Kamis, 25 April 2013

Zombie



Zombie atau zombi adalah sebutan untuk mayat hidup dalam sistem kepercayaan Voodoo orang Kreol dan Afrika-Karibia. Zombi adalah manusia dengan roh yang sudah dicuri lewat cara supranatural atau perdukunan, dan dipekerjakan sebagai budak yang mengabdi pada "majikan zombi" di perkebunan terpencil. Versi zombi yang lebih menakutkan dan suka memakan manusia sering diangkat menjadi cerita fiksi horor.

Zombi Dalam Kepercayaan Voodoo
Menurut ajaran Voodoo, dukun ilmu hitam atau pendeta voodoo yang disebut Bokor bisa menghidupkan kembali manusia yang sudah mati. Zombi tidak memiliki kemauan sendiri sehingga selalu berada di bawah kendali sang majikan. "Zombi" juga merupakan nama untuk dewa ular voodoo yang bernama Damballah Wedo asal Nigeria-Kongo yang dekat dengan kata nzambi yang dalam bahasa Kongo berarti "dewa".
Pada tahun 1937, peneliti Zora Neale Hurston yang melakukan riset folklor di Haiti menemukan kasus Felicia Felix-Mentor yang meninggal di usia 29 tahun dan sudah dikubur pada tahun 1907. Penduduk desa percaya bahwa mereka sering melihat Felicia yang sudah meninggal 30 tahun yang lalu masih suka berkeliaran di jalan-jalan. Kasus yang sama juga dijumpai pada beberapa orang yang lain. Zora Hurston berusaha mencari kebenaran kabar burung yang mengatakan zombi adalah manusia yang telah diberi ramuan obat-obatan, namun tidak berhasil menemukan orang yang mau membuka mulut tentang rahasia zombi.
Beberapa puluh tahun kemudian, seorang ahli Etnobotani Kanada bernama Wade Davis mengangkat kasus zombi dari sudut pandang farmakologi, dalam dua buku berjudul The Serpent and the Rainbow (1985) dan Passage of Darkness: The Ethnobiology of the Haitian Zombi (1988). Menurut hasil penelitian Wade Davis sewaktu berada di Haiti tahun 1982, ramuan dua jenis bubuk obat yang dimasukan ke dalam aliran darah (biasanya lewat luka terbuka) dapat mengubah orang hidup menjadi zombi.
Bubuk obat pertama disebut coup de poudre (bahasa Perancis untuk "obat penyerang") yang membuat manusia dalam keadaan "seperti mati" akibat dosis tetrodotoksin. Tetrodoksin merupakan racun mematikan yang juga dikandung ikan buntal dan ikan fugu yang merupakan makanan lumrah di Jepang. Manusia yang diberi tetrodoksi dalam dosis nyaris mematikan (LD50 sebesar 1 mg), bisa berada dalam keadaan hampir mati untuk beberapa hari, tapi terus dalam keadaan sadar. Ramuan bubuk obat kedua dari tanaman genus Datura bersifat halusinogen dan membuat orang menjadi tidak memiliki kemauan sendiri. Wade Davis juga mengetengahkan kisah orang Haiti bernama Clairvius Narcisse yang mengaku pernah menjadi dijadikan zombi. Teori Wade Davis sering ditanggapi orang secara skeptis dan kebenaran ceritanya sering menjadi sumber perdebatan. Kepercayaan voodoo masih penuh kerahasiaan yang sulit ditembus peneliti asing, walaupun sebagian orang Haiti mengakui tentang keberadaan "obat zombi"

Zombi Dalam Cerita Rakyat
Di abad pertengahan orang percaya arwah orang meninggal bisa kembali ke bumi dan menghantui orang hidup. Menurut ensiklopedia Encyclopedia of Things that Never Were, mayat yang bangun dari kubur (terutama di Perancis) biasanya datang membunuh orang-orang untuk membalas dendam. Sewaktu malam tiba, di makam-makam berkeliaran zombi berbentuk kerangka manusia atau mayat yang sudah kurus dan lemah. Mitologi Norse (Skandinavia) mengenal makhluk bernama Draugr yang dipercaya sebagai mayat ksatria yang bangun dari kubur untuk menyerang orang yang masih hidup.

Zombi Dalam Literatur Dan Fiksi
Dalam kebudayaan modern di Barat, buku yang pertama kali mengupas konsep zombi adalah The Magic Island karya W.B. Seabrook terbitan tahun 1929.
Zombi sering muncul dalam film horor, acara televisi, permainan video, dan permainan peran (RPG). Zombi biasanya digambarkan sebagai sosok mayat membusuk dengan kecerdasan rendah dan berjalan terseok-seok, namun punya selera makan daging manusia. Pada beberapa kasus, zombi lebih mengincar bagian otak manusia untuk disantap.
Sebelum tahun 1950-an, zombi biasanya digambarkan sebagai mayat tidak berotak yang dikendalikan majikan seperti boneka. Penggambaran zombi menurut budaya populer berubah pada tahun 1954 dengan terbitnya buku I Am Legend karya Richard Matheson. Buku menceritakan kota Los Angeles yang diserbu makhluk penghisap darah akibat pandemi infeksi bakteri. Satu-satunya orang yang selamat dari pandemi harus bertahan dari serangan orang-orang yang telah berubah menjadi makhluk penghisap darah. Walaupun mirip cerita vampir, plot cerita seperti ini sering dijadikan dasar bagi film-film bertema zombi yang diproduksi di kemudian hari. Night of the Living Dead karya George A. Romero merupakan film pertama yang menggambarkan zombi secara modern. Film The Last Man on Earth (1964) yang dibintangi Vincent Price juga berdasarkan cerita karangan Richard Matheson. Begitu pula dengan film The Omega Man (1971) yang dibintangi Charlton Heston, walaupun film ini hanya mempunyai sedikit kemiripan dengan cerita asli.
Sedangkan dalam permainan, zombi lebih berkarakter lucu dengan mata yang melotot misalnya pada game Plants vs Zombies zombi tersebut memiliki dunia tersendiri bahkan memiliki peralatan canggih dan profesor yang cerdas walaupun ada sebagian game yang membuat zombi sangat menakutkan seperti god of war dan resident evil.
Plot cerita yang paling umum berkisar pada serbuan zombi yang tidak terkendali. Sekelompok orang yang selamat berusaha menghentikan penularan zombi. Seperti layaknya kisah horor lain, cerita zombi tidak berakhir happy end dan selalu ada saja zombi yang masih tersisa. Asal-usul wabah zombi biasanya berupa kontaminasi radioaktif, bahan beracun yang membuat mati otak, ilmu hitam, voodoo, makhluk angkasa luar, infeksi virus dan berbagai macam sebab lain.
Dalam berbagai karya fiksi, zombi bisa menular ke orang sehat lewat gigitan atau cakaran zombi. Korban serangan zombi biasanya langsung tewas dan berubah menjadi zombi. Zombi bisa dibunuh dengan memotong bagian kepala atau menghancurkan otak zombi. Pada beberapa kasus, seluruh bagian tubuh zombi harus dihancurkan kalau tidak mau bagian tubuh zombi yang sudah putus bergerak-gerak terus.

Analisis Kimia Pembuatan Zombie
Sejarah Zombie
Para dukun voodoo menggunakan kulit katak bufo dan ikan puffer. Kulit katak ini sangat berbahaya, terdapat beberapa kandungan kimia yang bersifat racun mematikan didalamnya, yaitu biogenetik amina,bufogenin,dan bufotoksin.
Sedangan ikan puffer dikenal di Jepang dengan nama Fugu. Racunnya disebut "tetrodotoksin", yaitu sejenis racun syaraf yang mematikan. Efek penghilang rasa sakitnya 160.000 kali lebih kuat daripada kokain. Memakan ikan jenis ini bisa memberikan sensasi gelenyar”,karena kandungan racunnya. Di Jepang, koki yang memasak ikan fugu harus mendapat lisensi dari pemerintah.
Efek dari tetrodoksin akan dengan cepat menurunkan suhu tubuh dan tekanan darah, selain itu pada jumlah tertentu dapat menyebabkan orang yang memakannya mengalami koma atau mati suri.
Datura adalah sejenis rumput jimson (brugmansia candida), tumbuhan ini mengandung bahan kimia atropin,hyoskiamin dan skopolamin yang apabila dikonsumsi akan menyebabkan kita kehilangan ingatan. Bahkan jika mengkonsumsinya telalu banyak, dapat menyebabkan kematian.
Orang yang memberi bahan kimia diatas haruslah benar-benar terampil, Ia harus bisa memperkirakan takaran secukupnya pada manusia yang mau dijadikan zombie supaya nantinya tidak benar-benar mati.

Sejarah Zombie Versi Voodoo Kreol
Zombi atau zombie adalah sebutan untuk mayat hidup dalam sistem kepercayaan Voodoo orang Kreol dan Afrika-Karibia. Zombie adalah manusia dengan roh yang sudah dicuri lewat cara supranatural atau perdukunan, dan dipekerjakan sebagai budak yang mengabdi pada "majikan zombie" di perkebunan terpencil. Versi zombi yang lebih menakutkan dan suka memakan manusia sering diangkat menjadi cerita fiksi horor.
Menurut ajaran Voodoo, dukun ilmu hitam atau pendeta voodoo yang disebut Bokor bisa menghidupkan kembali manusia yang sudah mati. Zombi tidak memiliki kemauan sendiri sehingga selalu berada di bawah kendali sang majikan. "Zombi" juga merupakan nama untuk dewa ular voodoo yang bernama Damballah Wedo asal Nigeria-Kongo yang dekat dengan kata nzambi yang dalam bahasa Kongo berarti "dewa".

Sejarah Zombie Versi Pulau Haiti
Zombie berasal pulau Haiti di Karibia. Mereka merupakan orang - orang yang hampir mati, lalu dihidupkan kembali oleh para dukun Voodoo. Mereka biasanya digunakan sebagai budak selama sisa hidupnya. Zombie pun dapat bergerak, makan, mendengar dan berbicara, namun tidak memiliki ingatan dan wawasan tentang kondisi mereka. Legenda tentang zombie telah beredar selama berabad-abad, namun baru pada tahun 1980 sebuah kasus tentang zombie didokumentasikan.
Cerita ini dimulai pada tahun 1962 di Haiti. Seorang pria yang bernama Clairvius Narcisse dijual kepada salah satu Dukun Voodoo oleh saudara laki2-nya, karena menolak untuk menjual bagian warisannya berupa tanah keluarga.
Segera saja Clairvius dibuat meninggal dan dikuburkan. Namun, sebenarnya ia tidak mati, namun malah dijadikan zombie dan dipekerjakan di perkebunan tebu bersama para pekerja zombie lainnya. Pada 1964, setelah pemilik zombie tersebut meninggal, Clairvius mengembara melintasi pulau dalam keadaan "linglung" selama kurang lebih 16 tahun sebelum seseorang berhasil mengenalinya.
Dr.Wade Davis,seorang ahli Etnobiologi dari Harvard University,memutuskan pergi Ke Haiti untuk meneliti kebenaran cerita tersebut. Ketika tiba disana ia menemui beberapa dukun voodoo yang mempraktekkan cara pembuatan zombie.
Inti dari pembuatan zombie adalah, pertama, buat mereka “mati”, lalu buat mereka “gila”. Cara membuat mereka mati adalah dengan memberikan campuran kulit sejenis katak beracun yang oleh masyarakat setempat disebut "bufo bufo bufo" dan ikan puffer. Dengan cara ini mereka tidak benar-benar mati, melainkan hanya mati suri. Campuran ini dapat ditambahkan pada makanan,atau dioleskan pada kulit,terutama pada kulit yang lembut dan tidak rusak dibagian dalam lengan dekat siku. Setelah beberapa menit, bagi orang yang tidak terlatih para korban akan "terlihat" seperti mati, dengan napas dan detak jantung yang sangat lambat dan lemah.
Di Haiti, orang yang meninggal harus langsung dikuburkan, karena hawa yang panas dan kelembaban tinggi akan membuat mayat cepat membusuk. Setelah dikubur oleh keluarganya, para dukun akan menunggu beberapa jam untuk menggali “mayat”nya. (mungkin dari sinilah muncul legenda mengenai “mayat yang bangkit dari kubur”). Ketepatan waktu sangat penting, karena jika terlalu lama, korban akan benar-benar mati karena kekurangan oksigen.
Setelah “dibangkitkan dari kubur”, selanjutnya dukun zombie akan membuat mereka menjadi “gila” yaitu dengan memaksa mereka makan sejenis pasta yang terbuat dari datura (rumput jimsons). Efek dari datura ini akan memutus hubungan pikiran dengan realitas, dan menghancurkan seluruh ingatan yang ada. Setelah mengkonsumsi datura, para zombie akan kebingungan dan kehilangan ingatannya. Mereka kemudian dijual ke pemilik perkebunan sebagai budak dan akan menghabiskan seluruh sisa hidupnya disana. Dukun zombie akan memberikan datura lagi jika ingatan mereka mulai pulih.

Riset Kasus Zombie Felicia Felix
Di tahun 1937, peneliti Zora Neale Hurston yang melakukan riset folklor di Haiti menemukan kasus Felicia Felix-Mentor yang meninggal di usia 29 tahun dan sudah dikubur di tahun 1907. Penduduk desa percaya bahwa mereka sering melihat Felicia yang sudah meninggal 30 tahun yang lalu masih suka berkeliaran di jalan-jalan. Kasus yang sama juga dijumpai pada beberapa orang yang lain. Zora Hurston berusaha mencari kebenaran kabar burung yang mengatakan zombi adalah manusia yang telah diberi ramuan obat-obatan, namun tidak berhasil menemukan orang yang mau membuka mulut tentang rahasia zombi.
Beberapa puluh tahun kemudian, seorang ahli Etnobotani Kanada bernama Wade Davis mengangkat kasus zombi dari sudut pandang farmakologi, dalam dua buku berjudul The Serpent and the Rainbow (1985) dan Passage of Darkness: The Ethnobiology of the Haitian Zombi (1988). Menurut hasil penelitian Wade Davis sewaktu berada di Haiti tahun 1982, ramuan dua jenis bubuk obat yang dimasukan ke dalam aliran darah (biasanya lewat luka terbuka) dapat mengubah orang hidup menjadi zombi.
Bubuk obat pertama disebut coup de poudre (bahasa Perancis untuk "obat penyerang") yang membuat manusia dalam keadaan "seperti mati" akibat dosis tetrodotoksin. Tetrodoksin merupakan racun mematikan yang juga dikandung ikan buntal dan ikan fugu yang merupakan makanan lumrah di Jepang. Manusia yang diberi tetrodoksi dalam dosis nyaris mematikan (LD50 sebesar 1 mg), bisa berada dalam keadaan hampir mati untuk beberapa hari, tapi terus dalam keadaan sadar. Ramuan bubuk obat kedua dari tanaman genus Datura bersifat halusinogen dan membuat orang menjadi tidak memiliki kemauan sendiri. Wade Davis juga mengetengahkan kisah orang Haiti bernama Clairvius Narcisse yang mengaku pernah menjadi dijadikan zombi. Teori Wade Davis sering ditanggapi orang secara skeptis dan kebenaran ceritanya sering menjadi sumber perdebatan. Kepercayaan voodoo masih penuh kerahasiaan yang sulit ditembus peneliti asing, walaupun sebagian orang Haiti mengakui tentang keberadaan "obat zombi".
Di abad pertengahan orang percaya arwah orang meninggal bisa kembali ke bumi dan menghantui orang hidup. Menurut ensiklopedia Encyclopedia of Things that Never Were, mayat yang bangun dari kubur (terutama di Perancis) biasanya datang membunuh orang-orang untuk membalas dendam. Sewaktu malam tiba, di makam-makam berkeliaran zombi berbentuk kerangka manusia atau mayat yang sudah kurus dan lemah. Mitologi Norse (Skandinavia) mengenal makhluk bernama Draugr yang dipercaya sebagai mayat ksatria yang bangun dari kubur untuk menyerang orang yang masih hidup. 
Dalam kebudayaan modern di Barat, buku yang pertama kali mengupas konsep zombi adalah The Magic Island karya W.B. Seabrookterbitan tahun 1929. Zombi sering muncul dalam film horor, acara televisi, permainan video, dan permainan peran (RPG). Zombi biasanya digambarkan sebagai sosok mayat membusuk dengan kecerdasan rendah dan berjalan terseok-seok, namun punya selera makan daging manusia. Pada beberapa kasus, zombi lebih mengincar bagian otak manusia untuk disantap.
Sebelum tahun 1950-an, zombi biasanya digambarkan sebagai mayat tidak berotak yang dikendalikan majikan seperti boneka. Penggambaran zombi menurut budaya populer berubah di tahun 1954 dengan terbitnya buku I Am Legend karya Richard Matheson. Buku menceritakan kota Los Angeles yang diserbu makhluk penghisap darah akibat pandemi infeksi bakteri. Satu-satunya orang yang selamat dari pandemi harus bertahan dari serangan orang-orang yang telah berubah menjadi makhluk penghisap darah. Walaupun mirip cerita vampir, plot cerita seperti ini sering dijadikan dasar bagi film-film bertema zombi yang diproduksi di kemudian hari. Night of the Living Dead karya George A. Romero merupakan film pertama yang menggambarkan zombi secara modern. Film The Last Man on Earth (1964) yang dibintangi Vincent Price juga berdasarkan cerita karangan Richard Matheson. Begitu pula dengan film The Omega Man (1971) yang dibintangi Charlton Heston, walaupun film ini hanya mempunyai sedikit kemiripan dengan cerita asli.
Plot cerita yang paling umum berkisar pada serbuan zombi yang tidak terkendali. Sekelompok orang yang selamat berusaha menghentikan penularan zombi. Seperti layaknya kisah horor lain, cerita zombi tidak berakhir happy end dan selalu ada saja zombi yang masih tersisa. Asal-usul wabah zombi biasanya berupa kontaminasi radioaktif, bahan beracun yang membuat mati otak, ilmu hitam, voodoo, makhluk angkasa luar, infeksi virus dan berbagai macam sebab lain.
Dalam berbagai karya fiksi, zombi bisa menular ke orang sehat lewat gigitan atau cakaran zombi. Korban serangan zombi biasanya langsung tewas dan berubah menjadi zombi. Zombi bisa dibunuh dengan memotong bagian kepala atau menghancurkan otak zombi. Pada beberapa kasus, seluruh bagian tubuh zombi harus dihancurkan kalau tidak mau bagian tubuh zombi yang sudah putus bergerak-gerak terus.

Sumber : www.wikipedia.org, www.infospesial.net, www.shvoong.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar