Pernikahan adalah suatu
bentuk kerjasama antara suami dan istri namun tidak selamanya suatu pernikahan
berjalan dengan mulus. Selalu ada pasang surut yang terjadi. Karena itu
dibutuhkan kedewasaan kedua belah pihak untuk mengatasi semua masalah yang
dapat timbul kapan saja di dalam rumah tangga Anda.
Namun kadang kala suami
atau istri kurang bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah atau malah
cenderung untuk memperkeruh suasana. Situasi yang demikian dapat membuat pernikahan
menjadi tidak sehat. Hubungan yang kondisinya tak sehat tersebut, jika
didiamkan, akan menjadi sakit parah. Seperti rasa jenuh terhadap situasi di
dalam rumah tangga Anda yang terlalu monoton, sehingga timbullah rasa
kebosanan. Setiap orang pasti akan mengalami masa-masa itu. Rasa bosan pasti
pernah singgah dalam kehidupan rumah tangga Anda. Bahkan mungkin suatu waktu
akan datang kembali.
Profesi ibu rumah
tangga menjenuhkan?
Profesi sebagai ibu
rumah tangga adalah profesi yang sungguh mulia. Namun ada kalanya dalam
menjalankan tugas yang mulia ini seorang ibu rumah tangga merasakan adanya satu
kejenuhan. Apakah kiranya penyebab kejenuhan itu dan bagaimanakah cara untuk
mengatasinya ? Seringkali sebagai seorang ibu rumah tangga kita merasa jenuh terhadap
tugas sehari-hari. Tugas yang harus diselesaikan rasanya banyak sekali,
mengurus anaklah, suami, rumah, dan lain-lain. Sementara sebagai anggota
masyarakat pun kita dituntut untuk memberikan peran positif yang tak kurang
menyibukkan.
Kita rasanya telah
berbuat banyak, mengurus anak, suami, rumah tangga, dan lain-lain, tetapi yang
didapat hanya letih. Tak seorangpun yang tahu kelelahan kita. Pekerjaan masih
menumpuk, ada lagi dan ada lagi. Seolah-olah tak kunjung selesai, dari bangun
tidur hingga menjelang tidur lagi. Karenanya kondisi ini sering membuat seorang
wanita gampang tersinggung, suka cemberut, atau bahkan mudah marah.
Rasa bosan dalam
kehidupan berumah tangga adalah wajar, mengingat memang tidak ada yang sempurna
dalam kehidupan di dunia ini. Maka, setinggi apapun prestasi, kebaikan, atau
keistimewaan, selama masih ada di dunia, pasti memiliki kelemahan dan
kekurangan. Akibatnya, kebosanan-kebosanan menyergap kehidupan rumah tangga
Anda. Tiba-tiba Anda merasa bosan pada keadaan rumah, bosan terhadap penampilan
pasangan, bosan terhadap keadaan anak-anak, atau bosan menghadapi segala
permasalahan rumah tangga.
Penyebab Munculnya Rasa
Bosan
Apapun yang tidak
seimbang akan berakhir pada kebosanan. Harapan yang terlalu tinggi terhadap
pasangan akan menimbulkan kekecewaan jika ternyata pasangan tidak mampu
memenuhi harapan Anda. Misalnya saja, Anda menginginkan suami selalu
bersemangat dalam menyelesaikan setiap permasalahan karena bagi Anda suami
ideal adalah suami yang selalu tegar menghadapi masalah rumah tangga. Namun,
kenyataannya, suami Anda malah down, dan sebagainya.
Ini adalah suatu gejala dimana pada masa awal hubungan Anda berdua, segala kekurangan Anda atau pasangan mungkin merupakan hal yang menyenangkan. Tetapi jika hubungan Anda mulai suram, sehingga menimbulkan gejala-gejala kecil yang menganggu. Walau ini hanya gejala yang bisa dibilang kecil, di balik itu tersembunyi pertanda bahwa anda atau dia mungkin sudah bosan dengan segala prilaku yang ditunjukan.
Ini adalah suatu gejala dimana pada masa awal hubungan Anda berdua, segala kekurangan Anda atau pasangan mungkin merupakan hal yang menyenangkan. Tetapi jika hubungan Anda mulai suram, sehingga menimbulkan gejala-gejala kecil yang menganggu. Walau ini hanya gejala yang bisa dibilang kecil, di balik itu tersembunyi pertanda bahwa anda atau dia mungkin sudah bosan dengan segala prilaku yang ditunjukan.
Penting..
Yang juga penting adalah mencoba bercermin, melakukan introspeksi terhadap diri anda sendiri. Apakah selama ini anda sudah benar-benar melakukan hal yang terbaik yang dapat anda lakukan untuk pasangan? Dan apakah Anda sudah berusaha sebaik-baiknya untuk membina hubungan yang sehat? Apapun masalahnya, jika salah satu atau kedua pihak dalam suatu hubungan yang sakit berusaha untuk menyembuhkan penyakit tersebut, pasti ada jalan keluarnya. Atau Anda juga dapat menyusun perencanaan dan manajemen rumah tangga Anda kembali. Kebosanan banyak datang karena tidak adanya perencanaan dan manajemen yang baik dalam menata aktivitas rumah tangga.
Yang juga penting adalah mencoba bercermin, melakukan introspeksi terhadap diri anda sendiri. Apakah selama ini anda sudah benar-benar melakukan hal yang terbaik yang dapat anda lakukan untuk pasangan? Dan apakah Anda sudah berusaha sebaik-baiknya untuk membina hubungan yang sehat? Apapun masalahnya, jika salah satu atau kedua pihak dalam suatu hubungan yang sakit berusaha untuk menyembuhkan penyakit tersebut, pasti ada jalan keluarnya. Atau Anda juga dapat menyusun perencanaan dan manajemen rumah tangga Anda kembali. Kebosanan banyak datang karena tidak adanya perencanaan dan manajemen yang baik dalam menata aktivitas rumah tangga.
Setelah sekian lama
berumah tangga, ada saatnya Anda berdua merenung. Mungkin karena kesibukan
urusan kantor atau rumah, Anda berdua tidak sempat saling mengingatkan pada
niat semula menjalani rumah tangga. Anda berdua perlu mengukur kembali
keikhlasan Anda dalam menghadapi berbagai problematika rumah tangga. Ajaklah
pasangan Anda melakukan refreshing ke luar kota, atau ketempat-tempat yang
menyenangkan. Untuk mencari suasana baru.
Bagaimana dengan anda
bila anda dan pasangan sedang mengalami kebosanan dalam rumah tangga??? kiat
kiat apa yang anda gunakan untuk mengatasi hal tersebut?
7 Tanda Bahaya Pengancam Rumah Tangga
Menjaga
keutuhan rumahtangga bukan soal mudah. Banyak sekali godaan yang dapat
menghancurkan hubungan. Apalagi, perkawinan adalah bersatunya 2 hati yang
memiliki karakter yang berbeda. Belum lagi jika pasangan suami-istri sama-sama
berkarier di luar rumah, sehingga waktu berkomunikasi dan berduaan pun menjadi
sangat terbatas, yang terkadang memicu timbulnya masalah.
Coba lihat apa yang
terjadi pada pasangan Haris dan Elsa. Sama-sama sukses di karier,
berpenghasilan tinggi, serta memiliki kedudukan penting di kantor. Sayang,
dalam hal membina rumahtangga, yang terjadi adalah sebaliknya. Nyaris tiada
hari tanpa keributan. Sering, masalah pemicunya cuma persoalan sepele.
Contohnya, soal sarapan
pagi. Sebagai kepala keluarga, Haris merasa harus dilayani Elsa, dan bukan oleh
pembantu. “Apa gunanya punya isteri kalau tidak bisa melayani suami. Masak, sih
tidak ada waktu sedikitpun untuk menemani suaminya makan,” keluh Haris pada
Anton, sahabatnya.
Namun, lain lagi apa
kata Elsa pada Tami, sahabatnya di kantor. “Masak, begitu saja harus
diributkan. Seharusnya ia, kan tahu istrinya itu wanita karier yang harus
berpacu dengan waktu. Bagaimana menemani sarapan pagi, wong berangkat ke kantor
saja pukul enam pagi. Dasar, ia memang terlalu banyak menuntut. Pernah, lho
kita tidak bicara selama seminggu, gara-gara soal itu!”
Ya, kasus seperti yang
dialami Haris dan Elsa seringkali dianggap sepele oleh pasangan suami-istri.
Sepintas, memang terlihat itu hanyalah masalah kecil. Namun, bila dibiarkan
berlarut-larut, tentu bisa membahayakan keutuhan rumah tangga. Nah, sebelum
terlambat, simak beberapa tanda bahaya yang bisa mengganggu dan merusak
hubungan rumahtangga beserta solusinya.
1.Masalah Menumpuk
Terkadang,
masalah-masalah tak diperhatikan oleh pasangan suami-istri, dan bahkan
dibiarkan begitu saja. Misalnya, tak memberi perhatian. Bahkan, bisa saja hari
ini pasangan kurang perhatian, besok bersikap kasar, esoknya lagi bersikap acuh
pada Anda. Anda sendiri lebih memilih diam dan membiarkan masalah menumpuk.
Padahal, ini salah besar. Karena bila dibiarkan terus-menerus, masalah tak
bakal membaik, namun justru bertambah runyam. Pertengkaran pun tak dapat
dihindari. Saling menuding dan menyalahkan satu sama lain pasti akan menghiasi
hari-hari Anda dan pasangan.
- Solusi:
Sebaiknya bila ada
masalah yang tidak berkenan di hati Anda, segera utarakan pada pasangan. Jangan
pendam sampai menggunung. Apalagi menunggu pasangan menyadari kesalahannya.
Kalau ia sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya salah, pasti ia tidak akan
melakukannya pada Anda. Untuk itu, setiap kali Anda dan pasangan mengalami
masalah, cobalah menyelesaikannya dengan pikiran dingin dan hati yang tenang.
Pasti ada jalan keluarnya.
2.Kritik
Tak semua orang bisa
menerima kritik, sekalipun kritik yang bersifat membangun. Contohnya Elsa, yang
tak sudi menerima kritik dari Haris, suaminya, soal badannya yang makin hari
makin mekar ke samping. Apalagi, setiap kali ia menyantap mie goreng
kesukaannya, ada saja kata-kata Haris yang menyindir bentuk tubuhnya. Jelas,
Elsa tersinggung. Padahal tujuan Haris baik. Bagaimana mengatasinya?
- Solusi:
Sebenarnya, untuk
menyampaikan kritik yang tepat pada sasaran tidaklah sulit. Yang perlu
diperhatikan adalah, cara penyampaiannya agar tidak menyinggung perasaan. Nah,
pergunakanlah bahasa yang sopan dan waktu yang tepat untuk menyampaikannya.
Jangan memberi kritik
saat ia berbuat sesuatu yang menurut Anda tidak benar. Jelas saja ia tidak bisa
terima. Jika Anda ingin menyampaikan kritik yang membangun pada pasangan,
sampaikan di saat Anda berdua menikmati waktu santai, misalnya. Misanlya, “Ma,
Papa senang, lho kalau bentuk pinggang Mama diperkecil ukurannya. Biar enak
merangkulnya. Kalau mama terlihat langsing, pasti akan semakin cantik!” Tentu,
pasangan tidak akan tersinggung, dibanding bila Anda menyerangnya dengan
kata-kata pedas.
3. Menghina
Terkadang, tanpa
disadari, apa yang Anda perbuat dan ucapkan pada pasangan bisa menyinggung
perasaannya. Contohnya, “Bodoh banget sih! Masak mengerjakan hal semudah itu
kamu tidak mampu. Katanya sarjana tehnik, tapi teve rusak saja harus ke tukang
servis!” Mendengar lontaran kata yang begitu pedas, jangan kaget jika pasangan
terhina, harga dirinya terinjak-injak. Apalagi Anda membumbui dengan kata-kata,
tolol, bodoh, nggak punya otak. Belum lagi bila Anda hobi menyampaikan sindiran
yang bersifat sarkartis, seperti si Ompong (karena giginya ompong) atau si
Tambun (karena badannya gendut). Meski maksud Anda bercanda, tetapi bukan
berarti Anda dapat semena-mena menyampaikan kata penghinaan yang menyinggung
perasaan pasangan.
- Solusi:
Kalaupun Anda merasa
tak puas dengan cara kerja pasangan, cobalah membiasakan diri bertutur dengan
kata-kata sopan, sehingga ia tidak tersinggung. “Eh, Pa! Bukannya Papa dulu
pernah praktik memperbaiki teve ketika kuliah. Pasti Papa sudah lupa, ya cara
kerjanya. Ayo, coba diingat-ingat lagi!” Ini jauh lebih baik dibandingkan "hinaan"
Anda yang pertama tadi.
4. Membandingkan-Bandingkan
“Eh,
si Ambar itu suaminya romantis, lho, Pa! Setiap kali tidur selalu dicium,
dibelai. Kalau Papa... mana?” Sifat suka membandingkan pasangan dengan orang
lain, jika dibiarkan, sungguh tak baik untuk keutuhan rumah tangga. Apalagi
bila Anda membandingkan pasangan dengan orang yang lebih baik dari dia.
- Solusi:
Sadarilah bahwa setiap
orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Mungkin pasangan kurang romantis,
tetapi untuk urusan perhatian ia lebih jago daripada suami teman Anda. Kalaupun
Anda mengizinkan pasangan berlaku sama seperti orang lain, katakan, “Pa, Mama
ingin, lho dicium setiapkali Papa berangkat kerja. Seperti yang ada di teve itu
lho! Papa mau, kan melakukannya untuk Mama?” Hal ini lebih baik dibandingkan
Anda membandingkan dirinya dengan orang lain.
5. Diam Membisu
Inilah salah satu sikap
yang "menyimpan" bahaya. Ketika pertengkaran tidak bisa dihindari,
bosan ribut-ribut, maka sikap yang diambil bisanya diam membisu. Saling
bertahan pada pendapat masing-masing, merasa dirinya lebih benar dibandingkan
pasangannya. “Kalau dia perlu, pasti ia akan mengajak bicara duluan. Wong, yang
salah dia, kok!” begitu biasanya Anda berkelit. Padahal, tanpa Anda sadari,
pasangan pun bersikap serupa. Ia merasa dirinyalah yang benar, sehingga ia pun
enggan memulai pembicaraan sebelum Anda menyapanya. Nah, apa yang terjadi jika
kedua pihak sama-sama bersikeras mempertahankan ego-nya?
- Solusi:
Cobalah untuk
berintrospeksi. Mungkin ada benarnya juga ucapan pasangan tentang diri Anda.
Kalaupun Anda berencana mendiamkannya, sebaiknya bukan dalam jangka waktu lama.
Sebaiknya, tujuan berdiam diri lebih untuk mencari ketenangan dan meredam
emosi. Bila emosi sudah terkendali, biasanya Anda atau pasangan bisa menguasai
diri. Tidak saling menyalahkan, tetapi saling memaafkan. Tapi ingat, komunikasi
dan saling terbuka jauh lebih baik daripada berdiam diri.
6. Mencari Pelarian
Mencari pelarian ke
tempat hiburan atau curhat ke lawan jenis sering dilakukan pasangan suami-istri
yang sedang bermasalah. Dengan berbagi cerita pada orang lain, mereka merasa
bebannya akan jauh berkurang. Ini memang bisa saja jalan keluar yan baik,
apalagi jika orang yang diajak bicara bisa memberikan jalan keluar yang tepat.
Tapi, bagaimana jika ia justru mengambil kesempatan dengan mencuri simpati
Anda, atau ia justru si Kompor yang justru memanas-manasi Anda, sehingga Anda
makin benci pada pasangan? Masalah pasti akan jadi lebih runyam.
- Solusi:
Sadarilah bahwa setiap
rumahtangga pasti punya masalah. Tergantung bagaimana Anda dan pasangan
menyikapinya, apakah mau diperkecil atau diperbesar. Nah, jika Anda merasa
masalah yang Anda hadapi bersama pasangan adalah masalah besar dan tidak ada
jalan keluarnya, cobalah minta orang terdekat pasangan, misalnya mertua, untuk
menasihatinya. Jangan melibatkan orang ketiga dalam permasalahan rumah tangga
Anda, karena jauh lebih berisiko.
7. Dendam
Suatu hari, pasangan
melakukan kesalahan yang menurut Anda tak dapat dimaafkan. Misalnya, Anda
pernah memergoki ia selingkuh dengan wanita lain. Apapun bentuk pernyataan maaf
yang diungkapkan pasangan, tidak membuat hati Anda luluh. Sekali dendam, tetap
dendam. Merasa di pihak yang benar, Anda bertahan untuk tidak mau memaafkan dan
terus membenci. Nah, karena pintu maaf tidak terbuka, tak menutup kemungkinan
pasangan akan mengulang kembali perbuatannya, kan?
- Solusi:
Sifat mendendam
sebaiknya dibuang jauh-jauh. Apalagi dendam pada pasangan. Tentu, tak ada
wanita yang tak sakit hati memergoki pasangannya berselingkuh. Namun, jika ia
sudah mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan mengulanginya kembali,
apakah Anda masih juga menaruh dendam? Kalaupun memang Anda marah, ungkapkan
dengan kata-kata, ”Ingat, kali ini saya maafkan.Tetapi lain kali, tiada maaf
bagimu!” Mungkin itu cuma gertakan Anda, tetapi dapat membuat pasangan berpikir
dua kali untuk melakukan kesalahan yang sama.
Sumber : www.untukku.com,
www.tabloidnova.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar