal bebas. Sifat pelupa yang berlanjut pada kepikunan menunjukkan indikasi adanya penurunan fungsi sel-sel otak. Dengan kecukupan vitamin-vitamin yang bersifat antioksidan, kita dapat terhindar dari kemunduran otak. Pada otak yang sehat, bila suplai gizi tetap terjaga, kerusakan yang terjadi bisa tertunda.
Untuk mempertajam daya ingat, para peneliti dari Universitas Tufts, AS, mengingatkan kita untuk tidak melupakan asupan asam folat, vitamin B yang banyak terdapat pada sayuran hijau, jeruk, dan kacang-kacangan. Penelitian mereka menunjukkan, kalangan orang setengah baya yang kadar asam folat dalam darahnya tinggi, ingatannya tetap tajam dan jarang terserang Parkinson dan Alzheimer – penyakit yang cukup ditakuti oleh orang-orang lanjut usia. Karenanya, banyaklah makan sayur dan buah-buahan.
Temuan penelitian terbaru, mineral kolin berkhasiat mengoptimalkan fungsi otak, seperti mengingat, berkonsentrasi, dan juga membantu pembentukan dan fungsi sel otak. Kolin bisa didapat dari ASI dan sejumlah bahan makanan. Adapun kebutuhan kolin pada bayi dan anak-anak berkisar 150 – 200 mg/hari, sedangkan pada wanita dewasa 425 mg/hari, dan pria dewasa 550 mg/hari.
Kandungan kolin dalam beberapa bahan makanan, seperti berikut ini. 85 g hati sapi goreng mengandung 355 mg kolin, 1 butir telur 126 mg kolin, 85 g ikan gindara 71 mg kolin, 85 g daging sapi rebus 66 mg kolin, 1 porsi brokoli rebus 62 mg kolin, 85 g ikan salmon 56 mg kolin, 85 g udang 49 mg kolin, 40 g milk chocolate 20 mg kolin, 140 g jeruk 10 mg kolin, 110 g kentang 10 mg kolin, dan segelas susu mengandung 9,7 mg kolin.
Siapa yang tidak ingin mencerdaskan otak anak-anaknya dan siapa pula yang mau pikun? Dengan memperbaiki pola makan, kita bisa mencerdaskan otak dan terhindar dari pikun. (Menu Sehat).

Stroke
Stroke (bahasa Inggris: stroke, cerebrovascular accident, CVA) adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga di Amerika Serikat dan banyak negara industri di Eropa (Jauch, 2005). Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang penderita mengalami kelumpuhan di anggota badannya, hilangnya sebagian ingatan atau kemampuan bicaranya. Beberapa tahun belakangan ini makin populer istilah serangan otak. Istilah ini berpadanan dengan istilah yang sudah dikenal luas, "serangan jantung".
Stroke terjadi karena cabang pembuluh darah terhambat oleh emboli. Emboli bisa berupa kolesterol atau udara.

Klasifikasi
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik maupun stroke hemorragik. Sebuah prognosis hasil sebuah penelitian di Korea menyatakan bahwa, 75,2% stroke iskemik diderita oleh kaum pria dengan prevalensi berupa hipertensi, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. Berdasarkan sistem TOAST, komposisi terbagi menjadi 20,8% LAAS, 17,4% LAC, 18,1% CEI, 16,8% UDE dan 26,8% ODE.

Stroke Hemorragik

Dalam stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Pendarahan dapat terjadi di seluruh bagian otak seperti caudate putamen; talamus; hipokampus; frontal, parietal, dan occipital cortex; hipotalamus; area suprakiasmatik; cerebellum; pons; dan midbrain.Hampir 70 persen kasus stroke hemorrhagik menyerang penderita hipertensi.
Stroke hemorragik terbagi menjadi subtipe intracerebral hemorrhage (ICH), subarachnoid hemorrhage (SAH), cerebral venous thrombosis, dan spinal cord stroke.ICH lebih lanjut terbagi menjadi parenchymal hemorrhage, hemorrhagic infarction, dan punctate hemorrhage.

Stroke Iskemik

Dalam stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri carotis interna merupakan cabang dari arteri carotis communis sedangkan arteri vertebralis merupakan cabang dari arteri subclavia.

Sistem Klasifikasi Etiologis

Beberapa sistem klasifikasi yang didasarkan kepada pertimbangan etiologi telah diterapkan kepada stroke iskemik. Beberapa sistem tersebut gagal mengikuti perkembangan jaman dan tidak lagi dipergunakan, beberapa sistem yang lain masih dapat diterima oleh sebagian masyarakat dan dipergunakan dalam lingkup yang terbatas. Berikut adalah sistem klasifikasi yang paling mutakhir dan paling banyak digunakan.
Sistem TOAST
Sistem TOAST (bahasa Inggris: Trial of ORG 10172 in Acute Stroke Treatment) pertama kali dikembangkan kepada terapi stroke iskemik akut pada awal tahun 1990. Sistem ini didasarkan kepada sebagian besar fitur klinis namun tetap mempertimbangkan informasi diagnostik dari CT, MRI, transthoracic echocardiography, extracranial carotid ultrasonography, dan jika memungkinkan, cerebral angiography.
Sistem TOAST membagi stroke menjadi 5 subtipe yaitu, large artery atherosclerosis (LAAS), cardiaoembolic infarct (CEI), small artery occlusion/lacunar infarct (LAC), stroke of another determined cause/origin (ODE), dan stroke of an undetermined cause/origin (UDE).
Sistem CCS
Klasifikasi sistem CCS (bahasa Inggris: Causative Classification of Stroke System) mirip dengan sistem TOAST dengan perbedaan dalam subtipe large artery atherosclerosis dibedakan menjadi occlusive dan stenotic. Sebagai contoh, penurunan diameter ≥ 50%, atau penurunan diameter <50% disertai plaque ulceration atau trombosis. Dan subtipe undetermined cause dibedakan lebih lanjut menjadi unknown, incomplete evaluation, unclassified stroke (more than one etiology), dan cryptogenic embolism.
Sistem ASCO
ASCO merupakan akronim dari atherothrombosis, small vessel disease, cardiac causes, and other uncommon causes. Sistem ASCO merupakan klasifikasi berdasarkan sistem fenotipe. Tiap fenotipe masih terbagi menjadi jenjang 0, 1, 2, 3 atau 9. Jenjang 0 berarti disease is completely absent, 1 berarti definitely a potential cause of the index stroke, 2 untuk causality uncertain dan 3 untuk unlikely a direct cause of the index stroke (but disease is present), 9 bagi grading is not possible due to insufficient work-up.
Dalam sistem ini, penderita dapat dikategorikan menjadi lebih dari satu subtipe etiologis, misalnya, penderita dengan ateroma karotid yang menyebabkan stenosis 50% dan fibrilasi atrial dengan aterosklerosis dan emboli kardiak, atau dijabarkan menjadi seperti A1-S9-C0-O3.
Sistem UCSD Stroke DataBank
Sistem UCSD mengklasifikan stroke iskemik menjadi large-vessel stenotic, large-vessel occlusive, Small-vessel stenotic, small-vessel occlusive, embolic dan unknown cause. Sedangkan klasifikasi stroke hemorragik terbagi menjadi subtipe yang sama yaitu tipe intracerebral dan subarachnoid.
Sistem HCSR
Sistem HCSR (bahasa Inggris: Harvard Cooperative Stroke Registry) membuat klasifikasi menjadi subtipe stroke yang disertai trombosis di arteri atau dengan infark lakunar, cerebral embolism, intracerebral hematoma, subarachnoid hemorrhage dari malformasi aneurysm atau arteriovenous.
Sistem NINCDS Stroke Data Bank
Dalam Stroke Data Bank of the National Institute of Neurological and Communicative Disorders and Stroke memklasifikasi menjadi subtipe diagnostik berdasarkan riwayat klinis penderita, pemeriksaan, test laborat meliputi tomografi, noninvasive vascular imaging, dan saat memungkinkan dan relevan, angiografi. Dari diagnosa tersebut subtipe infarcts of undetermined cause (IUC) dapat diklasifikasi ulang menjadi subtipe embolisme idiopatik, stenosis atau trombosis di pembuluh nadi, infark lakunar, infarksi superfisial dan sindrom nonlakunar.

Sistem lain

Beberapa ahli lain mempertimbangan klasifikasi berdasarkan fenotipe seperti keberadaan internal carotid artery plaque, intima-media thickness, leukoaraiosis, cerebral microbleeds (CMB), atau multiple lacunae.
CMB adalah deposit hemosiderin intraserebral yang terdapat di ruang pervaskular. Ekspresi CMB sangat tinggi di infark lakunar dan infark aterotrombotik, dan berekspresi rendah di infarksi kardioembolik. CMB dan leukoaraiosis sangat berkaitan erat. Hasil prognosis menunjukkan bahwa CMB ditemukan dalam 47-80% kasus primary intracerebral haemorrhage dan 0-78% dalam kasus ischaemic cerebrovascular disease.

Patofisiologi

Hingga saat ini patofisiologi stroke merupakan studi yang sebagian besar didasarkan kepada serangkaian penelitian, terhadap berbagai proses yang saling terkait, meliputi kegagalan energi, hilangnya homeostasis ion sel, asidosis, peningkatan kadar Ca2+ sitosolik, eksitotoksisitas, toksisitas dengan radikal bebas, produksi asam arakidonat, sitotoksisitas dengan sitokina, aktivasi sistem komplemen, disrupsi sawar darah otak, aktivasi sel glial dan infiltrasi leukosit.
Pusat area otak besar yang terpapar iskemia akan mengalami penurunan aliran darah yang dramatis, menjadi cedera dan memicu jenjang reaksi seperti lintasan eksitotoksisitas yang berujung kepada nekrosis yang menjadi pusat area infark dikelilingi oleh penumbra/zona peri-infarksi. Menurut morfologi, nekrosis merupakan bengkak selular akibat disrupsi inti sel, organel, membran plasma, dan disintegrasi struktur inti dan sitoskeleton.
Di area penumbra, apoptosis neural akan berusaha dihambat oleh kedua mekanisme eksitotoksik dan peradangan, oleh karena sel otak yang masih normal akan menginduksi sistem kekebalan turunan untuk meningkatkan toleransi jaringan otak terhadap kondisi iskemia, agar tetap dapat melakukan aktivitas metabolisme. Protein khas CNS seperti pancortin-2 akan berinteraksi dengan protein modulator aktin, Wiskott-Aldrich syndrome protein verprolin homologous-1 (WAVE-1) dan Bcl-xL akan membentuk kompleks protein mitokondrial untuk proses penghambatan tersebut.
Riset terkini menunjukkan bahwa banyak neuron di area penumbra dapat mengalami apoptosis setelah beberapa jam/hari sebagai bagian dari proses pemulihan jaringan pasca stroke dengan 2 lintasan, yaitu lintasan ekstrinsik dan lintasan intrinsik.
Iskemia tidak hanya mempengaruhi jaringan parenkima otak, namun berdampak pula kepada sistem ekstrakranial. Oleh karena itu, stroke akan menginduksi imunosupresi yang dramatis melalui aktivasi berlebih sistem saraf simpatetik, sehingga memungkinkan terjadinya infeksi bakterial seperti pneumonia.

Eksitotoksisitas Asam Glutamat

Asam glutamat merupakan asam amino neurotransmiter eksitatorial utama di otak, akan menumpuk di ruang ekstraselular dan mengaktivasi pencerapnya. Aktivasi pencerap glutamat akan mempengaruhi konsentrasi ion intraselular, terutama ion Na+ dan Ca2+. Peningkatan influx ion Na+ dapat membuat sel menjadi cedera pada awal mula terjadinya iskemia, namun riset menunjukkan bahwa sebagian besar kerusakan sel yang ditimbulkan oleh toksisitas asam glutamat saat terjadi iskemia lebih disebabkan oleh peningkatan berlebih influx ion kalsium intraselular yang kemudian menimbulkan efek toksik.

Stres Oksidatif

Sepanjang proses stroke, terjadi peningkatan radikal bebas seperti anion superoksida, radikal hidroksil dan NO. Sumber utama senyawa radikal bebas turunan oksigen yang biasa disebut spesi oksigen reaktif dalam proses iskemia adalah mitokondria. Sedangkan produksi senyawa superoksida saat pasca iskemia adalah metabolisme asam arakidonat melalui lintasan siklo-oksigenase dan lipo-oksigenase. Radikal bebas juga dapat diproduksi oleh sel mikroglia yang teraktivasi dan leukosit melalui sistem NADPH oksidase segera setelah terjadi reperfusi di jaringan iskemik. Oksidasi tersebut akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut di jaringan dan merupakan molekul yang penting untuk memicu apoptosis setelah stroke iskemik.
NO umumnya dihasilkan dari L-arginina dengan salah satu isoform NO sintase, dan merupakan kluster diferensiasi neuron di seluruh bagian otak dengan sebutan nNOS. Aktivasi nNOS memerlukan kalsium/kalmodulin. Di sisi lain, ekspresi iNOS (bahasa Inggris: inducible NOS) terdapat di sel radang seperti sel mikroglia dan monosit. Kedua isoform nNOS dan iNOS memiliki peran yang merusak otak pada rentang waktu iskemia. Namun isoform yang ketiga eNOS (bahasa Inggris: endothelial NOS) memiliki efek vasodilasi dan tidak bersifat merusak.
Aktivasi pencerap NMDA saat iskemia akan menstimulasi produksi NO oleh nNOS. NO yang terbentuk akan masuk ke dalam sitoplasma dan bereaksi dengan superoksida dan menghasilkan sejenis spesi oksigen yang sangat reaktif yaitu peroksinitrita (ONOO-).
Pasca iskemia, kedua jenis spesi oksigen reaktif dan spesi nitrogen reaktif kemudian berperan untuk mengaktivasi beberapa lintasan metabolisme seperti radang, apoptosis, dan penurunan pasokan oksigen yang berdampak kepada peningkatan asam laktat melalui glikolisis anaerobik atau asidosis. Selain itu, akan tampak ekspresi gen iNOS di sel vaskular maupun sel yang mengalami peradangan dan ekspresi gen COX-2 di sel saraf di area antara infark dan penumbra. Kedua gen radang ini akan meningkatkan kerusakan iskemik.

Peroksidasi Lipid

Selain menghasilkan berbagai senyawa ROS, lintasan asidosis juga turut serta dalam proses sintesis protein intraselular. Peroksidasi lipid di membran sel yang menginduksi apoptosis terhadap neuron, akan menghasilkan senyawa aldehida yang disebut 4-hidroksinonenal (4-HNE) yang akan bereaksi dengan transporter membran seperti Na+/K+ ATPase, transporter glutamat dan transporter glukosa.
Kerusakan di transporter membran, yang menyebabkan influx berlebih ion Ca2+ dan radikal bebas, lebih lanjut akan mengaktivasi faktor transkripsi neuroprotektif seperti NF-κB, HIF-1 dan IRF-1. Aktivasi faktor transkripsi ini akan menginduksi produksi sitokina radang seperti IL-1, IL-6, TNF-α, kemokina seperti IL-8, MCP-1, molekul adhesi sel seperti selektin, ICAM-1, VCAM-1 dan gen pro-radang lainnya seperti IIP-10.

Disfungsi Sawar Darah Otak

Sawar darah otak yang merupakan jaringan endotelium di otak akan merespon kondisi cedera akibat stroke dengan meningkatkan permeabilitas dan menurunkan fungsi sawarnya, bersamaan dengan degradasi lamina basal di dinding pembuluhnya. Oleh sebab itu, pada kondisi akut, stroke akan meningkatkan interaksi antara sel endotelial otak dengan sel ekstravaskular seperti astrosit, mikroglia, neuron, dengan sel intravaskular seperti keping darah, leukosit; dan memberikan kontribusi lebih lanjut pada proses peradangan, disamping perubahan sirkulasi kadar ICAM-1, trombomodulin, faktor jaringan dan tissue factor pathway inhibitor.Disfungsi endotelial yang menyebabkan defisiensi sawar darah otak, impaired cerebral autoregulation dan perubahan protrombotik dipercaya merupakan penyebab cerebral small vessel disease (SVD). Penderita (SVD) dapat mengalami infark lakunar, atau dengan disertai leukoaraiosis.
Dari 594 penderita stroke, leukoaraiosis ditemukan dalam 55,4% cerebral large vessel disease (LVD) atau ateroskeloris, 30,3% dalam SVD dan 14,3% dalam cardioembolic disease. Dalam pronosis LVD, leukoaraiosis memiliki kecenderungan ke arah grup stenosis intrakranial dengan 40,3% untuk grup intrakranial, 26,9% untuk grup ekstrakranial dan 45,5% untuk grup kombinasi keduanya. Tidak ditemukan korelasi antara leukoaraiosis dengan diabetes mellitus, hiperlipidemia, merokok, hipertensi dan penyakit jantung.

Infiltrasi Leukosit

Di jaringan otak terdapat beberapa populasi sel dengan kapasitas untuk mensekresi sitokina setelah terjadi stimulasi iskemia, yaitu sel endotelial, astrosit, sel mikroglia dan neuron.
Peran respon peradangan pasca iskemia dilakukan oleh sel mikroglia, terutama di area penumbra dengan sekresi sitokina pro-radang, metabolit dan enzim toksik. Selain itu, sel mikroglia dan astrosit juga mensekresi faktor neuroprotektif seperti eritropoietin, TGFβ1, dan metalotionein-2.
Terdapat banyak bukti yang menunjukkan peran leukosit terhadap patogenesis cedera akibat stroke seperti cedera di jaringan akibat reperfusi dan disfungsi mikrovaskular. Bukti-bukti tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian pokok yaitu,
  • Terjadi akumulasi leukosit pasca iskemia hingga terjadi cedera jaringan
  • Simtoma iskemia direspon dengan peningkatan neutrofil. Dalam percobaan dengan tikus, rendahnya populasi neutrofil dalam sirkulasi darah menunjukkan volume infark yang lebih kecil.
  • Pencegahan adhesi sel antara leukosit dengan sel endotelial pada sawar darah otak, dengan antibodi monoklonal terbukti dapat memberikan perlindungan terhadap cedera akibat stroke.
Akumulasi sel T terjadi pasca iskemia, dan diperkirakan merupakan penyebab terjadinya reperfusi. Sel T CD8 dapat menginduksi cedera otak dengan molekul dari granula sitotoksik. Sel TH1 CD4+ dengan sekresi sitokina pro-radang termasuk IL-2, IL-12, IFN-γ dan TNF-α dapat memperburuk efek yang ditimbulkan stroke, sedangkan Sel TH2 CD4+ dengan sitokina anti-radang seperti IL-4, IL-5, IL-10 dan IL-13 lebih mempunyai peran protektif.

Pendarahan

Pada percobaan terhadap hewan kelinci, setidaknya sitokina TNF-α atau antibodinya berperan atas terjadinya pendarahan setelah terjadi stroke iskemik yang diinduksi oleh klot.Dalam hal ini terjadi peningkatan prognosis terjadinya pendarahan dari 18,5% menjadi 53,3% dan peningkatan volume pendarahan hingga 87%. Disamping itu, penggunaan tissue plasminogen activator (tPA) dengan dosis standar 3,3 mg/kg akan meningkatkan kemungkinan pendarahan dari 18,5% menjadi 76,5%, efek tPA ini dapat diredam dengan penggunaan antibodi anti-TNFα. Pemberian EPO setelah 6 jam serangan stroke akan memperburuk pendarahan yang diinduksi tPA dengan mediasi MMP-9, NF-κB dan interleukin-1 receptor-associated kinase-1 (IRAK-1).
Pada hewan tikus, TNF-α akan menginduksi ekspresi MMP-9 yang menurunkan kadar protein dalam sawar darah otak seperti okludin, dan meningkatkan permeabilitas pada pembuluh kapiler otak. MMP-9 kemudian memodulasi, Gelatinase A untuk membuka sawar darah otak. Pendarahan yang terjadi kemudian direspon tubuh dengan memproduksi urokinase-type plasminogen activator (uPA). Ekspresi MMP-9 juga dapat diinduksi oleh lipopolisakarida.

Faktor Risiko

  • Merokok
  • Alkohol
  • Diet
  • Tingginya Kadar Kolesterol
  • Riwayat Keluarga
Hipertensi
Hipertensi akan merangsang pembentukan plak aterosklerotik di pembuluh arteri dan arteriol dalam otak, serta menginduksi lintasan lipohialinosis di pembuluh ganglia basal, hingga menyebabkankan infark lakunar atau pendarahan otak.

Fibrilasi Atrial

Fibrilasi atrial merupakan indikasi terjadinya kardioembolisme, sedangkan kardioembolisme merupakan 20% penyebab stok iskemik. Kardioembolisme terjadi akibat kurangnya kontraksi otot jantung di bilik kiri, disebut stasis, yang terjadi oleh penumpukan konsentrasi fibrinogen, D-dimer dan faktor von Willebrand. Hal ini merupakan indikasi status protrombotik dengan infark miokardial, yang pada gilirannya, akan melepaskan trombus yang terbentuk, dengan konsekuensi peningkatan risiko embolisasi di otak. Sekitar 2,5% penderita infark miokardial akut akan mengalami stroke dalam kurun waktu 2 hingga 4 minggu, 8% pria dan 11% wanita akan mengalami stroke iskemik dalam waktu 6 tahun, oleh karena disfungsi dan aneurysm bilik kiri jantung.

Aterosklerosis

Penelitian mengenai lintasan aterogenesis yang memicu aterosklerosis selama ini terfokus kepada pembuluh nadi koroner, namun proses serupa juga terjadi di otak dan menyebabkan stroke iskemik. Aterosklerosis dapat menyerang pembuluh nadi otak seperti pembuluh karotid, pembuluh nadi di otak tengah, dan pembuluh basilar, atau kepada pembuluh arteriol otak seperti pembuluh lenticulostriate, basilar penetrating, dan medullary. Beberapa riset menunjukkan bahwa mekanisme aterosklerosis yang menyerang pembuluh nadi dapat sedikit berbeda dengan mekanisme kepada pembuluh arteriol.
Aterosklerosis intrakranial dianggap sebagai kondisi yang sangat jarang terjadi. Hasil otopsi infark otak dari 339 penderita stroke yang meninggal akibat aterosklerosis intrakranial, ditemukan 62,2% plak intrakranial dan 43,2% stenosis intrakranial. Hasil otopsi oleh National Cardiovascular Center, Osaka, Jepang terhadap 142 penderita stroke yang meninggal dalam waktu 30 hari sejak terhitung sejak terjadi serangan iskemia, menunjukkan bahwa kedua jenis trombus yang kaya akan keping darah dan yang kaya akan fibrin berkembang di culprit plaque di dalam pembuluh nadi otak merupakan faktor utama penyebab stroke aterotrombotik. 70% kasus stroke kardioembolik menunjukkan keberadaan trombus sebagai sumber potensial terbentuknya emboli di jantung atau pembuluh balik terhadap penderita patent foramen ovale dan tetralogy of Fallot. Umumnya trombus yang kaya akan keping darah yang mengendap di pembuluh balik jantung, akan terlepas dan membentuk emboli di pembuluh nadi otak.

Diabetes Mellitus

Berdasarkan studi hasil otopsi, penderita diabetes mellitus rentan terhadap infark lakunar dan cerebral small vessel disease. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa diabetes merupakan faktor risiko bagi stroke iskemik. Patogenesis stroke yang dipicu tampaknya dimulai dari reasi berlebih glikasi dan oksidasi, disfungsi endotelial, peningkatan agregasi keping darah, defisiensi fibrinolisis dan resistansi insulin. Dalam hewan tikus, stroke iskemik yang terjadi dalam diabetes mellitus akan memicu stroke hemorragik yang disertai dengan peningkatan enzim MMP-9 di otak yang memperburuk kondisi leukoaraiosis.

Transient Ischemic Attack (TIA)

Transient ischemic attack (TIA), disebut juga acute cerebrovascular syndrome (ACVS), adalah salah satu faktor risiko dari stroke iskemik.
TIA dapat dijabarkan sebagai episode singkat disfungsi neurologis yang biasanya terjadi akibat gangguan vaskular, berupa simtoma iskemia di otak atau retina yang berlangsung kurang dari 24 jam, atau kurang dari 1 jam, tanpa meninggalkan bekas berupa infark serebral akut.
Dari sudut pandang lain, oleh karena stroke merupakan defisiensi neurologis akibat perubahan aliran darah di jaringan otak, maka TIA dapat dikatakan sebagai indikasi atau simtoma yang ditimbulkan dari perubahan aliran darah otak yang tidak dapat dideteksi secara klinis dalam waktu 24 jam.
TIA tidak selalu menjadi indikasi akan terjadinya stroke di kemudian hari, dan jarang sekali dikaitkan dengan stroke hemorragik primer. Dalam populasi manusia yang telah beranjak tua, TIA diinduksi oleh terhalangnya aliran darah di pembuluh darah besar terutama akibat aterotrombosis, namun dalam penderita yang berusia di bawah 45 tahun TIA umumnya disebabkan oleh robeknya pembuluh darah (bahasa Inggris: arterial dissection), migrain dan obat-obatan sympathomimetic. TIA juga dapat disebabkan oleh :
  • Large Artery Atherothrombosis With Distal Flow Reduction
  • Arteriosklerosis Di Pembuluh Darah Kecil ("Lacunar Tias")
  • Emboli Kardiogenic Dan Emboli Antar-Arteri
  • Vasospasma
  • Vaskulitis
  • Sludging-Polycythemia. Sickle Cell Anemia. Trombositemia Dan Sejenisnya
  • Hypercoaguable States-Puerperium. Oral Contraceptive Use. 'Sticky Platelet Syndrome" Dan Sejenisnya
  • Meningitis
  • Cortical Vein Thrombosis-Dehydration. Puerperium. Infection. Neoplasma Dan Sejenisnya
  • Displasia Fibromuskular
  • Sindrom Moyamoya
  • Arteritis Takayasu
Namun beberapa kondisi lain dapat menimbulkan gejala yang sangat serupa dengan TIA, seperti focal seizure activity, migraine (?"spreading depression"), compressive mononeuropathies (carpal tunnel syndrome. ulnar elbow compression and so forth), sindrom Adams-Stokes, tumor otak dengan gejala neurologik transien, hematoma subdural, Demyelinating disease, hipoglisemia, hiperglisemia, primary ocular disease-glaucoma, vitreal hemorrhage. floaters and the like, functional disorders-conversion hysteria, malingering, hiperventilasi.

Cardiac Papillary Fibroelastoma (CPF)

Dari 725 kasus CPF, 55% merupakan penderita pria dengan lokasi tumor, umumnya, ditemukan di permukaan valvular, terutama di katup trikuspidalis aortik, selain katup mitralis. Tumor juga ditemukan di permukaan non-valvular, seperti di bilik kiri. Ukuran tumor bervariasi dari 2 mm hingga 70 mm.
Manifestasi klinis CPF meliputi stroke, infark miokardial, emboli paru, gagal jantung congestive dan serangan jantung mendadak. Meskipun demikian, tidak semua penderita menunjukkan simtoma demikian.

Cryptogenic Cerebral Infarction (CCI)

CCI paling banyak ditemukan dalam penderita patent foramen ovale baik yang disertai maupun tidak disertai septal aneurysm. Sejak tahun 1989, CCI merupakan penyebab 40% kasus stroke iskemik. 4,9% pria dan 2,4% wanita mengalami mutasi genetik galaktosidase-alfa yang merupakan indikasi penyakit Fabry, sedangkan studi lain menunjukkan keterkaitan dengan trombofilia. Lintasan patogenesis CCI diperkirakan meliputi aterosklerosis di pembuluh nadi otak, baik yang bersifat intrakranial seperti moderate middle cerebral artery stenosis, ekstrakranial seperti vertebral artery origin stenosis atau proksimal seperti thick plaques in the aortic arch yang selama ini dianggap tidak berkaitan dengan patogenesis stroke.

Patent Foramen Ovale (PFO)

Sindrom platipnea-ortodeoksia merupakan kondisi yang jarang terjadi dengan simtoma berupa dispnea dan desaturasi arterial. PFO merupakan salah satu bentuk sindrom platipnea-ortodeoksia dengan peningkatan ortostatik di area defisiensi atrial septal.Hasil diagnosa PFO yang sering ditemukan pada CCI dan migrain, juga diperkirakan sebagai penyebab emboli pada penderita tromboembolisme arterial.

Diagnosis

Diagnosis stroke adalah secara klinis beserta pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain CT scan kepala, MRI. Untuk menilai kesadaran penderita stroke dapat digunakan Skala Koma Glasgow. Untuk membedakan jenis stroke dapat digunakan berbagai sistem skor, seperti Skor Stroke Siriraj, Algoritma Stroke Gajah Mada, atau Algoritma Junaedi.

Simtoma Klinis

Fitur stroke iskemik yang sangat umum, menurut Uniformed Services University of the Health Sciences, masih berdasar kepada banyaknya hasil diagnosis pemeriksaan fisik terhadap penderita yang dirangkum dalam satu kurun waktu. USUHS merangkumnya menjadi tabel berikut agar dapat digunakan masyarakat awam untuk mengenali gejala klinis stroke sedini mungkin. Dan bagi tenaga medis profesional, The National Institute of Health telah membuat tabel skala strok sebagai panduan guna melakukan diagnosis dalam waktu kurang dari sekitar 5 hingga 10 menit.

Simtoma Paraklinis

Beberapa senyawa biokimiawi di dalam serum darah yang dapat dijadikan dasar diagnosis dan prognosis terjadinya nekrosis otak antara lain:

S100-β

S100-β adalah peptida yang disekresi astrosit pada saat terjadi cedera otak, proses neurodegenerasi dan kelainan psikiatrik. S100-β merupakan senyawa pengikat kalsium, secara in vitro, pada kadar rendah, interaksi dengan sistem kekebalan di otak akan meningkatkan kelangsungan hidup bagi neuron yang sedang berkembang, namun, pada kadar yang lebih tinggi, S100-β akan menstimulasi produksi sitokina pro-peradangan dan apoptosis.
Studi terhadap hewan menunjukkan efek neuroprotektif S100-β dengan teraktivasinya proses selular di neuron yang menahan eksitotoksisitas yang diinduksi NMDA. Peningkatan serum S100-β selalu terjadi pada stroke iskemik, dan terjadi pula pada kondisi yang lain seperti traumatic brain injury (TBI), Alzheimer dan schizophrenia.
Saat terjadi stroke iskemik, konsentrasi serum S100-β mencapai titik maksimum pada hari ke-2 hingga 4. Nilai konsentrasi maksimum S100-β berkaitan dengan skala stroke NIH, ukuran dan patofisiologi infark, sehingga semakin tinggi nilai maksimum S100-β, semakin tinggi pula risiko terjadinya transformasi hemorragik. Peningkatan S100-β juga ditemukan dalam stroke hemorragik primer, yang menunjukkan volume hematoma awal.
Peningkatan kadar S100-β tidak harus terjadi dengan cepat, dan masih banyak sel selain astrosit dan sel Schwann yang menhasilkan S100-β, sehingga penggunaan nilai serum S100-β sebagai salah satu dasar diagnosis stroke masih cukup rentan. Namun beberapa studi telah menunjukkan bahwa serum S100-β lebih terkait dengan kondisi integritas sawar darah otak.

Glial Fibrillary-Associated Protein (GFAP)
GFAP merupakan monomeric intermediate filament protein yang terdapat di astrosit dan sel ependimal otak yang berfungsi sebagai bagian sitoskeleton. Kadar serum S100-β dan GFAP akan meningkat tajam pada hari 1-2 sesuai dengan ukuran infark, dan kembali normal sekitar 3 minggu kemudian.
Serum GFAP merupakan indikator yang lebih peka daripada S100-β pada stroke minor maupun guratan kecil, namun waktu tunda peningkatan serum ini membuat aplikasi diagnostiknya menjadi terbatas.

Myelin Basic Protein (MBP)

MBP adalah protein hidrofilik penting bagi struktur selubung mielin. Kadar MBP dalam CSF sering digunakan sebagai indikasi aktivitas patogen dalam sklerosis multipel. Stroke juga disertai dengan peningkatan kadar MBP dalam CSF sekitar 1 minggu setelah terjadinya serangan, dan kembali normal setelah minggu ketiga.

Fatty Acid-Binding Proteins (Fabps)

FABP adalah kelompok molekul intraselular yang berperan dalam menyangga dan sebagai transportasi asam lemak berantai panjang, yang akan segera disekresi ke dalam sirkulasi darah sesaat setelah terjadi kerusakan sel. Di tubuh manusia terdapat 9 jenis FABP yang tersebar dalam masing-masing jenis jaringan yang berbeda. Empat jenis FABP terdapat di sistem saraf, dua diantaranya hanya ditemukan di sistem saraf pusat orang dewasa, yaitu brain-type (B-FABP) di glia dan heart-type (H-FABP) di neuron.
Ditemukannya H-FABP dalam berbagai jenis jaringan merupakan tanda-tanda infak miokardial akut. B-FABP berada dalam jaringan di dalam sistem saraf pusat dan tidak dapat dideteksi dalam serum darah manusia sehat. Serum H-FABP dan B-FABP akan tajam dalam 2-3 jam sejak terjadi serangan stroke. B-FABP merupakan indikasi yang sangat peka terhadap infark lakunar dan infark subkortikal, namun tidak menunjukkan tingkat kerusakan yang terjadi di neuron, dan bukan merupakan indikasi spesifik terjadinya stroke. Sebaliknya peningkatan H-FABP berbanding lurus dengan ukuran infark dan tingkat kerusakan saraf.

Neuron-Specific Enolase (NSE)

NSE merupakan salah satu dari tiga bentuk enolase, sebuah enzim yang terdapat di lintasan glikolisis. Walaupun cukup spesifik di neuron, NSE juga dapat ditemukan di kultur sel neuroendokrin dan bentuk sel kanker terkait. Konsentrasi NSE di dalam CSF akan meningkat seiring terjadinya stroke iskemik dan sejumlah cedera otak lain seperti subarachnoid hemorrhage, ICH, dan lain-lain, hingga mulai dapat dideteksi setelah 4-8 jam setelah terjadinya serangan. Konsentrasi tertinggi setelah terjadi stroke iskemik memiliki korelasi dengan nilai pada skala stroke NIH.

Protein Tau (TP)

Otak memiliki 6 isomer TP yang memungkinkan terbentuknya mikrotubula dengan interaksi tubulin. Peningkatan kadar TP terjadi dengan sangat lambat dan hanya 27% total konsentrasi yang mengalami peningkatan di luar batas atas ambang normal dalam waktu 24 jam setelah serangan stroke iskemik, namun nilai konsentrasi ini menunjukkan ukuran infark dan strata serangan stroke. Peningkatan kadar TP dalam CSF pasca stroke juga merupakan indikasi ukuran infark. Akan tetapi stroke tidak mempengaruhi kadar β-amyloid, ApoE dan klusterin dalam CSF.

Penanganan

Penderita stroke akut biasanya diberikan SM-20302,  atau microplasmin, oksigen, dipasang infus untuk memasukkan cairan dan zat makanan, kemudian diberikan manitol atau kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak, akibat infiltrasi sel darah putih. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa dicegah atau dipulihkan jika recombinan tissue plasminogen activator (rtPA) atau streptokinase yang berfungsi menghancurkan emboli diberikan dalam waktu 3 jam, setelah timbulnya stroke. Trombolisis dengan rtPA terbukti bermanfaat pada manajemen stroke akut, walaupun dapat meningkatkan risiko pendarahan otak,terutama pada area sawar darah otak yang terbuka.
Beberapa senyawa yang diberikan bersamaan dengan rtPA untuk mengurangi risiko tersebut antara lain batimastat (BB-94) dan marimastat (BB-2516),yang menghambat enzim MMP, senyawa spin trap agent seperti alpha-phenyl-N-t-butylnitrone (PBN) dan disodium- [tert-butylimino)methyl]benzene-1,3-disulfonate N-oxide (NXY-059), dan senyawa anti-ICAM-1.
Metode perawatan hemodilusi dengan menggunakan albumin masih kontroversial, namun penelitian oleh The Amsterdam Stroke Study memberikan prognosis berupa penurunan angka kematian dari 27% menjadi 16%, peningkatan kemandirian aktivitas dari 35% menjadi 48%, saat 3 bulan sejak terjadi serangan stroke akut.

Pemulihan

Serangan stroke terkait dengan keterbatasan pulihnya fungsi otak, meskipun area peri-infark menjadi lebih bersifat neuroplastik sehingga memungkinkan perbaikan fungsi sensorimotorik melakukan pemetaan ulang di area otak yang mengalami kerusakan. Di tingkat selular, terjadi dua proses regenerasi dalam korteks peri-infark, akson akan mengalami perubahan fenotipe dari neurotransmiter ke dalam status regeneratif, dan menjulurkan tangkainya untuk membuat koneksi baru di bawah pengaruh trombospondin, laminin, dan NGF hasil sekresi sel Schwann,dan terjadi migrasi sel progenitor neuron ke dalam korteks peri-infark.Hampir sepanjang 1 bulan sejak terjadi serangan stroke, daerah peri-infark akan mengalami penurunan molekul penghambat pertumbuhan. Pada rentang waktu ini, neuron akan mengaktivasi gen yang menstimulasi pertumbuhan, dalam ritme yang bergelombang. Neurogenesis saling terkait dengan angiogenesis juga terjadi bergelombang yang diawali dengan migrasi neuroblas dengan ekspresi GFAP, yang berada dalam zona subventrikular ke dalam korteks peri-infark. Migrasi ini dimediasi oleh beberapa senyawa antara lain eritropoietin, stromal-derived factor 1 (SDF-1) dan angiopoietin-1, hingga menghasilkan neuroblas dengan jarak tempuh migrasi yang lebih panjang dan rentang waktu sitokinesis yang lebih pendek.
Terhambatnya fungsi pencerap GABA ekstrasinaptik di area peri-infark yang terjadi akibat oleh disfungsi transporter GABA GAT-3/GAT-4, dalam hewan tikus, dapat dipulihkan dengan pemberian benzodiazepina.

Pencegahan

Dalam manusia tanpa faktor risiko stroke dengan umur di bawah 65 tahun, risiko terjadinya serangan stroke dalam 1 tahun berkisar pada angka 1%. Setelah terjadinya serangan stroke ringan atau TIA, penggunaan senyawa anti-koagulan seperti warfarin, salah satu obat yang digunakan untuk penderita fibrilasi atrial, akan menurunkan risiko serangan stroke dari 12% menjadi 4% dalam satu tahun. Sedangkan penggunaan senyawa anti-keping darah seperti aspirin, umumnya pada dosis harian sekitar 30 mg atau lebih, hanya akan memberikan perlindungan dengan penurunan risiko menjadi 10,4%. Kombinasi aspirin dengan dipyridamole memberikan perlindungan lebih jauh dengan penurunan risiko tahunan menjadi 9,3%.
Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya stroke adalah dengan mengidentifikasi orang-orang yang berisiko tinggi dan mengendalikan faktor risiko stroke sebanyak mungkin, seperti kebiasaan merokok, hipertensi, dan stenosis di pembuluh karotid, mengatur pola makan yang sehat dan menghindari makanan yang mengandung kolesterol jahat (LDL), serta olaraga secara teratur. Stenosis merupakan efek vasodilasi endotelium yang umumnya disebabkan oleh turunnya sekresi NO oleh sel endotelial, dapat diredam asam askorbat yang meningkatkan sekresi NO oleh sel endotelial melalui lintasan NO sintase atau siklase guanilat, mereduksi nitrita menjadi NO dan menghambat oksidasi LDL di lintasan aterosklerosis.
Beberapa institusi kesehatan seperti American Heart Association atau American Stroke Association Council, Council on Cardiovascular Radiology and Intervention memberikan panduan pencegahan yang dimulai dengan penanganan seksama berbagai penyakit yang dapat ditimbulkan oleh aterosklerosis, penggunaan senyawa anti-trombotik untuk kardioembolisme dan senyawa anti-keping darah bagi kasus non-kardioembolisme, diikuti dengan pengendalian faktor risiko seperti arterial dissection, patent foramen ovale, hiperhomosisteinemia, hypercoagulable states, sickle cell disease; cerebral venous sinus thrombosis; stroke saat kehamilan, stroke akibat penggunaan hormon pasca menopause, penggunaan senyawa anti-koagulan setelah terjadinya cerebral hemorrhage; hipertensi, hipertensi, kebiasaan merokok, diabetes, fibrilasi atrial, dislipidemia, stenosis karotid, obesitas, sindrom metabolisme, konsumsi alkohol berlebihan, konsumsi obat-obatan berlebihan, konsumsi obat kontrasepsi, mendengkur, migrain, peningkatan lipoprotein dan fosfolipase.

Stroke Dan Jenis-Jenisnya
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang disebabkan oleh terhentinya aliran darah ke area otak. Jika aliran darah berhenti selama lebih dari beberapa detik, sel-sel jaringan otak yang tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen dapat mati dan menyebabkan kerusakan fungsi otak permanen.
Tanda paling umum dari stroke adalah kelemahan tiba-tiba pada wajah, lengan atau kaki, paling sering di salah satu sisi tubuh. Tanda-tanda peringatan lainnya dapat berupa:
  • Mati rasa mendadak pada wajah, lengan, atau kaki, terutama pada satu sisi tubuh
  • Kebingungan, tiba-tiba kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan
  • Tiba-tiba kesulitan melihat pada satu atau kedua mata
  • Tiba-tiba kesulitan berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan atau koordinasi
  • Mendadak sakit kepala parah tanpa diketahui penyebabnya.
Tanda-tanda stroke tergantung pada sisi otak yang dipengaruhi, bagian otak yang terkena, dan tingkat cedera otak. Oleh karena itu, setiap orang mungkin memiliki tanda-tanda peringatan stroke yang berbeda. Stroke dapat menimbulkan sakit kepala, atau mungkin sama sekali tidak menyakitkan.

Ada Dua Jenis Utama Stroke:
1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi bila pembuluh darah yang memasok darah ke otak tersumbat. Jenis stroke ini yang paling umum (hampir 90% stroke adalah iskemik).
Kondisi yang mendasari stroke iskemik adalah penumpukan lemak yang melapisi dinding pembuluh darah (disebut aterosklerosis). Kolesterol, homosistein dan zat lainnya dapat melekat pada dinding arteri, membentuk zat lengket yang disebut plak. Seiring waktu, plak menumpuk. Hal ini sering membuat darah sulit mengalir dengan baik dan menyebabkan bekuan darah (trombus).
Stroke iskemik dibedakan berdasarkan penyebab sumbatan arteri:
  • Stroke Trombotik. Sumbatan disebabkan trombus yang berkembang di dalam arteri otak yang sudah sangat sempit.
  • Stroke Embolik. Sumbatan disebabkan trombus, gelembung udara atau pecahan lemak (emboli) yang terbentuk di bagian tubuh lain seperti jantung dan pembuluh aorta di dada dan leher, yang terbawa aliran darah ke otak. Kelainan jantung yang disebut fibrilasi atrium dapat menciptakan kondisi di mana trombus yang terbentuk di jantung terpompa dan beredar menuju otak.
2. Stroke Hemoragik.
Stroke hemoragik disebabkan oleh pembuluh darah yang bocor atau pecah di dalam atau di sekitar otak sehingga menghentikan suplai darah ke jaringan otak yang dituju. Selain itu, darah membanjiri dan memampatkan jaringan otak sekitarnya sehingga mengganggu atau mematikan fungsinya.
Dua jenis stroke hemoragik:
  • Perdarahan Intraserebral. Perdarahan intraserebral adalah perdarahan di dalam otak yang disebabkan oleh trauma (cedera otak) atau kelainan pembuluh darah (aneurisma atau angioma). Jika tidak disebabkan oleh salah satu kondisi tersebut, paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi kronis. Perdarahan intraserebral menyumbang sekitar 10% dari semua stroke, tetapi memiliki persentase tertinggi penyebab kematian akibat stroke.
  • Perdarahan Subarachnoid. Perdarahan subarachnoid adalah perdarahan dalam ruang subarachnoid, ruang di antara lapisan dalam (Pia mater) dan lapisan tengah (arachnoid mater) dari jaringan selaput otak (meninges). Penyebab paling umum adalah pecahnya tonjolan (aneurisma) dalam arteri. Perdarahan subarachnoid adalah kedaruratan medis serius yang dapat menyebabkan cacat permanen atau kematian. Stroke ini juga satu-satunya jenis stroke yang lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
Gejala dan Penanganan Stroke Ringan
Stroke ringan atau yang dikenal secara medis sebagai transient ischemic attack (TIA) terjadi ketika asupan oksigen ke bagian tertentu dari otak terhalang sebentar, lalu kembali normal. Halangan tersebut biasanya disebabkan oleh penyempitan arteri otak karena aterosklerosis atau gumpalan darah kecil yang terbawa masuk dari tempat lain dalam tubuh dan menyumbat arteri otak. Kebanyakan stroke ringan hanya berlangsung kurang dari sepuluh menit dengan gejala yang bersifat temporer. Sebagian stroke ringan lainnya berlangsung hingga beberapa jam. Bila berlanjut lebih dari 24 jam maka dikategorikan sebagai stroke biasa.

Gejala Stroke Ringan

Gejala stroke ringan mirip dengan stroke biasa. Berikut adalah beberapa gejala stroke ringan, tergantung bagian mana dari sistem peredaran darah dan otak Anda yang terkena:
  • Masalah penglihatan di salah satu atau kedua mata, termasuk penglihatan ganda dan kebutaan sementara
  • Pusing, bingung dan lemah
  • Kesulitan berbicara, termasuk berbicara dengan intonasi kacau
  • Tidak dapat berjalan (ataxia).
  • Kehilangan ingatan atau kesadaran secara tiba-tiba
  • Kesulitan koordinasi tangan dan lengan
  • Lemah atau lumpuh di satu sisi tubuh

Diagnosis

Bila Anda mengalami gejala di atas, Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter. Stroke ringan adalah ancaman sekaligus peluang bagi Anda. Disebut ancaman karena sebagai peringatan adanya risiko stroke berat di masa mendatang. Disebut peluang karena Anda memiliki peluang mencegahnya.
Selain memeriksa gejala, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan Anda, termasuk bila Anda memiliki risiko stroke karena tekanan darah tinggi, diabetes, kolesterol tinggi, merokok dan penyakit jantung tertentu. Pemeriksaan fisik mencakup pemeriksaan neurologis untuk mengevaluasi tingkat kesadaran, sensasi, dan fungsi (visual, motorik, bahasa) dan menentukan penyebab, lokasi, dan tingkat stroke. Dokter Anda akan mengevaluasi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi dan tanda-tanda vital (yaitu, nadi, respirasi, suhu badan). Kepala (termasuk telinga, mata, hidung, dan tenggorokan) dan ekstremitas juga diperiksa untuk membantu menentukan penyebab dari stroke dan mengesampingkan kondisi lain yang menghasilkan gejala yang sama.
Untuk memastikan penyebab stroke ringan, dokter Anda mungkin meminta dilakukan pemeriksaan CT (computed tomography) atau MRI (magnetic resonance imaging) pada otak Anda. Pemeriksaan lain atas kondisi jantung dan sirkulasi darah dengan menggunakan Doppler, MRA (magnetic resonance angiography) atau rontgen jantung juga mungkin dilakukan.

Penanganan
Bila Anda telah terkena stroke ringan, dokter akan memberikan obat-obatan pencegah penggumpalan darah untuk mengurangi risiko berulangnya stroke, yaitu anti-koagulan dan anti-platelet. Aspirin adalah jenis obat yang paling banyak diberikan pada pasien pasca stroke.
Bila pembuluh arteri di leher Anda mengalami penyempitan berarti, pembedahan atau stent arteri carotid mungkin dilakukan untuk mengoreksinya.

9 Hal yang Harus Dilakukan Pasca Stroke Ringan
Stroke ringan atau serangan iskemik transien disebabkan oleh penyumbatan transien (sementara) arteri otak oleh gumpalan darah, yang biasanya berlangsung kurang dari satu jam. Seringkali serangan ini merupakan pertanda akan datangnya stroke nyata (stroke berat) yang mengakibatkan gangguan aliran darah berkepanjangan sehingga merusak jaringan otak secara permanen. Stroke ringan adalah sinyal bahwa perawatan mendesak diperlukan untuk mencegah stroke yang sebenarnya. Langkah-langkah pencegahan yang serius harus segera dilakukan.
Bila Anda terkena stroke ringan, delapan hal berikut perlu segera Anda lakukan:
  1. Pemantauan Tekanan Darah. Tekanan darah harus benar-benar dipantau dan tidak melebihi 140/90 mmHg bila tidak ada faktor risiko lainnya. Jika perlu, terapi antihipertensi yang diresepkan dan efektivitasnya dipantau dengan pengukuran tekanan darah mandiri (Anda mengukur sendiri tekanan darah Anda secara teratur di rumah).
  2. Membatasi Garam. Garam adalah penyumbang utama tekanan darah tinggi. Batasi asupan garam Anda tidak melebihi 6 gram per hari. Periksa label makanan olahan dan kurangi garam pada masakan Anda untuk memastikannya.
  3. Pemantauan Kolesterol. Bila Anda kelebihan kolesterol, memiliki riwayat gangguan koroner atau faktor risiko lain, obat resep statin (penurun kolesterol) mungkin diperlukan. Lakukan juga terapi alami yang dapat menurunkan kolesterol total Anda dengan meningkatkan asupan kolesterol baik Anda (HDL) dan menurunkan kolesterol buruk (LDL).
  4. Pemantauan Gula Darah. Dalam kasus diabetes, di samping pemantauan tekanan darah dan kolesterol, glukosa darah Anda harus dipantau secara teratur. Anda dapat melakukannya sendiri dengan alat pengukur glukosa darah yang kini semakin mudah digunakan.
  5. Berhenti Merokok. Jika Anda perokok, penghentian merokok harus dilakukan. Merokok menggandakan risiko stroke karena menyebabkan arteri mengeras dan membuat darah lebih mungkin membeku. Dapatkan bantuan untuk berhenti merokok. Selain itu, Anda juga harus menghindari paparan merokok pasif.
  6. Pemantauan Berat Badan. Penurunan berat badan harus dipertimbangkan jika Anda memiliki berat badan melebihi batas sehat menurut BMI.
  7. Penghentian Terapi Hormon. Jika Anda sedang mendapatkan pengganti hormon, terapinya harus dihentikan. Hal ini termasuk pil kontrasepsi oral kontra-estrogen. Gantilah dengan kontrasepsi non-hormonal. Jika tidak, maka dokter perlu meresepkan pil yang hanya mengandung progestin, tidak estrogen.
  8. Hentikan Kebiasaan Fisik Tidak Aktif. Olahraga teratur membantu menurunkan tekanan darah, menciptakan keseimbangan lemak darah yang sehat dan meningkatkan kemampuan tubuh Anda untuk merespon insulin, hormon yang mengontrol tingkat gula darah. Anda sebaiknya merancang dan melaksanakan sebuah gaya hidup baru dengan aktivitas fisik secara teratur minimal 30 menit per hari. Pilihlah aktivitas yang Anda nikmati seperti berjalan, menari atau berkebun. Jangan berlebihan pada awalnya. Lakukan perlahan-lahan, terutama jika Anda tidak terbiasa beraktivitas fisik, dan tingkatkan secara bertahap.
  9. Hindari Makanan Tidak Sehat. Jika Anda makan lebih banyak buah-buahan dan sayuran, setidaknya lima porsi sehari, Anda akan memiliki ruang lebih sedikit untuk junk food. Anda dapat mengurangi asupan lemak jenuh, yang mempromosikan pengerasan pembuluh darah, dengan mengurangi atau menghindari daging merah. Pilih ikan dan unggas (tanpa kulit) sebagai gantinya.
Dengan melakukan hal-hal di atas, risiko stroke ringan Anda akan disusul dengan stroke berat niscaya akan menurun.

Upaya Pencegahan Stroke Berulang
Stroke hingga saat ini masih merupakan pembunuh no. 3 di dunia dan penyebab kecacatan no. 1 di dunia; setiap tahunnya di Amerika Serikat tercatat sekitar 900.000 kasus stroke, dan dari angka tersebut 1/3 nya merupakan kasus stroke maupun Trans Ischaemic Attack (mini stroke) berulang. Demikian tingginya angka berulangnya kasus stroke ini menjadi perhatian khusus dari pelayanan Neurologi dan Neurologi Intervensi dari Pokdi Neurologi Intervensi PP Perdossi. Mengapa? Karena seperti yang terjadi selama ini, ternyata kecacatan dan angka kematian yang timbul pada kasus stroke berulang jauh lebih tinggi dari angka kecacatan dan kematian dari kasus stroke sebelumnya, sehingga sudah jelas bagi kita bahwa melakukan penatalaksanaan stroke adalah penting. Namun tidak kalah penting (bahkan beberapa pihak mengatakan lebih penting), untuk melakukan segala daya upaya yang tepat, cermat, dan optimal dalam menekan angka terjadinya stroke berulang.
Dalam menekan angka stroke berulang, hal-hal yang perlu dan harus diperhatikan adalah mengetahui faktor risiko dan melakukan upaya-upaya, baik dalam memodifikasi gaya hidup, menjalani terapi yang diperlukan dan yang tidak kalah penting adalah melakukan pemeriksaan yang dapat memberikan informasi optimal faktor risiko yang dimiliki seseorang untuk terjadinya stroke ataupun stroke berulang. Apabila kita analogikan otak adalah sebuah rumah, maka faktor utama untuk mencapai rumah tersebut adalah jalan menuju rumah, sehingga bukan hal yang aneh bila pemilik rumah selalu menjaga dan merawat jalan menuju rumahnya, agar orang-orang dapat mengunjungi rumah tersebut dengan mudah. Demikian pula otak, seringkali kita melupakan jalan menuju otak, padahal faktor paling penting untuk menjaga aliran/suplai makanan dan oksigen ke otak adalah pembuluh darah otak yang bersih dan sehat (tidak ada penyempitan ataupun penyumbatan), sehingga pemeriksaan otak yang optimal adalah dengan memeriksa jalan menuju otaknya juga, dalam hal ini pembuluh darah yang menuju otak.
Bagi para penderita stroke yang ingin melakukan evaluasi terhadap otak dan pembuluh darahnya, untuk mengetahui dengan pasti lokasi, derajat, dan keparahan suatu penyempitan dan penyumbatan, dapat melakukan prosedur pemeriksaan non operatif yang disebut Cerebral DSA. Cerebral DSA, yang merupakan prosedur mirip dengan kateterisasi jantung, hingga saat ini merupakan suatu prosedur GOLD STANDARD (baku emas, diakui paling baik di dunia) untuk mengetahui derajat penyempitan/ penyumbatan pembuluh darah otak, lokasi, jumlah penyempitan yang terjadi serta hal-hal abnormal lainnya yang dapat terjadi pada pembuluh darah otak, hingga meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke berulang. Dan yang menariknya lagi, proses pemeriksaan diagnostik Cerebral DSA tidak harus membutuhkan proses rawat inap, sehingga konsumen yang ingin menjalani pemeriksaan ini dapat melakukannya di pagi hari dan kembali ke rumah pada sore hari, untuk beraktivitas seperti biasa keesokan harinya.
Namun yang penting dan harus diingat adalah Cerebral DSA hanyalah salah satu prosedur diagnostik, bukan terapi. Apabila setelah dilakukan Cerebral DSA ternyata terdapat penyempitan, maka berdasarkan derajat penyempitan yang terjadi dapat ditentukan obat-obatan yang optimal, agar proses progresifitas penyempitan tersebut dapat berkurang, atau apabila proses penyempitan tersebut sudah melebihi 60 %-70% maka kepada pasien dapat ditawarkan untuk melakukan proses pemasangan cincin (stent) di daerah pembuluh darah otak yang menyempit tersebut. Sekali lagi, proses pemasangan stent bukanlah suatu proses operasi sehingga konsumen yang menjalani proses pemasangan cincin ini tidak terlalu lama dirawat inap di RS. Seluruh proses pemeriksaan Cerebral DSA dan pemasangan cincin pada pembuluh darah yang menyempit tersebut dilakukan sepenuhnya oleh seorang neurologist sekaligus subspesialis neurologi intervensi.
Demikianlah sekilas proses penatalaksanaan pencegahan stroke berulang yang ditawarkan sebagai salah satu alternatif pencegahan terjadinya stroke.  

Stroke dan Penatalaksanaannya
Stroke, sudah berulang ulang kali kita mendengarnya, dan mungkin beberapa dari keluarga, rekan, sahabat, tetangga kita pernah mengalaminya. Hal tersebut tidaklah mengherankan karena stroke merupakan penyebab kematian ke-3 dan penyebab kecacatan ke- 1 di dunia. Di Indonesia sendiri, dari sumber resmi tercatat bahwa stroke merupakan penyebab kematian pertama setelah total penyakit infeksi dan penyebab kecacatan pertama pula, sehingga dapatlah dimengerti bahwa masyarakat akan berupaya dengan tenaga dan usaha ekstra agar dapat sembuh dari serangan stroke atau setidaknya kondisinya membaik.
Sebenarnya, apa sih stroke itu? Per definisinya (dengan bahasa yang disederhanakan), stroke adalah suatu kondisi di mana terjadi gangguan otak yang bersifat global, yang menyebabkan kecacatan bahkan kematian, di mana gangguan yang timbul itu lebih dari 24 jam dan penyebabnya adalah gangguan pembuluh darah yang menuju/di daerah otak. Dari definisi itu sudah jelaslah bahwa stroke amat berbahaya, serangannya menyebabkan kecacatan bahkan kematian, dan penyebab utamanya adalah gangguan di pembuluh darah yang menuju/di daerah otak. Setelah kita memahami definisi tersebut, kita pun harus mengetahui bahwa stroke terdiri dari 2 jenis, yaitu :
  1. Stroke iskemik (angka kejadiannya 80%-85% ), yang disebabkan oleh gangguan aliran darah entah itu karena penyempitan maupun penyumbatan pembuluh darah.
  2. Stroke perdarahan (angka kejadiannya 15% – 20%)
Bagaimana kami para klinisi/ tenaga medis melakukan penatalaksanaan terhadap stroke yang timbul? Untuk itu, kami membaginya menjadi 3 periode, yaitu periode awal terjadinya stroke, periode pasca serangan dan periode 3 bulan setelah stroke yang merupakan periode untuk preventif terhadap serangan stroke berulang.
Metode-metode yang akan kita bahas ini merupakan metode-metode yang sudah diakui dan masuk dalam standar penatalaksanaan stroke, baik itu di Amerika, Eropa, maupun di Indonesia melalui perhimpunannya dokter spesialis saraf (Perdossi) yang telah mengeluarkan guideline stroke terbarunya di tahun 2011 ini. Hal ini perlu kami sampaikan bahwa semua terapi ini sudah masuk dalam standar kompetensi, berarti terapi tersebut adalah aman, bukan eksperimental, dan memiliki mekanisme pelaksanaan yang dapat dipertanggungjawabkan apabila terjadi hal- hal yang tidak diinginkan/komplikasi.

Masa Akut Terjadinya Stroke
Untuk semua kasus stroke, penatalaksanaan yang tepat di awal terjadinya stroke adalah yang paling menentukan, karena semakin awal penatalaksanaan yang tepat didapatkan, semakin baik pulalah hasil keluarannya. Jadi pesan kami di sini adalah jelas, bahwa bila terjadi stroke, pasien sesegera mungkin dibawa ke rumah sakit yang terdekat. Untuk kasus kasus stroke iskemik, bila telah dipastikan tidak ada perdarahan, dan memenuhi syarat-syarat tertentu, dan bila waktu stroke iskemik yang timbul kurang dari 4,5 jam; maka seorang spesialis saraf akan mengusulkan untuk dilakukan pemberian cairan yang bernama rtPA secara intravena, bila stroke iskemiknya antara 4,5 – 6 jam dapat diberikan cairan rtPA secara intra arterial dan bila kurang dari 8 jam akan diusulkan untuk dilakukan thrombektomi. Sementara itu, apabila spesialis saraf sudah mendapati kasus stroke iskemik yang waktu timbulnya di luar 8 jam ataupun stroke perdarahan, maka akan dilakukan penatalaksanaan terapi obat-obatan yang bertujuan untuk :
  1. Reperfusi cairan untuk menyelamatkan sel- sel otak yang masih dapat berfungsi
  2. Menjaga komplikasi
  3. Rehabilitasi
  4. Mencegah/menurunkan angka berulangnya stroke.
Dalam masa penatalaksanaan ini, seorang neurologist (ahli saraf) akan mencari dan menggali faktor-faktor risiko apa saja yang menyebabkan stroke. Dalam rangka mencari faktor risiko tersebut, seringkali para neurologist melakukan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan sonografi untuk mengetahui kondisi pembuluh darah di otak, atau bahkan melakukan pemeriksaan Cerebral DSA dengan bantuan interventional neurologi agar semua data yang terkait dengan kejadian stroke dan penyebabnya dapat didokumentasikan dengan baik.

Masa Setelah Fase Akut Hingga 3 Bulan Pasca Serangan
Pada fase ini, seorang neurologist akan memberikan obat-obatan untuk menekan resiko komplikasi (bila perlu), seperti obat anti hipertensi , pemberian obat-obatan untuk menurunkan tekanan di dalam kepala, dan terapi terapi lainnya, yang kesemuanya tidak keluar dari standar operasional prosedur yang telah ditetapkan baik secara nasional maupun internasional.
Pada fase ini pula, seorang neurologist akan mengaplikasikan program rehabilitasi agar fungsi pemulihan pasien menjadi lebih cepat, biasanya mereka akan bekerja sama dengan subdivisi neuro restorasi ataupun spesialis rehabilitasi medik. Fungsi dan peran ini harus dilakukan dengan optimal bersama- sama keluarga pasien, karena pemulihan yang optimal pasca serangan stroke akan terjadi dalam 3 bulan, sehingga hasil keluaran yang didapat akan menentukan fungsi atau sisa kecacatan yang tersisa dari serangan stroke. Khusus untuk stroke perdarahan yang disebabkan oleh adanya suatu aneurisma atau suatu kelainan pada pembuluh darah arteri dan otak, maka dengan persetujuan pasien, seorang neurologist akan meminta bantuan koleganya dari subdivisi intervensi neurologi ataupun bedah saraf untuk melakukan suatu tindakan non-operasi yang disebut coiling/clipping dan embolisasi.
Masa Setelah 3 Bulan Pasca Serangan
Pada fase ini, seorang neurologist akan memberikan terapi berdasarkan keilmuan dan kompetensi yang mereka miliki untuk mencegah pasiennya terkena serangan stroke berikutnya; hal tersebut sangat penting dilakukan karena serangan stroke berikut akan selalu lebih berbahaya, baik dalam hal menyebabkan kematian ataupun kecacatan. Cara yang ditempuh adalah dengan memberikan obat-obatan, ataupun pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lainnya. Dan apabila ada tindakan yang harus dilakukan, misalnya saja pemasangan stent atau endartektomi guna melebarkan pembuluh darah yang menyempit, coiling pada kasus aneurisma, ataupun embolisasi pada kasus malformasi pembuluh darah arteri-vena otak maka seorang spesialis neurologi akan meminta bantuan dari intervensi neurologist untuk melakukannya, khusus untuk endarterektomi akan dilakukan suatu prosedur operasi oleh sejawat bedah vascular.
Demikianlah penjabaran secara sederhana dari penatalaksanaan stroke yang aman, tidak eksperimental dan sudah diakui oleh seluruh guideline yang ada di seluruh dunia. Penatalaksanaannya tidak perlu terlalu agresif dikarenakan otak adalah organ yang amat sangat luar biasa dan mampu merehabilitasi dan memodifikasi kerusakan yang timbul dengan sendirinya, namun juga tidak terlalu lambat karena akan menyebabkan kecacatan/ kematian pada sel-sel otak yang tidak dapat diperbaiki. Perlu diperhatikan bahwa penatalaksanaan yang dilakukan hendaknya tidak membuat keadaan semakin parah atau cenderung/memiliki risiko yang semakin parah seperti perdarahan dengan memberikan/memasukkan obat-obatan yang belum diakui tingkat keamanannya. Seperti halnya penatalaksanaan penyakit-penyakit lainnya, kaidah utama dalam penatalaksanaan stroke adalah terutama tidak menyakiti pasien. Semoga penjabaran umum yang sangat singkat ini membuka pikiran dan wawasan kita tentang betapa pentingnya penatalaksanaan kondisi stroke secara Cepat, Tepat, dan yang terpenting adalah Aman.

Sumber : www.wikipedia.org, www.kamuskesehatan.com, www.Intisari-Online.com, www.majalahkesehatan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar