Mengenal Penyakit Diare
Diare
(atau dalam bahasa kasar disebut menceret)
(BM = diarea; Inggris = diarrhea) adalah sebuah penyakit di mana tinja
atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling
sedikit tiga kali dalam 24 jam. Di negara
berkembang, diare adalah penyebab kematian
paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap
tahunnya.
Penyebab
Sebuah mikrograf elektron dari
rotavirus, penyebab hampir 40% dari diare pada anak di bawah umur 5 tahun. Kondisi
ini dapat merupakan gejala
dari luka, penyakit,
alergi (fructose,
lactose), kelebihan vitamin
C, dan mengonsumsi Buah-buahan tertentu. Biasanya disertai sakit perut dan seringkali mual dan muntah. Ada beberapa kondisi lain yang melibatkan tapi tidak semua
gejala diare, dan definisi resmi medis dari diare adalah defekasi yang melebihi 200 gram per hari.
Memakan
makanan yang asam, pedas, atau bersantan sekaligus secara berlebihan dapat
menyebabkan diare juga karena membuat usus kaget. Hal ini terjadi ketika cairan
yang tidak mencukupi diserap oleh usus
besar. Sebagai bagian dari proses digestasi, atau karena masukan cairan, makanan tercampur dengan sejumlah besar air. Oleh karena itu
makanan yang dicerna terdiri dari cairan sebelum mencapai usus besar. Usus
besar menyerap air, meninggalkan material yang lain sebagai kotoran yang
setengah padat. Bila usus besar rusak atau radang, penyerapan tidak terjadi dan hasilnya adalah kotoran yang
berair.
Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan
mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi
virus umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun untuk
individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa perawatan.
Diare
dapat menjadi gejala penyakit yang lebih serius, seperti disentri, kolera
atau botulisme, dan juga dapat menjadi indikasi sindrom kronis seperti penyakit Crohn. Meskipun penderita apendisitis umumnya tidak mengalami diare, diare menjadi gejala umum
radang usus buntu.
Diare
juga dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang yang tidak cukup
makan. jadi apabila mau mengkonsumsi alkohol lebih baik makan terlebih dahulu.
Gejala
Gejala
yang biasanya ditemukan adalah buang air besar terus menerus disertai dengan
rasa mulas yang berkepanjangan, dehidrasi, mual dan muntah. Tetapi gejala lainnya yang dapat timbul
antara lain pegal pada punggung,dan
perut sering berbunyi.
Perawatan
Perawatan
untuk diare melibatkan pasien mengonsumsi sejumlah air yang mencukupi untuk
menggantikan yang hilang, lebih baik bila dicampur dengan elektrolit untuk menyediakan garam yang dibutuhkan dan sejumlah nutrisi. Oralit
dan tablet zinc adalah pengobatan pilihan utama dan telah diperkirakan telah
menyelamatkan 50 juta anak dalam 25 tahun terakhir. Untuk banyak orang, perawatan
lebih lanjut dan medikasi resmi tidak dibutuhkan.
Diare
di bawah ini biasanya diperlukan pengawasan medis:
·
Diare pada balita
·
Diare menengah atau berat pada
anak-anak
·
Diare yang bercampur dengan darah.
·
Diare yang terus terjadi lebih dari
2 minggu.
· Diare yang disertai dengan penyakit
umum lainnya seperti sakit perut,
demam, kehilangan berat badan, dan lain-lain.
·
Diare pada orang yang bepergian
(kemungkinan terjadi infeksi yang eksotis seperti parasit)
·
Diare dalam institusi seperti rumah
sakit, perawatan anak, institut kesehatan mental.
Diare Infektif
Diare
infektif yang tidak biasa untuk diare dapat bertahan lama. Diare ini disebabkan
karena beberapa organisme penyebabnya tersebut dapat bertahan selama
bertahun-tahun tanpa gejala penyakit jangka panjang yang signifikan.
Penanggulangan Diare
Penderita diare sebaiknya segera
meminum oralit yang merupakan campuran dari gula dan garam
untuk menjaga cairan tubuh.
Beberapa
cara penggulangan diare antara lain:
1.
Jaga hidrasi dengan elektrolit yang seimbang. Ini merupakan cara paling sesuai di
kebanyakan kasus diare, bahkan disentri. Mengkonsumsi sejumlah besar air yang tidak diseimbangi
dengan elektrolit yang dapat dimakan dapat mengakibatkan ketidakseimbangan
elektrolit yang berbahaya dan dalam beberapa kasus yang langka dapat berakibat
fatal (keracunan air).
2. Mencoba makan lebih sering tapi
dengan porsi yang lebih sedikit, frekuensi teratur, dan jangan makan atau minum
terlalu cepat.
3. Cairan intravenous: kadangkala, terutama pada anak-anak, dehidrasi dapat mengancam jiwa dan cairan intravenous mungkin
dibutuhkan.
4. Terapi rehidrasi oral: Meminum solusi gula/garam, yang dapat diserap oleh tubuh.
5. Menjaga kebersihan dan isolasi:
Kebersihan tubuh merupakan faktor utama dalam membatasi penyebaran penyakit.
Pencegahan
Sebuah
vaksin rotavirus memiliki potensi untuk mengurangi jumlah penderita diare. Saat ini ada dua vaksin berlisensi untuk menghadapi
rotavirus. Vaksin rotavirus yang lainnya seperti, Shigella, ETEC,
dan Cholera sedang dikembangkan, vaksin ini juga berfungsi untuk
mencegah penularan diare.
Karena
tangan merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering
melakukan kontak langsung dengan benda lain, maka sebelum makan disarankan
untuk mencuci tangan dengan sabun.
Sebuah hasil studi Cochrane menemukan bahwa dalam gerakan-gerakan sosial yang dilakukan lembaga dan masyarakat untuk membiasakan
mencuci tangan menyebabkan penurunan tingkat kejadian yang signifikan pada
diare.
Rotavirus Diarheae (Mekanisme Terjadinya Diare yang
Disebabkan Rotavirus)
Diare masih merupakan masalah kesehatan di
Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka
morbiditas masih cukup tinggi. Rotavirus merupakan 50% penyebab diare pada anak
balita di Negara maju. Di negara berkembang seperti Brazil dan Indonesia
angkanya berkisar 30% - 40% (tahun 1970an).
Rotavirus adalah virus dengan ukuran 100
nanometer yang berbentuk roda yang termasuk dalam family Reoviridae.
Virus ini terdiri dari grup A, B, C, D, E dan F. grup A sering menyerang bayi
dan grup B jarang menyerang bayi. Terdapat empat serotipe major dan paling
sedikit 10 serotipe minor dari rotavirus grup A pada manusia. Pembagian
serotipe ini didasarkan pada perbedaan antigen pada protein virus 7 (VP7).
Virus ini terdiri dari tiga lapisan yaitu kapsid luar, kapsid dalam dan inti.
Rota virus terdiri dari 11 segmen, setiap segmen mengandung RNA rantai ganda,
yang mana setiap kode untuk enam protein struktur ( VP1, VP2, VP3, VP4, VP6,
VP7 ) dan lima protein nonstruktur (NSP1, NSP2, NSP3, NSP4, NSP 5). Dua
struktur protein yaitu VP7 yang terdiri dari protein G dan glikoprotein dan VP4
yang terdiri dari protein P dan protease pembelahan protein, merupakan protein
yang melapisi bagian luar dari virus dan merupakan pertimbangan yang penting
untuk membuat vaksin dari rotavirus. Protein pembuat kapsid bagian dalam paling
banyak adalah VP6, dan sangat mudah ditemukan dalam pemeriksaan antigen,
sedangkan protein nonstruktur kapsid bagian dalam adalah NSP4 yang merupakan
sebagai faktor virulensi dari rotavirus, meskipun protein lain juga terlibat
dalam mempengaruhi virulensi dari rotavirus.
Rotavirus menyerang dan memasuki sel enterosit
yang matang pada ujung vili usus kecil. Virus ini menyebabkan perubahan pada
struktur dari mukosa usus kecil, berupa pemendekan villi dan terdapatnya
infiltrat sel-sel radang mononuklear pada lamina propria. Kelainan morfologis
ini dapat minimal, dan hasil penelitian baru menunjukan bahwa infeksi rotavirus
tanpa kerusakan sel epitel dari usus halus. Rotavirus menempel dan masuk dalam
sel epitel tanpa kematian sel yang dapat menimbulkan diare. Sel epitel yang
dimasuki oleh virus mensintesis dan mensekresi sitokin dan kemokin, yang mana langsung
menimbulkan respon imun dari penderita dalam bentuk perubahan morfologi dan
fungsi sel epitel. Peneletian baru juga mengatakan diare terjadi pada infeksi
rotavirus karena adanya protein nonstruktural dari virus yang mirip dengan
enterotoksin yang menyebabkan sekresi aktif dari klorida melalui peningkatan
kosentrasi kalsium intra sel.
Infeksi rotavirus khas mulai sesudah masa
inkubasi kurang dari 48 jam dengan demam ringan sampai sedang dan muntah yang
disertai dengan mulainya tinja cair yang sering. Muntah dan demam khas mereda
selama hari kedua sakit, tapi diare sering berlanjut selama 5-7 hari. Tinja
tanpa sel darah merah atau darah putih yang nyata. Dehidrasi mungkin terjadi
dan memburuk dengan cepat, terutama pada bayi. Walaupun kebanyakan neonatus
yang terinfeksi dengan rotavirus tidak bergejala.
Dalam pandangan klinis infeksi rotavirus terus
berkembang dari diare ringan sampai diare berat yang mengakibatkan dehidrasi,
kekurangan elektrolit, shock dan kematian pada bayi dan anak-anak. Pada anak berumur
diatas tiga bulan akan menimbulkan gastroenteritis, ketika terjadi reinfeksi
akan gejalanya tidak muncul (asimptomatik). Masa inkubasi dari rotavirus adalah
1-3 hari. Dengan serangan tiba-tiba dan memberikan gejala demam, muntah dan
diare berair (watery diarrhoea). Gejala gastrointestinal akan hilang
setelah 3-7 hari, tetapi penyembuhan infeksi rotavirus mungkin bisa sampai 2-3
minggu.
Berdasarkan penelitian dari Virdayanti 2002,
didapatkan bahwa angka kejadian diare akibat Rotavirus adalah merata sepanjang
tahun sedangkan diare yang non Rotavirus angka kejadiannya tergantung dari
adanya perubahan musim. Hal ini membuktikan bahwa faktor dalam tubuh individu
sangat berpengaruh didalam terjadinya infeksi Rotavirus. Dalam hal ini faktor
imunitas seseorang menjadi salah satu penentu terjadinya infeksi ini. Dimana
seseorang dengan imunitas yang rendah memiliki kemungkinan terbesar untuk
mendafat infeksi Rotavirus.
Anamnesis sangat penting untuk menegakkan
diagnosis dari diare oleh karena infeksi virus khususnya rotavirus. Dari
anamnesis dapat diketahui onset, frekuensi dari diare, durasi, volume, apakah
diare berair (watery diarrhea), diare berdarah atau berlemak. Dalam
melakukan anamnesis pada pasien diare harus lebih fokus pada beratnya diare dan
dehidrasi. Intake sangat perlu ditanyakan, jumlah buang air kecil, kehilangan
berat badan. riwayat makanan.
Untuk menegakkan diagnosis dari diare akut karena
infeksi rotavirus diperlukan pemeriksaan feses dengan metode rapid antigen
tests, salah satunya dengan enzyme immunoassay (EIA) dengan
sensitivitas dan spesifik lebih dari 98 % atau latex agglutination test
yang kurang sensitif dibanding EIA. Antibodi anti rotavirus yaitu imunoglobulin
A dan M diekresikan difeses setelah hari pertama terinfeksi rotavirus. Tes antibodi
masih positif sampai 10 hari setelah infeksi pertama dan dapat lebih lama lagi
jika terjadi infeksi berulang. Oleh karena itu pemeriksaan tes antibodi dapat
digunakan untuk mendiagnosa rotavirus.
Anak yang terinfeksi rotavirus biasanya
mendapatkan terapi suportif untuk menghilangkan gejala dan komplikasi. Contoh,
terjadinya dehidrasi yang merupakan komplikasi paling potensial dari infeksi
rotavirus, keadaan ini sering ditangani dengan terapi redidrasi oral. Pada
kasus-kasus berat yang diikuti oleh adanya muntah, terapi oral sulit dilakukan
dan ini memberikan indikasi untuk dilakukan pemberian cairan intravena serta
perawatan di rumah sakit Tujuan utama terapi adalah mencegah dehidrasi
(rumatan), mengkoreksi kekurangan cairan elektrolit secara cepat dan mencegah
gangguan nutrisi.
Sampai sekarang pun belum ditemukan obat yang
mampu untuk membunuh Rotavirus, sehingga metode pengobatan yang digunakan
adalah pengobatan suportif, dimana sistem imun tubuh yang berperan utama
didalam proses penyembuhan.
Salah satu dari pengobatan suportif yang saat ini
mulai banyak digunakan adalah penggunaan probiotik (Lactic acid bacteria)
yaitu bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada host dengan
cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen saluran cerna
sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik
melalui reseptor dalam sel epitel usus, sehingga tidak terdapat tempat lagi
untuk bakteri patogen untuk melekatkan diri pada sel epitel usus sehingga
kolonisasi bakteri patogen tidak terjadi. Bakteri baik yang termasuk ke dalam
kelompok ini seperti Bifidobacterium, Eubacterium, dan Lactobacillus.
Dengan mencermati fenomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai sebagai
cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus
maupun mikroorganisme lain, pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan
oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional rasional (antibiotic
associated diarrhea).
Mikroekologi yang rusak oleh karena pemakaian
antibotika dapat dinormalisir kembali dengan pemberian bakteri probiotik.
Mekanisme kerja bakteri probiotik dalam meregulasi kekacauan atau gangguan
keseimbangan mikrobiota komensal melalui 2 model kerja rekolonisasi bakteri
probiotik dan peningkatan respon imun dari sistem imun mukosa untuk menjamin
terutama sistem imun humoral lokal mukosa yang adekuat yang dapat menetralisasi
bakteri patogen yang berada dalam lumen usus yang fungsi ini dilakukan oleh
secretory IgA (SIgA).
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan
tatalaksana diare akut pada anak. Isolauri dan kawan-kawan meneliti 71 anak
yang dirawat dengan diare akut. Pasien secara acak diberikan probiotik (Lactobacillus
GG), atau lactobacillus GG diberikan sebagai bubuk kering, atau diberikan
yogurt yang telah dipasteurisasi sebagai plasebo. Lama diare berkurang dari 2,4
pada kelompok plasebo menjadi 1,4 hari pada kelompok yang disuplementasi. Pada
penelitian ini ditemukan juga bahwa 82% diare disebabkan oleh rotavirus,
ternyata reduksi lamanya diare lebih nyata bila yang dianalisis hanya kasus
diare yang disebabkan oleh rotavirus.
Mekanisme efek probiotik pada diare
1.
Perubahan lingkungan mikro lumen usus (Ph,
Oksigen)
2.
Produksi bahan antimikroba terhadap beberapa
patogen
3.
Komposisi nutrien
4.
Mencegah adhesi patogen pada enterosit
5.
Modifikasi toksin atau reseptor toksin
6.
Efek tropik terhadap mukosa usus melalui
penyediaan nutrient
7.
Imunomodulasi
Saat ini pencegahan terhadap infeksi Rotavirus
sudah banyak digunakan terutama di Negara - Negara maju. Untuk mencegah diare
akibat rotavirus, bisa diberikan vaksin rotavirus peroral yaitu. Tetravalent-Rhesus
based rotavirus vaccine (RRV-TV) yang telah diizinkan digunakan untuk bayi
di Amerika Serikat. Vaksin ini sebaiknya diberikan pada usia 6 minggu - 1
tahun. Jadwal yang disarankan adalah 3 dosis berurutan pada usia 2,4 dan 6
bulan. Pemberian imunisasi rutin dengan vaksin tersebut akan menurunkan jumlah
pasien diare yang dirawat akibat rotavirus secara bermakna. Imunisasi ini di
Amerika Serikat dan Filipina telah diwajibkan, sementara itu di Indonesia
vaksinasi rotavirus belum ada, tetapi vaksin rotavirus keluaran MERK dan GSK
sedang menunggu proses izin dari Badan POM. Vaksin diberikan 2-3 kali pada bayi
usia 6-8 minggu. Harganya memang masih mahal.
Perilaku hidup bersih dan sehat mencegah
penularan penyakit melalui fekal-oral tidak efektif dalam mencegah penularan
virus ini, oleh karena virus dapat hidup untuk jangka lama pada permukaan yang
keras, pada air terkontaminasi dan di tangan. Rotavirus relatif kebal terhadap
disinfektan yang umum digunakan tetapi dapat diinaktivasi dengan klorin.
Di tempat-tempat penitipan anak, mengenakan baju
yang dapat menutup seluruh bagian tubuh bayi termasuk menutup popok bayi,
diketahui dapat menurunkan angka penularan infeksi.
Mencegah terjadinya pemajanan dari bayi dan anak
kecil dengan orang yang menderita diare akut di dalam lingkungan keluarga dan
intitusi.
Infeksi rotavirus bersifat self-limited
disease yang terjadi setelah 3-9 hari gejala muncul. Namun pada kasus ini
dapat terjadi dehidrasi berat yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Dengan rehidrasi yang tepat akan dapat mencegah komplikasi yang serius.
Jangan Remehkan Diare Rotavirus ! Kenali Dan Cegah
Sejak Dini
Diare masih
merupakan ancaman bagi anak-anak balita Indonesia karena berdasarkan data
Riskesdas terkini, diare adalah penyakit pembunuh No. 1 pada balita. Meskipun
diare dapat disebabkan oleh bakteri maupun mikroorganisme lainnya.
Rotavirus adalah
penyebab utama yang paling lazim ditemui pada kasus diare yang paling parah
terjadi pada anak-anak dibawah 5 tahun. Di seluruh dunia, hampir semua anak
pernah mengalami setidaknya satu kali infeksi rotavirus sebelum mereka beranjak
3-5 tahun. Rotavirus bertanggung jawab terhadap sekitar 600.000 kematian anak
di seluruh dunia sepanjang tahun dan 80 persen di antaranya tinggal di negara
berkembang. Di Asia, sekitar 45 persen anak terpaksa dirawat di rumah sakit
karena diare rotavirus.
Sepanjang 2006,
Prof. Dr. Yati Soenarto, SpA(K), PhD, dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta
memimpin penelitian seputar diare rotavirus akut pada balita di enam provinsi
di Indonesia. Dari 2240 anak yang dirawat di rumah sakit karena diare, 60
persen positif terinfeksi rotavirus. Penelitian tersebut dipublikasikan di Journal of Infectious Diseases.
Mungkin Anda bertanya, jika diare rotavirus
begitu banyak terjadi dan berbahaya., mengapa penyakit tersebut belum pernah
terdengar sebelumnya? Anda tidaklah sendirian. Bahkan di negara maju seperti AS
pun, berdasarkan survey yang melibatkan 600 orang ibu yang memiliki anak
dibawah usia 3 tahun, 70 % dari mereka, sedikit atau samasekali tidak pernah
membaca atau mendengar tentang infeksi rotavirus.
Inilah saatnya
Anda mengenal lebih dalam tentang rotavirus dan bagaimana pencegahannya.
Penularan, Gejala dan Penanganan
Rotavirus mudah
sekali menyebar dan dapat disebarkan dari orang ke orang melalui tangan yang telah
terpapar, termasuk mainan, benda-benda dan permukaan obyek, serta makanan dan
minuman yang terkontaminas. Anak-anak dapat menularkan virus sebelum dan
sesudah menderita diare. Rotavirus juga sangat menular. Anak-anak yang
terinfeksi rotavirus dapat mengeluarkan hinga 100 milyar partikel virus dalam
setiap gram feses nya dan hanya cukup dibutuhkan 10 partikel virus untuk dapat
meyebabkan infeksi rotavirus.
Inveksi pertama
rotavirus setelah bayi berusia 3 bulan umumya mengakibatkan keparahan.
Penderita mengalami diare cair dan muntah-muntah yang berlangsung selama 3-8
hari. Muntah dan demam yang menyebabkan bayi atau naka mengalami dehidrasi
adalah gejala khas rotavirus yang lebih banyak dijumpai jika dibandingkan
dengan jenis diare lain. Diare akibat rotavirus menyebabkan anak mengalami
muntah tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan diare yang disebabkan
bakteri. Sehingga, jika anak Anda terserang diare dan muntah-muntah, berikan
cairan tambahan. Gejala dehidrasi pada anak adalah mulut dan tenggorokan kering
serta pusing saat berdiri. Anak yang mengalami dehidrasi juga kerap menangis
tanpa keluar air mata, lebih banyak tidur, dan rewel. Hingga kini, belum ada
obat antivirus yang dapat menangani rotavirus. Pengobatan satun-satunya adalah
melalui rehidrasi, terutama konsumsi cairan elektrolit dalam jumlah banyak.
Namun karena anak yang terinfeksi rotavirus mengalami muntah berulang, orang tua
atau pengasuh kerap kesulitan emberi oralit di rumah sehinga pemberian larutan
elektrolitdi rumah menjadi kurang efektif.
Perawatan medis
perlu segera dilakukan untuk merehidrasi anak yang terkena infeksi serius.
Jangan tunda membawa si kecil ke UGD jika dia tidak dapat menyerap cairan sama
sekali. Kemungkinan besar dia membutuhkan cairan infus. Jika tidak segera
ditangani, dehidrasi akut memicu syok, gangguan denyut jantung dan kematian.
Pentingnya Imunisasi
WHO dan UNICEF
mengeluarkan rekomendasi seputar pencegahan diare, melalui penyediaan air
bersih dan sanitasi yang baik yang dibarengi perilaku hidup sehat, terutama
mencuci tangan mengguanakan sabun, dapat mencegah diare pada anak. Anak dengan
gizi buruk berisiko tinggi menderita diare yang lebih parah, lebih panjang, dan
kerap mengalami diare beulang. Dengan diare berulang, status gizi anak akan
semakin memburuk karena asupan makanan tidak mencukupi dan penyerapan nutrien
kurang. Menjaga asupan makanan sehat dan bergizi seimbang akan mengurangi tingkat
keparahan diare. Pemberian ASI eksklusif juga mencegah penyakit infeksi dalam
dua bulan pertama usia bayi, termasuk penyakit diare. Suplementasi vitamin A
terbukti mengurangi durasi diare, tingkat keparahan dan komplikasi. Sementara
suplementasi zinc dapat menurunkan
angka kejadian diare pada anak.
Langkah-langkah
pencegahan di atas memang penting tapi upaya tersebut tidak cukup
untukmengurangi penyebarluasan rotavirus. Di Asia, vaksinasi rotavirus secara
substansial mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit
rotavirus disertakan kedalam program imunisasi rutin di seluruh negara.
Pada 2006, uji
klinis skala besar di Eropa, Amerika Latin dan Amerika Utara menunjukkan bahwa
vaksin rotavirus punya efektivitas di atas 90 pesen melawan diare rotavirus. Di
AS, vaksinasi rotavirus telah membuktikan penurunan kasus rawat inap akibat
infeksi berat rotavirus sebanyak 80 persen. Vaksin tersebut mencegah sakit pada
anak-anak yang belum diimunisasi dengan cara memutus rantai penularan. Kini,
vaksin rotavirus menjadi bagian dari program imunisasi rutin di beberapa
negara. Cara terbaik untuk melindungi bayi dari rotavirus adalah memberikan
vaksin sesuai anjuran. Sesuai Pedoman Imunisasi edisi ke ketiga tahun 2008 oleh
Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksin rotavirus
diberikan mulai bayi berusia 6-12 minggu dengan interval 8 minggu. Perlindungan
dini melalui vaksinasi sangat penting diberikan mengingat bayi pada usia dini
sangat rentan terhadap gejala rotavirus yang parah.
Sumber : www.wikipedia.org, www.Kompas.com, Majalah Media AAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar