Gambaran umum Tata Surya (Ukuran planet digambarkan sesuai skala, sedangkan
jaraknya tidak): Matahari, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Ceres, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, Haumea, Makemake dan Eris.
Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang
terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah
diidentifikasi , dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.
Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian
terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang
terluar.
Berdasarkan jaraknya dari Matahari, kedelapan planet Tata
Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak pertengahan 2008, ada lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit
planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima
planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid;
dulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet
kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).
Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil
itu dikelilingi oleh satelit alami. Masing-masing
planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri
dari debu dan partikel lain.
Asal Usul
Banyak
hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, beberapa di
antaranya adalah:
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel
Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre
Marquis de Laplace secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis
Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa
kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu
menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya
menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan
berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling
Matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan
suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace
berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan
konsekuensi dari pembentukan mereka.
Hipotesis
Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C.
Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita
terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan Matahari,
pada masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya
tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik
materi berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan
terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari Matahari. Sementara sebagian
besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan
memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa
yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek
tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan,
sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.
Hipotesis
Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan
oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang
lain kepada Matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya
sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama
mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929
membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi.
Demikian pula astronom Henry Norris
Russell mengemukakan
keberatannya atas hipotesis tersebut.
Hipotesis
Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom
Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya
terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
Hipotesis
Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita
berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya
meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh
gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
Sejarah Penemuan
Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua
bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing
planet.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan
pada lima abad lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas
dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642)
dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata
manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa
diamati melalui mata telanjang.
Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia
bisa melihat berbagai perubahan bentuk penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat
perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari
makin memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa
Matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus
Copernicus (1473-1543).
Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.
Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain
seperti Christian
Huygens (1629-1695)
yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir
2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.
Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan
perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang
lain melalui Johannes Kepler (1571-1630)
dengan Hukum Kepler. Dan
puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727)
dengan hukum gravitasi. Dengan dua
teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan perhitungan
benda-benda langit selanjutnya
Pada 1781, William Herschel (1738-1822)
menemukan Uranus. Perhitungan cermat orbit Uranus
menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan
gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai
satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon, satelit yang
mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet yang
sebenarnya karena ukurannya tidak berbeda jauh dengan Pluto.
Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek
kecil lainnya yang letaknya melampaui Neptunus (disebut objek
trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000
objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper
adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk
dalam Objek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km
pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena
Objek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005
meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh
penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, objek
ini juga memiliki satelit.
Struktur
Komponen utama sistem Tata Surya adalah
matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2 yang
mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya
gravitasinya. Yupiter dan Saturnus, dua komponen terbesar yang mengedari Matahari, mencakup
kira-kira 90 persen massa selebihnya.
Hampir semua objek-objek besar yang mengorbit Matahari
terletak pada bidang edaran bumi, yang umumnya dinamai ekliptika. Semua planet terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet
dan objek-objek sabuk Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar
dibandingkan ekliptika.
Planet-planet dan objek-objek Tata Surya juga mengorbit
mengelilingi Matahari berlawanan dengan arah jarum jam jika dilihat dari atas
kutub utara Matahari, terkecuali Komet Halley.
Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan
bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya sekeliling Matahari bergerak mengikuti
bentuk elips dengan Matahari sebagai salah satu titik fokusnya. Objek yang
berjarak lebih dekat dari Matahari (sumbu semi-mayor-nya lebih kecil)
memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada orbit elips, jarak antara objek
dengan Matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat antara objek dengan
Matahari dinamai perihelion, sedangkan
jarak terjauh dari Matahari dinamai aphelion. Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik
perihelion dan terlambat di titik aphelion. Orbit planet-planet bisa dibilang
hampir berbentuk lingkaran, sedangkan komet, asteroid dan objek sabuk Kuiper
kebanyakan orbitnya berbentuk elips.
Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata
Surya menunjukan jarak antara orbit yang sama antara satu dengan lainnya. Pada
kenyataannya, dengan beberapa perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet
atau sabuk dari Matahari, semakin besar jarak antara objek itu dengan jalur
edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh, Venus terletak sekitar sekitar 0,33 satuan astronomi (SA) lebih
dari Merkurius, sedangkan Saturnus adalah 4,3 SA dari Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi
jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.
Hampir semua planet-planet di Tata Surya juga memiliki
sistem sekunder. Kebanyakan adalah benda pengorbit alami yang disebut satelit.
Beberapa benda ini memiliki ukuran lebih besar dari planet. Hampir semua satelit alami yang paling
besar terletak di orbit sinkron, dengan satu sisi satelit berpaling ke arah
planet induknya secara permanen. Empat planet terbesar juga memliki cincin yang
berisi partikel-partikel kecil yang mengorbit secara serempak.
Terminologi
Secara informal, Tata Surya dapat dibagi menjadi tiga
daerah. Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet kebumian dan sabuk asteroid utama. Pada
daerah yang lebih jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas planet
raksasa. Sejak ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian
terluar Tata Surya dianggap wilayah berbeda tersendiri yang meliputi semua
objek melampaui Neptunus.
Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan: planet, planet kerdil, dan benda
kecil Tata Surya. Planet adalah sebuah badan yang mengedari Matahari dan mempunyai massa
cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya dengan
menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya. Dengan definisi ini,
Tata Surya memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah dilepaskan status planetnya
karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari objek-objek Sabuk Kuiper.
Planet kerdil adalah benda angkasa bukan satelit yang
mengelilingi Matahari, mempunyai massa yang cukup untuk bisa membentuk bulatan
diri tetapi belum dapat membersihkan daerah sekitarnya. Menurut definisi ini,
Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.Objek lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai
planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet kerdil yang memiliki orbit di
daerah trans-Neptunus biasanya disebut "plutoid". Sisa objek-objek lain berikutnya yang mengitari Matahari adalah benda
kecil Tata Surya.
Ilmuwan ahli planet menggunakan istilah gas, es, dan batu
untuk mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam Tata Surya. Batu
digunakan untuk menamai bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar dari
500 K), sebagai contoh silikat. Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya
bagian dalam, merupakan komponen pembentuk utama hampir semua planet kebumian
dan asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom
hidrogen, helium, dan gas mulia, bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah
Tata Surya, yang didominasi oleh Yupiter dan Saturnus. Sedangkan es, seperti air, metana, amonia dan karbon dioksida, memiliki
titik lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini merupakan komponen utama
dari sebagian besar satelit planet raksasa. Ia juga merupakan komponen utama Uranus dan Neptunus (yang sering disebut "es raksasa"), serta
berbagai benda kecil yang terletak di dekat orbit Neptunus.
Istilah volatiles mencakup semua bahan bertitik
didih rendah (kurang dari ratusan kelvin), yang termasuk gas dan es; tergantung
pada suhunya, 'volatiles' dapat ditemukan sebagai es, cairan, atau gas di
berbagai bagian Tata Surya.
Zona Planet
Di zona planet dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling dekat dengan
planet Merkurius (jarak dari Matahari
57,9 × 106 km, atau 0,39 SA), Venus (108,2 × 106 km,
0,72 SA), Bumi (149,6 × 106 km,
1 SA) dan Mars (227,9 × 106 km,
1,52 SA). Ukuran diameternya antara 4.878 km dan 12.756 km,
dengan massa jenis antara 3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.
Antara Mars dan Yupiter terdapat daerah yang disebut sabuk asteroid, kumpulan
batuan metal dan mineral. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter
beberapa kilometer (lihat: Daftar asteroid), dan beberapa memiliki diameter 100 km atau lebih.
Ceres, bagian dari kumpulan asteroid ini, berukuran sekitar
960 km dan dikategorikan sebagai planet kerdil. Orbit
asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron).
Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km, 5,2 SA),
Uranus (2,875 × 109 km,
19,2 SA) dan Neptunus (4,504 × 109 km,
30,1 SA) dengan massa jenis antara 0,7 g/cm3 dan
1,66 g/cm3.
Jarak rata-rata antara planet-planet dengan Matahari bisa
diperkirakan dengan menggunakan baris matematis Titus-Bode. Regularitas jarak antara jalur edaran
orbit-orbit ini kemungkinan merupakan efek resonansi sisa dari awal
terbentuknya Tata Surya. Anehnya, planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat
para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.
Matahari
Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen
utama sistem Tata Surya ini. Bintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti yang
cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan
menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke
luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.
Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning
(tipe G V) yang berukuran tengahan, tetapi nama ini bisa menyebabkan
kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada di dalam
galaksi Bima Sakti, Matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang
diklasifikasikan dengan diagram
Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang
terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang lebih panas akan lebih
cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dikatakan terletak pada deret utama, dan Matahari
letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang lebih
cemerlang dan lebih panas dari Matahari adalah langka, sedangkan
bintang-bintang yang lebih redup dan dingin adalah umum.
Dipercayai bahwa posisi Matahari pada deret utama secara
umum merupakan "puncak hidup" dari sebuah bintang, karena belum
habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Saat ini Matahari tumbuh
semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya adalah
sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.
Matahari secara metalisitas dikategorikan
sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini terbentuk lebih
akhir pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga
mengandung lebih banyak unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium
("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan dengan bintang
"populasi II". Unsur-unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang purba
yang kemudian meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih
dahulu sebelum alam semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat
ini.
Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal,
sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal yang lebih tinggi. Tingkat
metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada
pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan
metal.
Medium Antarplanet
Di samping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan
partikel bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin surya. Semburan
partikel ini menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per
jam, menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA
(lihat juga heliopause). Kesemuanya
ini disebut medium antarplanet.
Badai geomagnetis pada permukaan Matahari, seperti semburan Matahari (solar
flares) dan lontaran massa
korona (coronal
mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang
angkasa. Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar aliran heliosfer (heliospheric current sheet),
sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap
medium antarplanet. Medan magnet bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi
dengan angin surya. Venus dan Mars yang tidak memiliki medan magnet, atmosfernya habis
terkikis ke luar angkasa. Interaksi antara angin surya dan medan magnet bumi
menyebabkan terjadinya aurora, yang dapat dilihat dekat kutub magnetik
bumi.
Heliosfer juga berperan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal
dari luar Tata Surya. Medan magnet planet-planet menambah peran perlindungan
selanjutnya. Densitas sinar kosmik pada medium
antarbintang dan kekuatan
medan magnet Matahari mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang,
sehingga derajat radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi,
meski tidak diketahui seberapa besar.
Medium antarplanet juga merupakan tempat beradanya paling
tidak dua daerah mirip piringan yang berisi debu kosmis. Yang pertama, awan
debu zodiak, terletak di Tata Surya bagian dalam dan merupakan penyebab cahaya
zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang
disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet. Daerah kedua membentang antara
10 SA sampai sekitar 40 SA, dan mungkin disebabkan oleh tabrakan yang mirip
tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.
Tata Surya Bagian Dalam
Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid. Terutama terbuat dari silikat dan logam, objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup
dekat dengan matahari, radius dari seluruh daerah ini lebih
pendek dari jarak antara Yupiter dan Saturnus.
Planet-Planet Bagian Dalam
Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial
planet) memiliki komposisi batuan yang padat, hampir tidak mempunyai atau
tidak mempunyai satelit dan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi
Planet-planet ini terutama adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti
silikat yang membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti besi dan nikel
yang membentuk intinya. Tiga dari empat planet ini (Venus, Bumi dan Mars) memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat
permukaan tektonis seperti gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang
letaknya di antara Matahari dan bumi (Merkurius dan Venus) disebut juga planet inferior.
Merkurius
Merkurius (0,4 SA dari Matahari) adalah planet terdekat dari
Matahari serta juga terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki
satelit alami dan ciri geologisnya di samping kawah meteorid yang diketahui
adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena
pengerutan pada perioda awal sejarahnya.
Atmosfer
Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas dari
permukaannya karena semburan angin surya. Besarnya inti besi dan tipisnya kerak
Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan
luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan
("akresi") penuhnya terhambat oleh energi awal Matahari.
Venus
Venus (0,7 SA dari Matahari) berukuran mirip bumi (0,815 massa
bumi). Dan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit
silikat yang tebal dan berinti besi, atmosfernya juga tebal dan memiliki
aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lebih kering dari bumi dan
atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit.
Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C,
kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam
atmosfer. Sejauh ini aktivitas geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena
planet ini tidak memiliki medan magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer,
diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.
Bumi
Bumi (1 SA dari Matahari) adalah planet bagian dalam yang
terbesar dan terpadat, satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi
dan satu-satunya planet yang diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya
yang cair adalah khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya
planet yang diamati memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda
dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk
hidup yang menghasilkan 21% oksigen. Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari
planet kebumian di dalam Tata Surya.
Mars
Mars (1,5 SA dari Matahari) berukuran lebih kecil dari bumi
dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan
utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan
Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan lembah
retakan seperti Valles marineris, menunjukan
aktivitas geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna
merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi. Mars mempunyai dua
satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.
Sabuk Asteroid
Asteroid secara umum adalah objek Tata Surya yang terdiri dari
batuan dan mineral logam beku.
Sabuk asteroid utama terletak
di antara orbit Mars dan Yupiter, berjarak antara 2,3 dan 3,3 SA dari matahari, diduga merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya
yang gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter.
Gradasi ukuran asteroid adalah ratusan kilometer sampai
mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang terbesar, diklasifikasikan sebagai benda
kecil Tata Surya. Beberapa asteroid seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil jika terbukti
telah mencapai kesetimbangan hidrostatik.
Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan
objek yang berdiameter satu kilometer. Meskipun demikian, massa total dari
sabuk utama ini tidaklah lebih dari seperseribu massa bumi. Sabuk utama
tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos daerah ini tanpa
mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter antara 10 dan 10−4 m
disebut meteorid.
Ceres
Ceres
Ceres (2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid dan
diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Diameternya adalah sedikit kurang dari
1000 km, cukup besar untuk memiliki gravitasi sendiri untuk menggumpal
membentuk bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan pada abad ke
19, tetapi di-reklasifikasi menjadi asteroid pada tahun 1850an setelah
observasi lebih lanjut menemukan beberapa asteroid lagi. Ceres direklasifikasi
lanjut pada tahun 2006 sebagai planet kerdil.
Kelompok Asteroid
Asteroid pada sabuk utama dibagi menjadi kelompok dan keluarga
asteroid bedasarkan sifat-sifat orbitnya. satelit asteroid adalah asteroid yang
mengedari asteroid yang lebih besar. Mereka tidak mudah dibedakan dari
satelit-satelit planet, kadang kala hampir sebesar pasangannya. Sabuk asteroid
juga memiliki komet sabuk utama yang mungkin merupakan sumber air bumi.
Asteroid-asteroid Trojan terletak di titik L4
atau L5 Yupiter (daerah gravitasi stabil yang berada
di depan dan belakang sebuah orbit planet), sebutan "trojan" sering
digunakan untuk objek-objek kecil pada Titik Langrange dari sebuah planet atau satelit. Kelompok Asteroid Hilda
terletak di orbit resonansi 2:3 dari Yupiter, yang artinya kelompok ini
mengedari Matahari tiga kali untuk setiak dua edaran Yupiter.
Bagian dalam Tata Surya juga dipenuhi oleh asteroid liar,
yang banyak memotong orbit-orbit planet planet bagian dalam.
Tata Surya Bagian Luar
Pada bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa
dengan satelit-satelitnya yang berukuran planet. Banyak komet berperioda pendek
termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di daerah ini. Badan-badan padat di daerah
ini mengandung jumlah volatil (contoh: air, amonia, metan, yang sering
disebut "es" dalam peristilahan ilmu keplanetan) yang lebih tinggi
dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata Surya.
Planet-Planet Luar
Raksasa-raksasa gas dalam Tata Surya dan Matahari, berdasarkan skala
Keempat planet luar, yang disebut juga planet raksasa gas
(gas giant), atau planet jovian, secara
keseluruhan mencakup 99 persen massa yang mengorbit Matahari. Yupiter dan
Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan helium; Uranus dan Neptunus memiliki proporsi
es yang lebih besar. Para astronom mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan
sendiri sebagai raksasa es. Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin,
meski hanya sistem cincin Saturnus yang dapat dilihat dengan mudah dari bumi.
Yupiter
Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali
massa dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam Yupiter
menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh
pita pita awan dan Bintik Merah
Raksasa. Sejauh yang
diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan
kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas.
Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata Surya, berukuran lebih besar
dari Merkurius.
Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki
beberapa kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya.
Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat
kurang dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini
sebuah planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60
satelit yang diketahui sejauh ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di
antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski hampir terdiri
hanya dari es saja. Titan berukuran
lebih besar dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di
Tata Surya yang memiliki atmosfer yang cukup berarti.
Uranus
Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah
planet yang paling ringan di antara planet-planet luar. Planet ini memiliki
kelainan ciri orbit. Uranus mengedari Matahari dengan bujkuran poros 90 derajat
pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat
dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi
panas. Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui, yang terbesar adalah Titania,
Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus,
memiliki 17 kali massa bumi, sehingga membuatnya lebih padat. Planet ini
memancarkan panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus.
Neptunus memiliki 13 satelit yang diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser nitrogen cair.
Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade).
Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, yang disebut
Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.
Komet
Komet adalah badan Tata Surya kecil, biasanya hanya berukuran
beberapa kilometer, dan terbuat dari es
volatil. Badan-badan ini
memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelion-nya terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya lebih jauh dari Pluto. Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam,
dekatnya jarak dari Matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan
berionisasi, yang menghasilkan koma, ekor gas dan debu panjang, yang sering
dapat dilihat dengan mata telanjang.
Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit
kurang dari dua ratus tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit
yang berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan
komet berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort. Banyak kelompok komet, seperti Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan sebuah induk
tunggal. Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking berasal dari luar Tata
Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit. Komet tua
yang bahan volatilesnya telah habis karena panas Matahari sering dikategorikan
sebagai asteroid.
Centaur
Centaur adalah benda-benda es mirip komet yang poros
semi-majornya lebih besar dari Yupiter (5,5 SA) dan lebih kecil dari Neptunus (30 SA). Centaur
terbesar yang diketahui adalah, 10199
Chariklo, berdiameter
250 km. Centaur temuan pertama, 2060
Chiron, juga
diklasifikasikan sebagai komet (95P) karena memiliki koma sama seperti komet
kalau mendekati Matahari. Beberapa astronom mengklasifikasikan Centaurs sebagai
objek sabuk Kuiper
sebaran-ke-dalam (inward-scattered Kuiper belt objects), seiring dengan sebaran
keluar yang bertempat di piringan tersebar (outward-scattered
residents of the scattered disc).
Daerah Trans-Neptunus
Daerah yang terletak jauh melampaui Neptunus, atau daerah
trans-Neptunus, sebagian besar belum dieksplorasi. Menurut dugaan daerah ini
sebagian besar terdiri dari dunia-dunia kecil (yang terbesar memiliki diameter
seperlima bumi dan bermassa jauh lebih kecil dari bulan) dan terutama
mengandung batu dan es. Daerah ini juga dikenal sebagai daerah luar Tata Surya, meskipun berbagai orang menggunakan
istilah ini untuk daerah yang terletak melebihi sabuk asteroid.
Sabuk Kuiper
Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip dengan
sabuk asteroid, tetapi komposisi utamanya adalah es. Sabuk ini terletak antara
30 dan 50 SA, dan terdiri dari benda
kecil Tata Surya. Meski demikian, beberapa objek Kuiper yang terbesar, seperti Quaoar, Varuna, dan Orcus, mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para ilmuwan
memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper yang berdiameter
lebih dari 50 km, tetapi diperkirakan massa total Sabuk Kuiper hanya
sepersepuluh massa bumi. Banyak objek Kuiper memiliki satelit ganda dan
kebanyakan memiliki orbit di luar bidang eliptika.
Sabuk Kuiper secara kasar bisa dibagi menjadi "sabuk
klasik" dan resonansi. Resonansi adalah orbit yang terkait pada Neptunus
(contoh: dua orbit untuk setiap tiga orbit Neptunus atau satu untuk setiap
dua). Resonansi yang pertama bermula pada Neptunus sendiri. Sabuk klasik
terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi dengan Neptunus, dan terletak
sekitar 39,4 SA sampai 47,7 SA. Anggota dari sabuk klasik diklasifikasikan
sebagai cubewanos, setelah anggota jenis pertamanya ditemukan (15760)
1992QB1
Pluto dan Charon
Pluto dan ketiga satelitnya
Pluto (rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, adalah objek
terbesar sejauh ini di Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada tahun 1930, benda
ini dianggap sebagai planet yang kesembilan, definisi ini diganti pada tahun
2006 dengan diangkatnya definisi formal planet. Pluto memiliki kemiringan orbit
cukup eksentrik (17 derajat dari bidang ekliptika) dan berjarak 29,7 SA dari
Matahari pada titik prihelion (sejarak orbit Neptunus) sampai 49,5 SA pada
titik aphelion.
Tidak jelas apakah Charon, satelit Pluto yang terbesar, akan terus
diklasifikasikan sebagai satelit atau menjadi sebuah planet kerdil juga. Pluto
dan Charon, keduanya mengedari titik barycenter gravitasi di atas
permukaannya, yang membuat Pluto-Charon sebuah sistem ganda. Dua satelit yang
jauh lebih kecil Nix dan Hydra juga mengedari Pluto dan Charon. Pluto terletak
pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi dengan Neptunus, yang berarti
Pluto mengedari Matahari dua kali untuk setiap tiga edaran Neptunus. Objek
sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki resonansi yang sama disebut plutino.
Haumea dan Makemake
Haumea (rata-rata 43,34 SA) dan Makemake (rata-rata 45,79 SA) adalah dua objek terbesar sejauh
ini di dalam sabuk Kuiper klasik. Haumea adalah sebuah objek berbentuk telur
dan memiliki dua satelit. Makemake adalah objek paling cemerlang di sabuk
Kuiper setelah Pluto. Pada awalnya dinamai 2003 EL61 dan 2005 FY9,
pada tahun 2008 diberi nama dan status sebagai planet kerdil. Orbit keduanya
berinklinasi jauh lebih membujur dari Pluto (28° dan 29°) dan lain
seperti Pluto, keduanya tidak dipengaruhi oleh Neptunus, sebagai bagian dari kelompok Objek Sabuk Kuiper klasik.
Piringan Tersebar
Eris dan satelitnya Dysnomia
Piringan tersebar (scattered
disc) berpotongan dengan sabuk Kuiper dan menyebar keluar jauh lebih luas.
Daerah ini diduga merupakan sumber komet berperioda pendek. Objek piringan
tersebar diduga terlempar ke orbit yang tidak menentu karena pengaruh gravitasi
dari gerakan migrasi awal Neptunus. Kebanyakan objek piringan tersebar (scattered disc objects, atau
SDO) memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper dan apehelion hampir sejauh 150
SA dari Matahari. Orbit OPT juga memiliki inklinasi tinggi pada bidang
ekliptika dan sering hampir bersudut siku-siku. Beberapa astronom menggolongkan
piringan tersebar hanya sebagai bagian dari sabuk Kuiper dan menjuluki piringan
tersebar sebagai "objek sabuk Kuiper tersebar" (scattered Kuiper
belt objects).
Eris
Eris (rata-rata 68 SA) adalah objek piringan tersebar
terbesar sejauh ini dan menyebabkan mulainya debat tentang definisi planet,
karena Eris hanya 5%lebih besar dari Pluto dan memiliki perkiraan diameter
sekitar 2.400 km. Eris adalah planet kerdil terbesar yang diketahui dan
memiliki satu satelit, Dysnomia. Seperti Pluto, orbitnya memiliki eksentrisitas
tinggi, dengan titik perihelion 38,2 SA (mirip jarak Pluto ke Matahari) dan
titik aphelion 97,6 SA dengan bidang ekliptika sangat membujur.
Daerah Terjauh
Titik tempat Tata Surya berakhir dan ruang antar bintang
mulai tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk dari dua
gaya tekan yang terpisah: angin surya dan gravitasi Matahari. Batasan terjauh
pengaruh angin surya kira kira berjarak empat kali jarak Pluto dan Matahari. Heliopause
ini disebut sebagai titik permulaan medium antar bintang. Akan tetapi Bola Roche Matahari, jarak efektif pengaruh gravitasi
Matahari, diperkirakan mencakup sekitar seribu kali lebih jauh.
Heliopause
Heliopause dibagi menjadi dua bagian terpisah. Awan angin yang
bergerak pada kecepatan 400 km/detik sampai menabrak plasma dari medium
ruang antarbintang. Tabrakan ini terjadi pada benturan terminasi yang kira kira
terletak di 80-100 SA dari Matahari pada daerah lawan angin dan sekitar 200 SA
dari Matahari pada daerah searah jurusan angin. Kemudian angin melambat
dramatis, memampat dan berubah menjadi kencang, membentuk struktur oval yang
dikenal sebagai heliosheath, dengan
kelakuan mirip seperti ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 SA di bagian arah
lawan angin dan berkali-kali lipat lebih jauh pada sebelah lainnya. Voyager 1
dan Voyager 2 dilaporkan telah menembus benturan terminasi ini dan memasuki heliosheath,
pada jarak 94 dan 84 SA dari Matahari. Batasan luar dari heliosfer, heliopause,
adalah titik tempat angin surya berhenti dan ruang antar bintang bermula.
Bentuk dari ujung luar heliosfer kemungkinan dipengaruhi
dari dinamika fluida dari interaksi medium antar bintang dan juga medan magnet
Matahari yang mengarah di sebelah selatan (sehingga memberi bentuk tumpul pada
hemisfer utara dengan jarak 9 SA, dan lebih jauh daripada hemisfer selatan.
Selebih dari heliopause, pada jarak sekitar 230 SA, terdapat benturan
busur, jaluran ombak plasma yang ditinggalkan Matahari seiring edarannya
berkeliling di Bima Sakti.
Sejauh ini belum ada kapal luar angkasa yang melewati heliopause,
sehingga tidaklah mungkin mengetahui kondisi ruang antar bintang lokal dengan
pasti. Diharapkan satelit NASA voyager akan menembus heliopause pada
sekitar dekade yang akan datang dan mengirim kembali data tingkat radiasi dan
angin surya. Dalam pada itu, sebuah tim yang dibiayai NASA telah mengembangkan
konsep "Vision Mission" yang akan khusus mengirimkan satelit penjajak
ke heliosfer.
Awan Oort
Secara hipotesa, Awan Oort adalah sebuah massa berukuran raksasa yang terdiri dari
bertrilyun-trilyun objek es, dipercaya merupakan sumber komet berperioda
panjang. Awan ini menyelubungi matahari pada jarak sekitar 50.000 SA (sekitar 1 tahun cahaya)
sampai sejauh 100.000 SA (1,87 tahun cahaya). Daerah ini dipercaya mengandung komet yang terlempar dari bagian dalam Tata Surya karena
interaksi dengan planet-planet bagian luar. Objek Awan Oort bergerak sangat
lambat dan bisa digoncangkan oleh situasi-situasi langka seperti tabrakan,
effek gravitasi dari laluan bintang, atau gaya pasang galaksi, gaya pasang yang didorong Bima Sakti.
Sedna
90377 Sedna (rata-rata 525,86 SA) adalah sebuah benda
kemerahan mirip Pluto dengan orbit raksasa yang sangat eliptis, sekitar 76 SA
pada perihelion dan 928 SA pada aphelion dan berjangka orbit 12.050 tahun. Mike
Brown, penemu objek ini pada tahun 2003, menegaskan bahwa Sedna tidak merupakan
bagian dari piringan
tersebar ataupun sabuk
Kuiper karena perihelionnya terlalu jauh dari pengaruh migrasi Neptunus. Dia
dan beberapa astronom lainnya berpendapat bahwa Sedna adalah objek pertama dari
sebuah kelompok baru, yang mungkin juga mencakup 2000 CR105. Sebuah benda
bertitik perihelion pada 45 SA, aphelion pada 415 SA, dan berjangka orbit 3.420
tahun. Brown menjuluki kelompok ini "Awan Oort bagian dalam", karena
mungkin terbentuk melalui proses yang mirip, meski jauh lebih dekat ke
Matahari. Kemungkinan besar Sedna adalah sebuah planet kerdil, meski bentuk
kebulatannya masih harus ditentukan dengan pasti.
Batasan-Batasan
Banyak hal dari Tata Surya kita yang masih belum
diketahui. Medan gravitasi Matahari diperkirakan mendominasi gaya gravitasi
bintang-bintang sekeliling sejauh dua tahun cahaya (125.000 SA). Perkiraan
bawah radius Awan Oort, di sisi lain, tidak lebih besar dari 50.000 SA. Sekalipun Sedna telah ditemukan, daerah antara Sabuk Kuiper dan Awan Oort, sebuah daerah yang memiliki radius puluhan ribu SA,
bisa dikatakan belum dipetakan. Selain itu, juga ada studi yang sedang
berjalan, yang mempelajari daerah antara Merkurius dan matahari. Objek-objek baru mungkin masih akan ditemukan di daerah
yang belum dipetakan.
Dimensi
Perbandingan
beberapa ukuran penting planet-planet:
Karakteristik
|
||||||||
57,91 (0,39)
|
108,21 (0,72)
|
149,60 (1,00)
|
227,94 (1,52)
|
778,41 (5,20)
|
1.426,72 (9,54)
|
2.870,97 (19,19)
|
4.498,25 (30,07)
|
|
Waktu edaran (tahun)
|
0,24 (88 hari)
|
0,62 (224 hari)
|
1,00
|
1,88
|
11,86
|
29,45
|
84,02
|
164,79
|
Jangka rotasi
|
58,65 hari
|
243,02 hari
|
23 jam 56 menit
|
24 jam 37 menit
|
9 jam 55 menit
|
10 jam 47 menit
|
17 jam 14 menit
|
16 jam 7 menit
|
Eksentrisitas edaran
|
0,206
|
0,007
|
0,017
|
0,093
|
0,048
|
0,054
|
0,047
|
0,009
|
7,00
|
3,39
|
0,00
|
1,85
|
1,31
|
2,48
|
0,77
|
1,77
|
|
0,00
|
177,36
|
23,45
|
25,19
|
3,12
|
26,73
|
97,86
|
29,58
|
|
Diameter ekuator (km)
|
4.879
|
12.104
|
12.756
|
6.805
|
142.984
|
120.536
|
51.118
|
49.528
|
Massa (dibanding Bumi)
|
0,06
|
0,81
|
1,00
|
0,15
|
317,8
|
95,2
|
14,5
|
17,1
|
Kepadatan menengah (g/cm³)
|
5,43
|
5,24
|
5,52
|
3,93
|
1,33
|
0,69
|
1,27
|
1,64
|
Suhu permukaan
min. menengah maks. |
-173 °C +167 °C +427 °C |
+437 °C +464 °C +497 °C |
-89 °C +15 °C +58 °C |
-133 °C -55 °C +27 °C |
-108 °C |
-139 °C |
-197 °C |
-201 °C |
Lokasi Tata Surya di dalam galaksi Bima Sakti
Tata Surya terletak di galaksi Bima Sakti, sebuah galaksi spiral yang berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan
memiliki sekitar 200 milyar bintang. Matahari berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi
yang disebut Lengan Orion. Letak Matahari berjarak antara 25.000 dan 28.000 tahun cahaya dari
pusat galaksi, dengan kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200
kilometer per detik.
Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta tahun. Waktu
revolusi ini dikenal sebagai tahun galaksi Tata Surya. Apex Matahari, arah
jalur Matahari di ruang semesta, dekat letaknya dengan rasi
bintang Herkules terarah pada posisi akhir bintang Vega.
Lokasi Tata Surya di dalam galaksi berperan penting dalam
evolusi kehidupan di Bumi. Bentuk orbit bumi adalah mirip
lingkaran dengan kecepatan hampir sama dengan lengan spiral galaksi, karenanya
bumi sangat jarang menerobos jalur lengan. Lengan spiral galaksi memiliki
konsentrasi supernova tinggi yang berpotensi bahaya sangat besar terhadap kehidupan
di Bumi. Situasi ini memberi Bumi jangka stabilitas yang panjang yang
memungkinkan evolusi kehidupan.
Tata Surya terletak jauh dari daerah padat bintang di
pusat galaksi. Di daerah pusat, tarikan gravitasi bintang-bintang yang
berdekatan bisa menggoyang benda-benda di Awan Oort dan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya.
Ini bisa menghasilkan potensi tabrakan yang merusak kehidupan di Bumi.
Intensitas radiasi dari pusat galaksi juga memengaruhi
perkembangan bentuk hidup tingkat tinggi. Walaupun demikian, para ilmuwan
berhipotesa bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini supernova telah memengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000 tahun
terakhir dengan melemparkan pecahan-pecahan inti bintang ke arah Matahari dalam
bentuk debu radiasi atau bahan yang lebih besar lainnya, seperti berbagai benda
mirip komet.
Daerah Lingkungan Sekitar
Lingkungan galaksi terdekat dari Tata Surya adalah
sesuatu yang dinamai Awan
Antarbintang Lokal (Local Interstellar Cloud, atau Local Fluff), yaitu wilayah
berawan tebal yang dikenal dengan nama Gelembung Lokal (Local
Bubble), yang terletak di tengah-tengah wilayah yang jarang. Gelembung
Lokal ini berbentuk rongga mirip jam pasir yang terdapat pada medium
antarbintang, dan berukuran sekitar 300 tahun cahaya. Gelembung ini penuh
ditebari plasma bersuhu tinggi yang mungkin berasal
dari beberapa supernova yang belum lama terjadi.
Di dalam jarak sepuluh tahun cahaya (95 triliun km) dari
Matahari, jumlah bintang relatif sedikit. Bintang yang terdekat adalah sistem
kembar tiga Alpha Centauri, yang berjarak
4,4 tahun cahaya. Alpha Centauri A dan B merupakan bintang ganda mirip dengan
Matahari, sedangkan Centauri C adalah kerdil merah (disebut juga Proxima Centauri) yang
mengedari kembaran ganda pertama pada jarak 0,2 tahun cahaya.
Bintang-bintang terdekat berikutnya adalah sebuah kerdil
merah yang dinamai Bintang Barnard (5,9 tahun
cahaya), Wolf
359 (7,8 tahun
cahaya) dan Lalande
21185 (8,3 tahun
cahaya). Bintang terbesar dalam jarak sepuluh tahun cahaya adalah Sirius, sebuah bintang cemerlang dikategori 'urutan utama'
kira-kira bermassa dua kali massa Matahari, dan dikelilingi oleh sebuah kerdil
putih bernama Sirius B. Keduanya berjarak 8,6 tahun cahaya. Sisa sistem
selebihnya yang terletak di dalam jarak 10 tahun cahaya adalah sistem bintang
ganda kerdil merah Luyten
726-8 (8,7 tahun
cahaya) dan sebuah kerdial merah bernama Ross
154 (9,7 tahun
cahaya).
Bintang tunggal terdekat yang mirip Matahari adalah Tau
Ceti, yang terletak
11,9 tahun cahaya. Bintang ini kira-kira berukuran 80% berat Matahari, tetapi
kecemerlangannya (luminositas) hanya 60%.
Planet luar Tata Surya terdekat dari Matahari, yang diketahui sejauh ini adalah
di bintang Epsilon Eridani, sebuah
bintang yang sedikit lebih pudar dan lebih merah dibandingkan mathari. Letaknya
sekitar 10,5 tahun cahaya. Planet bintang ini yang sudah dipastikan, bernama Epsilon Eridani b, kurang lebih berukuran 1,5 kali massa
Yupiter dan mengelilingi induk bintangnya
dengan jarak 6,9 tahun cahaya.
Sumber : www.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar