Hari Valentine (bahasa
Inggris: Valentine's Day) atau disebut juga Hari Kasih Sayang, pada tanggal 14
Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang
sedang jatuh cinta menyatakan cintanya di Dunia
Barat. Asal-muasalnya yang gelap sebagai sebuah hari raya Katolik
Roma didiskusikan di artikel Santo
Valentinus. Beberapa pembaca mungkin ingin membaca entri Valentinius pula. Hari raya ini tidak mungkin diasosiasikan dengan cinta yang romantis sebelum akhir Abad
Pertengahan ketika konsep-konsep macam ini diciptakan.
Hari raya ini sekarang terutama diasosiasikan dengan para pencinta yang
saling bertukaran notisi-notisi dalam bentuk "valentines". Simbol
modern Valentine antara lain termasuk sebuah kartu berbentuk hati dan gambar
sebuah Cupido (Inggris: cupid) bersayap. Mulai abad
ke-19, tradisi penulisan notisi pernyataan cinta mengawali
produksi kartu
ucapan secara massal. The Greeting Card
Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS)
memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu miliar kartu valentine
dikirimkan per tahun. Hal ini membuat hari raya ini merupakan hari raya
terbesar kedua setelah Natal di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang
sama ini juga memperkirakan bahwa para wanitalah yang membeli kurang lebih 85%
dari semua kartu valentine.
Di Amerika
Serikat mulai pada paruh kedua abad
ke-20, tradisi bertukaran kartu diperluas dan termasuk pula
pemberian segala macam hadiah, biasanya oleh pria kepada wanita.
Hadiah-hadiahnya biasa berupa bunga mawar dan cokelat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah
kesempatan untuk memberikan perhiasan.
Sebuah kencan pada hari Valentine seringkali dianggap bahwa pasangan yang sedang kencan
terlibat dalam sebuah relasi serius. Sebenarnya Valentine itu merupakan hari
Percintaan, bukan hanya kepada pacar ataupun kekasih, Valentine merupakan hari
terbesar dalam soal Percintaan dan bukan berarti selain valentine tidak
merasakan cinta.
Di Amerika
Serikat hari raya ini lalu diasosiasikan dengan ucapan umum cinta platonik "Happy Valentine's", yang bisa diucapkan oleh
pria kepada teman wanita mereka, ataupun, teman pria kepada teman prianya dan
teman wanita kepada teman wanitanya.
Sejarah
Perayaan Kesuburan Bulan Februari
Asosiasi pertengahan bulan Februari dengan cinta dan kesuburan sudah ada sejak dahulukala. Menurut tarikh
kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno, 15
Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit
kambing. Sebagai bagian dari ritual penyucian, para pendeta
Lupercus meyembahkan korban kambing kepada sang dewa dan kemudian setelah minum
anggur, mereka akan
lari-lari di jejalanan kota Roma sembari membawa potongan-potongan kulit domba
dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Terutama wanita-wanita muda akan
maju secara sukarela karena percaya bahwa dengan itu mereka akan dikarunia
kesuburan dan bisa melahirkan dengan mudah.
Hari Raya Gereja
Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), nama Valentinus paling tidak bisa merujuk tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda:
seorang pastur di Roma
seorang uskup Interamna (modern Terni)
seorang martir di provinsi Romawi Africa.
Koneksi antara ketiga martir ini dengan hari raya cinta romantis tidak
jelas. Bahkan Paus
Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui
mengenai martir-martir ini namun hari 14
Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo
Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja
menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada
tanggal 15
Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus dia Via
Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus.
Kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja Whitefriar
Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini
pada hari
Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi
dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk
menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis
legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
Valentinius
Guru ilmu Gnostisisme yang berpengaruh Valentinius, adalah
seorang calon uskup Roma pada tahun 143M. Dalam ajarannya, tempat tidur pelaminan memiliki tempat
yang utama dalam versi Cinta Kasih Kristianinya. Penekanannya ini jauh berbeda
dengan konsep... dalam agama Kristen yang umum. Stephan A.
Hoeller, seorang pakar, menyatakan pendapatnya tentang
Valentinius mengenai hal ini: "Selain sakramen permandian, penguatan, ekaristi, imamat dan perminyakan, aliran gnosis Valentinius juga secara
prominen menekankan dua sakramen agung dan misterius yang dipanggil "penebusan
dosa" (apolytrosis) dan "tempat pelaminan"..." .
Era Abad Pertengahan
Catatan pertama dihubungkannya hari raya Santo Valentinus dengan cinta romantis adalah pada abad
ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 Februari adalah hari ketika
burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya sang
sastrawan Inggris pertengahan ternama Geoffrey
Chaucer pada abad ke-14. Ia menulis di cerita Parlement of
Foules (Percakapan Burung-Burung) bahwa
For this was sent on Seynt Valentyne's day ("Untuk inilah dikirim pada hari
Santo Valentinus")
When every foul cometh there to choose his
mate ("Saat semua
burung datang ke sana untuk memilih pasangannya")
Pada zaman itu bagi para pencinta sudah lazim untuk bertukaran catatan pada
hari ini dan memanggil pasangan mereka "Valentine" mereka. Sebuah
kartu Valentine yang berasal dari abad ke-14 konon merupakan bagian dari
koleksi pernaskahan British Library di London. Kemungkinan besar banyak legenda-legenda mengenai santo Valentinus diciptakan pada zaman
ini. Beberapa di antaranya bercerita bahwa:
- · Sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (orang suci dalam ajaran Katolik), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis, "Dari Valentinusmu".
- · Ketika serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, santo Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka.
Pada kebanyakan versi legenda-legenda ini, 14 Februari dihubungkan dengan
keguguran sebagai martir.
Hari Valentine Pada Era Modern
Hari Valentine kemungkinan diimpor oleh Amerika
Utara dari Britania
Raya, negara yang mengkolonisasi daerah tersebut. Di Amerika
Serikat kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal
dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther
A. Howland (1828 - 1904) dari Worcester,
Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan
kantor yang besar dan ia mendapat ilham untuk memproduksi kartu dari sebuah
kartu Valentine Inggris yang ia terima. (Semenjak tahun 2001, The Greeting Card Association setiap tahun mengeluarkan
penghargaan "Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary".)
Tradisi Hari Valentine Di Negara-Negara Non-Barat
Di Jepang, Hari Valentine sudah muncul berkat marketing
besar-besaran, sebagai hari di mana para wanita memberi para pria yang mereka
senangi permen cokelat. Namun hal ini tidaklah dilakukan secara sukarela
melainkan menjadi sebuah kewajiban, terutama bagi mereka yang bekerja di
kantor-kantor. Mereka memberi cokelat kepada para teman kerja pria mereka,
kadangkala dengan biaya besar. Cokelat ini disebut sebagai Giri-choko,
dari kata giri (kewajiban) dan choco (cokelat). Lalu berkat usaha
marketing lebih lanjut, sebuah hari balasan, disebut “Hari Putih”(White
Day) muncul. Pada hari ini (14 Maret), pria yang sudah mendapat cokelat pada hari Valentine
diharapkan memberi sesuatu kembali.
Di Taiwan, sebagai tambahan dari Hari Valentine dan Hari Putih,
masih ada satu hari raya lainnya yang mirip dengan kedua hari raya ini ditilik
dari fungsinya. Namanya adalah "Hari Raya Anak Perempuan" (Qi Xi). Hari ini diadakan pada hari ke-7, bulan ke-7 menurut
tarikh kalender kamariyah Tionghoa.
Di Indonesia, budaya bertukaran surat ucapan antar kekasih juga mulai
muncul. Budaya ini menjadi budaya populer di kalangan anak muda. Bentuk
perayaannya bermacam-macam, mulai dari saling berbagi kasih dengan pasangan,
orang tua, orang-orang yang kurang beruntung secara materi, dan mengunjungi
panti asuhan di mana mereka sangat membutuhkan kasih sayang dari sesama
manusia. Pertokoan dan media (stasiun TV, radio, dan majalah remaja) terutama di kota-kota besar di Indonesia marak
mengadakan acara-acara yang berkaitan dengan valentine.
Valentine Day (Hari Berkasih Sayang)
Menurut Pandangan Islam
Benarkah Ia Hanya Kasih Sayang Belaka ?
“Dan jika kamu
menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, nescaya mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka
belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Surah
Al-An’am : 116)
Hari 'kasih
sayang' yang dirayakan oleh orang-orang Barat pada tahun-tahun terakhir disebut
'Valentine Day' amat popular dan merebak di pelusuk Indonesia bahkan di
Malaysia juga. Lebih-lebih lagi apabila menjelangnya bulan Februari di mana
banyak kita temui jargon-jargon (simbol-simbol atau iklan-iklan) tidak
Islami hanya wujud demi untuk mengekspos (mempromosi) Valentine. Berbagai
tempat hiburan bermula dari diskotik(disko/kelab malam), hotel-hotel,
organisasi-organisasi mahupun kelompok-kelompok kecil; ramai yang
berlumba-lumba menawarkan acara untuk merayakan Valentine. Dengan
dukungan(pengaruh) media massa seperti surat kabar, radio mahupun televisyen;
sebagian besar orang Islam juga turut dicekoki(dihidangkan) dengan iklan-iklan
Valentine Day.
Sejarah Valentine:
Sungguh
merupakan hal yang ironis(menyedihkan/tidak sepatutnya terjadi) apabila telinga
kita mendengar bahkan kita sendiri 'terjun' dalam perayaan Valentine tersebut
tanpa mengetahui sejarah Valentine itu sendiri. Valentine sebenarnya adalah
seorang martyr (dalam Islam disebut 'Syuhada') yang kerana kesalahan dan
bersifat 'dermawan' maka dia diberi gelaran Saint atau Santo.
Pada tanggal 14
Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya (pertelingkahan)
dengan penguasa Romawi pada waktu itu iaitu Raja Claudius II (268 - 270 M).
Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan,
keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cubaan hidup, maka para pengikutnya
memperingati kematian St. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'.
Tetapi sejak
abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah
menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan
pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Supercalis” yang
jatuh pada tanggal 15 Februari.
Setelah
orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani(Kristian), pesta 'supercalis'
kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara
kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan
kepercayaan orang Eropah bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai
burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari.
Dalam bahasa
Perancis Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang
bererti 'galant atau cinta'. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine
menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan
hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dengan berkembangnya zaman, seorang 'martyr'
bernama St. Valentino mungkin akan terus bergeser jauh pengertiannya(jauh dari
erti yang sebenarnya). Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan
jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada zaman sekarang ini orang mengenal
Valentine lewat (melalui) greeting card, pesta persaudaraan, tukar
kado(bertukar-tukar memberi hadiah) dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar
belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu.
Dari sini dapat
diambil kesimpulan bahwa moment(hal/saat/waktu) ini hanyalah tidak lebih
bercorak kepercayaan atau animisme belaka yang berusaha merosak 'akidah' muslim
dan muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat dengan kedok
percintaan(bertopengkan percintaan), perjodohan dan kasih sayang.
Pandangan Islam
Sebagai seorang
muslim tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontohi begitu
saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari Islam ?
Mari kita
renungkan firman Allah s.w.t.:
“ Dan janglah
kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggung jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36)
Dalam Islam kata
“tahu” berarti mampu mengindera(mengetahui) dengan seluruh panca indera yang
dikuasai oleh hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan
hakikat sebenarnya. Bukan hanya sekedar dapat melihat atau mendengar. Bukan
pula sekadar tahu sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan (bila), bagaimana, dan
di mana, akan tetapi lebih dari itu.
Oleh kerana itu
Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng(mendorong/mengikut) kepada
suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut Taqlid.
Hadis Rasulullah
s.a.w:“ Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia
termasuk kaum (agama) itu”.
Firman Allah
s.w.t. dalam Surah AL Imran (keluarga Imran) ayat 85 :“Barangsiapa yang mencari
agama selain agama Islam, maka sekali-sekali tidaklah diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.
Hal-Hal Yang Harus Diberi Perhatian:-
Dalam masalah
Valentine itu perlu difahami secara mendalam terutama dari kaca mata agama
kerana kehidupan kita tidak dapat lari atau lepas dari agama (Islam) sebagai
pandangan hidup. Berikut ini beberapa hal yang harus difahami di dalam
masalah 'Valentine Day'.
1. Prinsip / Dasar
Valentine Day adalah suatu perayaan yang berdasarkan kepada pesta jamuan
'supercalis' bangsa Romawi kuno di mana setelah mereka masuk Agama
Nasrani (kristian), maka berubah menjadi 'acara keagamaan' yang dikaitkan
dengan kematian St. Valentine.
2. Sumber Asasi
Valentine
jelas-jelas bukan bersumber dari Islam, melainkan bersumber dari rekaan fikiran
manusia yang diteruskan oleh pihak gereja. Oleh kerana itu lah , berpegang
kepada akal rasional manusia semata-mata, tetapi jika tidak berdasarkan kepada
Islam(Allah), maka ia akan tertolak.
Firman Allah swt
dalam Surah Al Baqarah ayat 120 :“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan
senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.
Katakanlah :
“Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan mereka setelah pengetahuan
datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong
bagimu”.
3. Tujuan
Tujuan mencipta
dan mengungkapkan rasa kasih sayang di persada bumi adalah baik. Tetapi bukan
seminit untuk sehari dan sehari untuk setahun. Dan bukan pula bererti kita harus
berkiblat kepada Valentine seolah-olah meninggikan ajaran lain di atas Islam.
Islam diutuskan kepada umatnya dengan memerintahkan umatnya untuk berkasih
sayang dan menjalinkan persaudaraan yang abadi di
bawah naungan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahkan Rasulullah s.a.w.
bersabda :“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia cinta kepada
saudaranya seperti cintanya kepada diri sendiri”.
4. Operasional
Pada umumnya
acara Valentine Day diadakan dalam bentuk pesta pora dan huru-hara.
Perhatikanlah firman Allah s.w.t.:“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithon dan syaithon itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Surah Al Isra : 27)
Perhatikanlah firman Allah s.w.t.:“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithon dan syaithon itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Surah Al Isra : 27)
Surah Al-Anfal
ayat 63 yang berbunyi : “…walaupun kamu membelanjakan semua
(kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat
mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan
hati mereka. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”.
Sudah jelas !
Apapun alasannya, kita tidak dapat menerima kebudayaan import dari luar yang
nyata-nyata bertentangan dengan keyakinan (akidah) kita. Janganlah kita
mengotori akidah kita dengan dalih toleransi dan setia kawan. Kerana kalau
dikata toleransi, Islamlah yang paling toleransi di dunia.
Sudah berapa
jauhkah kita mengayunkan langkah mengelu-elukan(memuja-muja) Valentine Day ?
Sudah semestinya kita menyedari sejak dini(saat ini), agar jangan sampai
terperosok lebih jauh lagi. Tidak perlu kita irihati dan cemburu dengan upacara
dan bentuk kasih sayang agama lain. Bukankah Allah itu Ar Rahman dan Ar
Rohim. Bukan hanya sehari untuk setahun. Dan bukan pula dibungkus dengan
hawa nafsu. Tetapi yang jelas kasih sayang di dalam Islam lebih luas dari semua
itu. Bahkan Islam itu merupakan 'alternatif' terakhir setelah manusia gagal
dengan sistem-sistem lain.
Lihatlah
kebangkitan Islam!!! Lihatlah kerosakan-kerosakan yang ditampilkan oleh
peradaban Barat baik dalam media massa, televisyen dan sebagainya. Karena
sebenarnya Barat hanya mengenali perkara atau urusan yang bersifat materi. Hati
mereka kosong dan mereka bagaikan 'robot' yang bernyawa.
Mari Istiqomah (Berpegang Teguh)
Perhatikanlah
Firman Allah :
“…dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu,
sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim”.
Semoga Allah
memberikan kepada kita hidayahNya dan ketetapan hati untuk dapat istiqomah
dengan Islam sehingga hati kita menerima kebenaran serta menjalankan ajarannya.
Tujuan dari
semua itu adalah agar diri kita selalu taat sehingga dengan izin Allah s.w.t.
kita dapat berjumpa dengan para Nabi baik Nabi Adam sampai Nabi Muhammad s.a.w.
Firman Allah
s.w.t.:
“Barangsiapa
yang taat kepada Allah dan RasulNya maka dia akan bersama orang-orang yang
diberi nikmat dari golongan Nabi-Nabi, para shiddiq (benar imannya), syuhada,
sholihin (orang-orang sholih), mereka itulah sebaik-baik teman”.
Kerusakan-Kerusakan Di Hari Valentine Day (Hari
Kasih Sayang)
Banyak kalangan
pasti sudah mengenal hari valentine (bahasa Inggris: Valentine’s Day). Hari
tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang. Perwujudan
yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun, hari
tersebut memiliki makna yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih sayang antara
sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan lainnya. Sehingga
valentine’s day biasa disebut pula dengan hari kasih sayang.
Cikal Bakal Hari
Valentine
Sebenarnya ada banyak
versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul Valentine’s Day. Namun, pada
umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang dimulai
ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal
15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian
upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama,
dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada
hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap
pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi
pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan.
Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala.
Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita
berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi
lebih subur.
Ketika agama
Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh
agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa
Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau
Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I
(The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan
lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi
Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk
menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book
Encyclopedia 1998).
Kaitan Hari
Kasih Sayang Dengan Valentine
The Catholic
Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine
yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati
pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St.
Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui
ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi
pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St.
Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah
tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu
menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua
menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih
tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu
melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan
diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung
pada 14 Februari 269 M (The World Book Encyclopedia, 1998).
Versi lainnya
menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir
(mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah
pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis
“Dari Valentinusmu”. (Sumber pembahasan di atas: http://id.wikipedia.org/ dan
lain-lain)
Dari penjelasan
di atas dapat kita tarik kesimpulan:
Valentine’s Day
berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan
kesyirikan.
Upacara Romawi
Kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s
Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara valentine menjadi ritual agama
Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan
dengan matinya St. Valentine.
Hari valentine
juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai
pejuang dan pembela cinta.
Pada
perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan
dihiasi nama “hari kasih sayang”.
Sungguh ironis
memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah mengetahui
kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka menutup mata dan menyatakan
boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal sebenarnya adalah
ritual paganisme. Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya
mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine
adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual paganisme.
Selanjutnya kita
akan melihat berbagai kerusakan yang ada di hari Valentine.
Kerusakan
Pertama: Merayakan Valentine Berarti Meniru-Niru Orang Kafir
Agama Islam
telah melarang kita meniru-niru orang kafir (baca: tasyabbuh). Larangan ini
terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan kesepakatan
para ulama (baca: ijma’). Inilah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al Mustaqim (Ta’liq: Dr.
Nashir bin ‘Abdil Karim Al ‘Aql, terbitan Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita menyelisihi orang Yahudi
dan Nashrani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْيَهُودَ
وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ
“Sesungguhnya
orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR.
Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103) Hadits ini menunjukkan kepada kita agar
menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum dan di antara bentuk
menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’, 1/185)
Dalam hadits
lain, Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang
kafir. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ
فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad
dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [hal. 1/269] mengatakan bahwa
sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shohih
sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no. 1269). Telah jelas di muka bahwa hari
Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi ritual agama
Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.
Kerusakan Kedua:
Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman
Allah Ta’ala
sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang
yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti
tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga
ayat berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua.
Allah Ta’ala
berfirman,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ
الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Dan orang-orang
yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan
(orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka
lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)
Ibnul Jauziy dalam
Zaadul Maysir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak
menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan
karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur.
Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur”
adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar
Robi’ bin Anas.
Jadi, ayat di
atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik.
Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini
berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan
termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, 1/483). Jadi, merayakan
Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut
bukanlah hari raya umat Islam.
Kerusakan
Ketiga: Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari
Kiamat Nanti
Jika orang
mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini.
Dari Anas bin
Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam,
مَتَّى السَّاعَةُ
يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Kapan terjadi
hari kiamat, wahai Rasulullah?”
Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
مَا أَعْدَدْتَ لَهَا
“Apa yang telah
engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang tersebut
menjawab,
مَا أَعْدَدْتُ لَهَا
مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ، وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Aku tidaklah
mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat,
banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah
dan Rasul-Nya.”
Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata,
أَنْتَ مَعَ مَنْ
أَحْبَبْتَ
“(Kalau begitu)
engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat
lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,
فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ
فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
» . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ
وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ
بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kami tidaklah
pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama
dengan orang yang engkau cintai).”
Anas pun
mengatakan,
فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ
– صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ
بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kalau begitu
aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku
berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun
aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”
Bandingkan,
bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang
dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan
para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. Lihatlah
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “Kalau begitu engkau bersama
dengan orang yang engkau cintai”. Jika Anda seorang muslim, manakah yang Anda
pilih, dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah bersama tokoh Nashrani
yang jelas-jelas kafir?
Siapa yang mau
dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang kafir[?] Semoga menjadi
bahan renungan bagi Anda, wahai para pengagum Valentine!
Kerusakan Keempat:
Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat
“Valentine”
sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang
Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus,
tuhan orang Romawi. (Dari berbagai sumber)
Oleh karena itu
disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my valentine
(Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang
Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan
makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
Kami pun telah
kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-jelas adalah perayaan nashrani,
bahkan semula adalah ritual paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan selamat
hari kasih sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir lainnya
adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’
kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah
dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah (1/441, Asy Syamilah). Beliau rahimahullah
mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang
khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal atau selamat
hari valentine, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’
(kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari
raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari
ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar
mereka dan semacamnya. Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat
dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan
selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan
selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini
lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci
oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum
minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat
lainnya.”
Kerusakan
Kelima: Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina
Perayaan
Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa
Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian
di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa
sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling
sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek
zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat
hari Valentine itu, ada
semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti
berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual
di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu
adalah ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu billah min dzalik.
Padahal
mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا
الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah
kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan
suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)
Dalam Tafsir
Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan
‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak
boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.
Kerusakan
Keenam: Meniru Perbuatan Setan
Menjelang hari
Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku
keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal
sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang
lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar
berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih
senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan
ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh
seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah
mereka memperhatikan firman Allah,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah
kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]:
26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu Mas’ud dan
Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada
jalan yang keliru.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim)
Peringatan Dari Komisi Fatwa Di Saudi Arabia
Al Lajnah Ad
Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (Komisi Tetap Riset Ilmiyyah dan
Fatwa, Saudi Arabia) telah menanggapi pertanyaan seputar ‘Idul Hubb (perayaan Hari Valentine).
Para ulama yang duduk di sana menjawab, “Perayaan hari Valentine termasuk perayaan
yang dikategorikan tasyabuh (meniru-niru) orang kafir dan termasuk salah satu
hari besar dari kaum paganis Kristen. Karenanya, diharamkan bagi siapapun dari
kaum muslimin, yang dia mengaku beriman kepada Allah dan Hari Akhir, untuk
mengambil bagian di dalamnya, termasuk memberi ucapan selamat (kepada seseorang
pada saat itu). Sebaliknya, wajib baginya untuk menjauhi perayaan tersebut
sebagai bentuk ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya, dan menjaga jarak dirinya
dari kemarahan Allah dan hukuman-Nya.
Begitu pula
seorang muslim diharamkan untuk membantu dalam perayaan ini, atau perayaan
lainya yang terlarang, baik membantu dengan makanan, minuman, jual, beli,
produksi, ucapan terima kasih, surat-menyurat, pengumuman, dan lain lain. Semua
ini termasuk bentuk tolong-menolong dalam dosa dan pelanggaran, serta termasuk
maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
وَتَعَاوَنُواْ
عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al Maidah: 2).”
Demikian cuplikan dari fatwa Al Lajnah Ad
Daimah.
Oleh karenanya,
tidaklah pantas jika kaum muslimin ikut serta dalam perayaan ini baik dengan
mengucapkan selamat Valentine lewat surat maupun lainnya, memberi hadiah dan
coklat, serta mendukung dengan menjual berbagai hadiah untuk perayaan tersebut.
Dam budaya ini
merupakan budaya orang kafir dan orang muslim mengikuti budaya ini makaini
disebut tasyabuh atau mengikuti budaya orang barat (orang kafir).
Perayaan ini
adalah acara ritual agama lain. Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta,
asalnya adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta
ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang
terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka. Sehingga dari sisi inilah
pemberian hadiah valentine menjadi terlarang.
Dari sini
menunjukkan bahwa perayaan Valentine bukan perayaan kaum muslimin, namun
termasuk perayaan barat. Perayaan ini pun dimaksudkan untuk mengenang tokoh
orang kafir yaitu santo Valentinus. Sehingga kerusakannya yang terlihat jelas
adalah tasyabuh (meniru-niru) orang kafir.
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam secara tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir
(tasyabbuh). Beliau bersabda,
مَنْ
تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
”Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”
Menyerupai orang kafir (tasyabbuh) ini terjadi dalam hal perayaan,
penampilan dan kebiasaan yang menjadi ciri khas mereka. Tasyabbuh di sini
diharamkan berdasarkan dalil Al Qur’an, As Sunnah
dan kesepakatan para ulama (ijma’).
Semoga Allah memberi taufik dan memperbaiki keadaan
kaum muslimin.
Penutup
Itulah sebagian
kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari paganisme, kesyirikan, ritual
Nashrani, perzinaan dan pemborosan. Sebenarnya, cinta dan kasih sayang yang
diagung-agungkan di hari tersebut adalah sesuatu yang semu yang akan merusak akhlak
dan norma-norma agama. Perlu diketahui pula bahwa Valentine’s Day bukan hanya
diingkari oleh pemuka Islam melainkan juga oleh agama lainnya. Sebagaimana
berita yang kami peroleh dari internet bahwa hari Valentine juga diingkari di
India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Alasannya, karena hari
valentine dapat merusak tatanan nilai dan norma kehidupan bermasyarakat. Kami
katakan: “Hanya orang yang tertutup hatinya dan mempertuhankan hawa nafsu saja
yang enggan menerima kebenaran.”
Oleh karena itu,
kami ingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan merayakan hari Valentine,
tidak boleh mengucapkan selamat hari Valentine, juga tidak boleh membantu
menyemarakkan acara ini dengan jual beli, mengirim kartu, mencetak, dan
mensponsori acara tersebut karena ini termasuk tolong menolong dalam dosa dan
kemaksiatan. Ingatlah, Setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah Ta’ala.
Semoga tulisan ini dapat tersebar pada kaum muslimin yang lainnya yang belum
mengetahui. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita semua.
Alhamdulillahilladzi
bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa
‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Sumber : www.wikipedia.org,
www.tripod.com, www.Muslim.Or.Id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar