Selasa, 16 April 2013

Kontroversial Kelahiran Yesus Kristus



Kelahiran Yesus

Kisah kelahiran Yesus Kristus dicatat di dalam dua Injil kanonik, Matius dan Lukas. Kedua Injil tersebut menulis bahwa Yesus lahir di Betlehem, di Yudea, oleh seorang perawan, yaitu Maria.
Masing-masing Injil menceritakan kejadian yang sama dengan sudut pandang yang berbeda. Injil Matius dari sudut pandang Rasul Matius yang adalah seorang pemungut pajak menceritakan perihal kedatangan orang majus yang mencari dan menyembah “raja” yang baru lahir, serta mempersembahkan hadiah yang mahal-mahal. Sedangkan Injil Lukas dari sudut pandang Lukas yang adalah seorang dokter menceritakan kisah ini dengan lebih detail, termasuk adanya malaikat dan kedatangan gembala domba yang menyembah bayi Yesus di palungan, secara lebih kronologis. Injil Lukas tidak mencatat mengenai orang-orang majus dari Timur, tetapi mengisahkan kelahiran Yohanes Pembaptis yang terjadi sekitar 6 bulan sebelum kelahiran Yesus, termasuk penampakan malaikat Gabriel yang memberitahukan terlebih dahulu kepada Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis.
Kedua Injil juga memberikan silsilah Yesus Kristus. Injil Matius, yang target pembacanya adalah bangsa Yahudi, menitikberatkan pribadi Yesus sebagai Raja, Mesias keturunan raja Israel yang ditunggu-tunggu oleh kaum Yahudi, oleh sebab itu silsilahnya dimulai dari Abraham, bapa orang Yahudi. Pun tulisan-tulisannya penuh dengan simbol-simbol dan pemenuhan nubuatan-nubuatan nabi zaman dulu yang mengatakan bahwa Mesias akan terbit dari keturunan Daud. Ditulis dalam silsilah Yesus ada 14 keturunan dari Abraham hingga raja Daud, 14 keturunan dari Daud hingga masa pembuangan ke Babel, 14 keturunan dari masa pembuangan hingga Yesus.
Injil Lukas, yang target pembacanya adalah bangsa bukan Yahudi, menitikberatkan pribadi Yesus sebagai Anak Manusia dan Anak Allah, Allah semua bangsa, bukan hanya bagi orang Yahudi. Oleh sebab itu silsilahnya dimulai dari Adam, bapa semua umat manusia, bahkan hingga kepada Allah, bapa Adam, pencipta seluruh manusia. Sebagai salah satu pengikut Paulus, Lukas juga mungkin pada saat menulis ini memikirkan Yesus sebagai Adam baru/Adam kedua (bnd. Roma 5:12)

Pemberitahuan Tentang Kelahiran
Perjanjian Lama
Kitab Kejadian
Kejadian 12:3: [Berfirmanlah TUHAN kepada Abram (Abraham)]: "Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."
Penggenapan: Yesus Kristus, ... anak Abraham. (Matius 1:1)
Kejadian 17:19: Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya".
Penggenapan: Yesus Kristus ... anak Ishak. (Lukas 3:34)
Kejadian 49:10: Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.
Penggenapan: Yesus Kristus ... anak Yehuda. (Lukas 3:33)

Kitab Bilangan
Bilangan 24:17: "Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel"
Penggenapan: Yesus Kristus ... anak Yakub. (Matius 1:2)

Kitab Yesaya
Yesaya 7:14: Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda (=yang belum menikah) mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.
Penggenapan: Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita. (Matius 1:22-23)
Yesaya 60:6: Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur TUHAN.
Penggenapan: Kedatangan orang-orang majus dari Timur mencari bayi Yesus dengan rombongan unta-unta serta membawa emas dan kemenyan.(Matius 2:1-12)

Kitab Yeremia
Yeremia 31:15: Beginilah firman TUHAN: Dengar! Di Rama terdengar ratapan, tangisan yang pahit pedih: Rahel menangisi anak-anaknya, ia tidak mau dihibur karena anak-anaknya, sebab mereka tidak ada lagi.
Penggenapan: Maka genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi." (Matius 2:17-18) Kubur Rahel yang pertama adalah di Betlehem, Efrata, daerah Yudea, wilayah Suku Yehuda (Kejadian 35:19; Kejadian 48:7), di sebelah selatan Yerusalem. Karena Rahel adalah ibu dari Benyamin, maka kemudian makamnya dipindahkan ke Rama, wilayah Suku Benyamin, 7.5 km di sebelah utara Yerusalem.
Yeremia 31:16: Beginilah firman TUHAN: Cegahlah suaramu dari menangis, dan matamu dari mencucurkan air mata, sebab untuk jerih payahmu ada ganjaran, demikianlah firman TUHAN; mereka akan kembali dari negeri musuh.
Penggenapan: Yesus, yang selamat dari pembunuhan di Betlehem, akan kembali dari Mesir, negeri asing.

Kitab Mikha
Mikha 5:2-3: Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel.
Penggenapan: Yesus lahir di Betlehem, Yudea.(Matius 2:1; Lukas 2:4), lalu anak-anak lain (saudara-saudara selebihnya) akan dibunuh.(Matius 2:16)
Mikha 4:8: Dan engkau, hai Menara Kawanan Domba (bahasa Ibrani: migdal-eder; bahasa Inggris: tower of the flock), hai Bukit puteri Sion, kepadamu akan datang dan akan kembali pemerintahan yang dahulu, kerajaan atas puteri Yerusalem.
Penggenapan: Yesus lahir di suatu kandang domba di Betlehem. (Lukas 2:7,12) Ada pendapat bahwa tempatnya adalah di Menara Kawanan Domba (Migdal Eder). 

Perjanjian Baru
Kepada Maria
Dalam bulan yang keenam kehamilan Yohanes Pembaptis, putra dari imam Zakharia dan istrinya, Elisabet, Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. (Lukas 1:26)
Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam (bahasa Latin: Ave), hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi (bahasa Ibrani: El'elyon) akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.(Lukas 1:26-38).

Kepada Elisabet
Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.(Lukas 1:39-45)
Catatan: Tentunya Maria ingin mengetahui apakah perjumpaan dengan malaikat dan percakapan itu sungguh-sungguh dapat dipercaya. Satu-satunya orang yang dapat diajak bicara adalah Elisabet, karena Elisabet juga mengalami kehamilan aneh, sehingga akan mampu mengerti perasaan Maria saat itu. Malaikat Gabriel memberitahu Maria bahwa waktu itu Elisabet sedang hamil 6 bulan.
Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.
Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."
Catatan: Dari perkataan Elisabet ini, Maria telah mendapatkan sejumlah kepastian, yaitu:
Maria akan menjadi "ibu Tuhan"
Perkataan Tuhan pasti terlaksana.
Lalu Maria mengucapkan nyanyian pujiannya (bahasa Latin: Magnificat): "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, ..." (selengkapnya: Lukas 1:46-56)
Maria tinggal kira-kira 3 bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.
Catatan: Nampaknya Maria hadir pada waktu Yohanes Pembaptis dilahirkan sampai disunat pada hari ke-8. Setelah melahirkan, Elisabet secara hukum Taurat dianggap najis selama 40 hari, sehingga tidak diizinkan untuk berhubungan dengan banyak orang, karena menyebabkan orang yang disentuhnya najis.Jika Maria terus tinggal di sana tentunya merepotkan Elisabet, lagi pula saat itu Maria sudah 3 bulan mengandung dan harus segera memberitahukan Yusuf tentang kehamilannya. Maria menyaksikan bagaimana Zakharia dapat berbicara kembali dan mengingat nyanyian pujiannya yang kemudian dicatat oleh Lukas.

Kepada Yusuf
Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi.
Malaikat itu berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."
Catatan: Nama Yesus (bahasa Yunani: ησος Iēsoûs) adalah transliterasi nama Ibrani "Yosua" (bahasa Ibrani: יְהוֹשֻׁעַ Yĕhōšuă‘) artinya "YHWH menyelamatkan" atau nama Aram Yesua (bahasa Ibrani: יֵשׁוּעַ Yēšûă‘) artinya "dia menyelamatkan" atau "juru selamat".
Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.(Matius 1:18-25)

Kepada Simeon
Kepada Simeon telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. (Lukas 2:26).

Kepada orang-orang Majus dari Timur
Datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."(Matius 2:1-2).

Kepada orang-orang Yahudi
Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal. (Yohanes 7:42).

Waktu Kelahiran
Pada zaman Herodes, raja Yudea (Matius 2:1; Lukas 1:5) (lahir 73/74 SM, menjadi raja mulai 37 SM, mati 4 SM (atau 1 SM) di Yerikho.
Pada zaman Kaisar Agustus (Lukas 2:1). Gaius Julius Caesar Augustus (lahir 23 September 63 SM, mati 19 Agustus 14 M), raja Romawi. Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia masing-masing di kotanya sendiri (Lukas 2:1-3), pada tahun 2 SM.
Sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria (Lukas 2:2). Publius Sulpicius Quirinius (bahasa Yunani: Κυρήνιος Kyrenios atau Cyrenius, lahir ~51 SM, mati 21 M). Ada pendaftaran yang dilakukan Kirenius pada tahun 6 M, pada zaman Arkelaus menjadi raja (bahasa Yunani: ethnarch) Yudea. Ada pula pendaftaran yang dilakukannya ketika menjadi penguasa sementara di Siria tahun 11 SM - 7 SM.
Catatan: ada yang menerjemahkan Lukas 2:2 "...pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius..." dari bahasa Yunani sebagai "...pendaftaran yang diadakan sebelum Kirenius...", tetapi ini bukan yang diterima sebagian besar pakar.
Penempatan di dalam rahim Maria terjadi dalam bulan yang ke-6 kehamilan Yohanes Pembaptis (Lukas 1:26). Berarti sekitar ^ bulan setelah imam Zakharia dari rombongan Abia, melakukan tugasnya di Bait Allah. (Lukas 1:5) Rombongan Abia adalah kelompok ke-8 dari 24 kelompok imam yang bergiliran melakukan tugas di Bait Allah (1 Tawarikh 24:7-18). Ada pakar yang berpendapat giliran ini biasanya jatuh pada awal bulan Sivan dalam kalender Yahudi atau sekitar bulan Juni kalender Masehi. Berdasarkan informasi ini, pembuahan (bahasa Inggris: conception) Yesus terjadi sekitar bulan Desember. Ada sejumlah naskah kuno yang mencatat bahwa Yesus ditempatkan di rahim Maria tanggal 25 Desember. Hal ini didukung oleh penafsiran Hagai 2:18-20:
Perhatikanlah mulai dari hari ini dan selanjutnya--mulai dari hari yang kedua puluh empat bulan kesembilan. Mulai dari hari diletakkannya dasar bait TUHAN perhatikanlah apakah benih masih tinggal tersimpan dalam lumbung, dan apakah pohon anggur dan pohon ara, pohon delima dan pohon zaitun belum berbuah? Mulai dari hari ini Aku akan memberi berkat!
—Hagai 2:18-20
Tanggal 24 bulan ke-9 (Kislev) dalam kalender Yahudi jatuh sekitar tanggal 25 Desember dalam kalender Gregorian.
Pada suatu hari raya besar Yahudi, karena tidak ada tempat bagi Yusuf dan Maria di rumah penginapan. (Lukas 2:7)
Catatan: Pendaftaran dapat dilakukan kapan saja, tetapi Yusuf, sebagai seorang Yahudi yang saleh, memilih datang dari Nazaret, Galilea, bertepatan dengan hari raya penting dimana hukum Taurat menyuruh setiap laki-laki untuk berziarah ke Yerusalem. Betlehem terletak hanya 10 kilometer (6.2 mil) di selatan Yerusalem. Kemungkinan besar ini adalah dekat hari raya Tahun Baru (Rosh Hashanah) pada bulan Tisyri (atau sekitar bulan September kalender Masehi) atau hari raya Sukkot yang memperingati Kemah Suci ("Feast of Tabernacles") di mana Allah diam di antara bangsa Israel, seperti yang diindikasikan dalam Injil Yohanes:
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran
—Yohanes 1:14
Kata "diam" dalam bahasa aslinya (bahasa Yunani) adalah "σκήνωσεν" (eskēnōsen), dari kata "σκηνς" (skēnēs) yang berarti "kemah" dan dipakai dalam Alkitab bahasa Yunani Septuaginta untuk menyebut Kemah Suci.
Bila diperhitungkan dengan adanya kisah pembantaian bayi bayi berusia 2 tahun ke bawah pada akhir masa pemerintahan Herodes (4 SM) atau (1 SM), maka kelahiran Yesus terjadi sesudah tahun 6 SM.

Tempat Kelahiran
Betlehem di tanah Yudea (Matius 2:1; Lukas 2:4) sesuai Nubuat Nabi Mikha (Mikha 5:2-3).
Suatu kandang domba, kemungkinan Menara Kawanan Domba (bahasa Ibrani: Migdal-Eder; bahasa Inggris: Tower of the Flock) sesuai nubuat nabi Mikha (Mikha 4:8).
Menara ini adalah suatu tempat khusus untuk mengurung domba-domba yang kelak akan dipilih menjadi korban di Bait Allah di Yerusalem. Hieronimus mencatat letaknya 1000 langkah (1,6 kilometer atau 1 mil) dari Yerusalem. Menara Eder adalah bangunan bertingkat. Imam-imam dari Yerusalem akan datang memeriksa domba-domba yang tidak bercacat. Domba jantan untuk korban bakaran, domba betina untuk korban pendamaian.. Rabbi Yehuda berkata, domba jantan yang didapati 30 hari sebelum Paskah Yahudi dapat digunakan sebagai "domba Paskah". Dalam masa perkabungan meninggalnya Rahel, Yakub memasang kemahnya dan memelihara dombanya di seberang Migdal-Eder.(Kejadian 35:21). Kelak "domba Allah" akan dilahirkan sebagai penghapus dosa Yakub di menara ini.

Kronologi Kelahiran dan Masa Kecil Yesus
Kelahiran Yesus
Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, --karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud-- supaya didaftarkan sesuai perintah Kaisar Agustus, bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung.(Lukas 2:4)
Ketika mereka di situ, tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.(Lukas 2:7)
Tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan.(Lukas 2:7)

Para Gembala
Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.(Lukas 2:8)
Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.
Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita."
Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka.
Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.(Lukas 2:8-20)
Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. (Lukas 2:19)

Yesus Disunat dan Dinamai
Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya. (Lukas 2:21)

Bayi Yesus dibawa ke Bait Allah
Dan ketika genap waktu pentahiran (=40 hari sejak lahir), menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.(Lukas 2:22-24)

Simeon
Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.
Simeon datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus, ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat. Ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah.
Simeon berkata: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." (Lukas 2:25-32)
Bapa serta ibu Yesus amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. (Lukas 2:33)
Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan --dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri--,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang." (Lukas 2:34-35)
Hana binti Fanuel
Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. (Lukas 2:36-37)
Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. (Lukas 2:38).

Orang-Orang Majus Dari Timur
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."(Matius 2:1-2)
Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.
Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel." (Mikha 5:2-3)
Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia."
Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka.
Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.(Matius 2:3-12).

Penyingkiran ke Mesir
Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia."
Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."(Hosea 11:1; Matius 2:13-15)

Pembunuhan Anak-Anak Di Betlehem
Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. (Matius 2:16)
Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi." (Yeremia 31:15; Matius 2:17-18).

Kembali Ke Nazaret
Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati." (Matius 2:19-20)
Lalu Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel. Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. (Matius 2:21-22)
Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea. Setibanya di sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret. (Matius 2:22-23)
Catatan: Matius memulai Injilnya dengan menyatakan Yesus sebagai anak Daud, sehingga Ia sepatutnya lahir di Betlehem, Yudea, kota Daud. Kemudian ia menjelaskan kepada pembacanya, bahwa Yesus dibesarkan di Nazaret, Galilea. Matius tidak pernah menyebutkan bahwa Yusuf dan Maria sebelumnya tinggal di Galilea. Informasi itu didapatkan oleh Lukas kemungkinan dari Maria, ibu Yesus.
Lukas mencatat: Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka (Yusuf, Maria dan Yesus) ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu (Yesus) bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. (Lukas 2:39-40)

Yesus Pada Umur 12 Tahun Dalam Bait Allah
Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. (Lukas 2:41-52)
Ketika Yesus telah berumur 12 tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.
Catatan: tampaknya dalam rangka bar-mitvah (bahasa Ibrani: בר מצווה‎, upacara akil baliq) Yesus.
Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia 3 hari lamanya.
Sesudah 3 hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya. Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka.
Lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: "Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau."
Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?"
Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. (Lukas 2:41-52)
Ibu-Nya (Maria) menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. (Lukas 2:51)
Catatan: Sebagai sejarahwan yang baik, Lukas mencantumkan sumber dari informasi yang didapatnya. Rangkaian cerita kelahiran dan masa kecil Yesus yang dicatat Lukas di Injilnya bersumber dari Maria, ibu Yesus.

Benarkah Yesus Sang Mesias Lahir Pada Tanggal 25 Desember?

Kitab Perjanjian Baru tidak memberikan informasi tanggal kelahiran Yesus sehingga pemunculan tanggal 25 Desember menimbulkan berbagai kontroversi diantara kalangan Kristen sendiri. Darimana asal usul perayaan kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember? Pertanyaan ini membelah menjadi dua kelompok jawaban. Kelompok pertama menghubungkan tanggal 25 Desember kepada perayaan paganisme Roma yang diadopsi dalam Kekristenan. Kelompok kedua menghubungkan tanggal 25 Desember pada catatan kuno Bapa Gereja sebelum Konsili Nicea.

Pandangan Pertama:

Asal Usul Paganisme Dari Natal 25 Desember

Pandangan pertama menghubungkan perayaan Christmass pada tanggal 25 Desember dengan adopsi unsur-unsur kekafiran oleh gereja Katolik maupun Ortodox. Perhatikan beberapa kutipan berikut:

Dalam artikel Origin of Christmas-Controversial Root dijelaskan, “The date of December 25th probably originated with the ancient "birthday" of the son-god, Mithra, a pagan deity whose religious influence became widespread in the Roman Empire during the first few centuries A.D. Mithra was related to the Semitic sun-god, Shamash, and his worship spread throughout Asia to Europe where he was called Deus Sol Invictus Mithras. Rome was well-known for absorbing the pagan religions and rituals of its widespread empire. As such, Rome converted this pagan legacy to a celebration of the god, Saturn, and the rebirth of the sun god during the winter solstice period. The winter holiday became known as Saturnalia and began the week prior to December 25th. The festival was characterized by gift-giving, feasting, singing and downright debauchery, as the priests of Saturn carried wreaths of evergreen boughs in procession throughout the Roman temples”.

(Tanggal 25 Desember mungkin berasal perayaan ulang tahun kuno anak dewa, bernama Mithra, dewa kafir yang pengaruh religiusnya tersebar di Kekaisaran Romawi selama tahun Masehi. Mithra berkaitan dengan dewa Matahari bangsa Semit yaitu Shamash , dan penyembahan padanya menyebar ke seluruh Asia ke Eropa di mana ia disebut Deus Sol Invictus Mithras. Roma dikenal dalam hal menyerap agama-agama kafir dan ritual ke seluruh kerajaan secara luas. Dengan demikian, Roma dikonversi oleh warisan kafir ke perayaan dewa, Saturnus, dan kelahiran kembali dewa matahari selama periode musim dingin. Liburan musim dingin dikenal sebagai Saturnalia dan dimulai seminggu sebelum 25 Desember. Festival ini ditandai dengan pemberian hadiah, pesta, menyanyi dan pesta pora yang meriah, seperti  imam dewa Saturnus membawa karangan bunga dari dahan cemara dalam prosesi seluruh kuil-kuil Romawi).

Dalam artikel lainnya dengan judul, Origin Of Christmas: Jesus Was Not Born On December 25th But A Whole Bunch Of Pagan Gods Were, disebutkan, “Why is Christmas celebrated on December 25th?  Most people assume that it has always been a Christian holiday and that it is a celebration of the birth of Jesus.  But it turns out that Jesus was not born on December 25th.  However, a whole bunch of pagan gods were born on that day.  In fact, pagans celebrated a festival involving a heroic supernatural figure that visits an evergreen tree and leaves gifts on December 25th long before Jesus was ever born.  From its early Babylonian roots, the celebration of the birth or "rebirth" of the sun god on December 25th came to be celebrated under various names all over the ancient world.  You see, the winter solstice occurs a few days before December 25th each year. The winter solstice is the day of the year when daylight is the shortest. In ancient times, December 25th was the day each year when the day started to become noticeably longer.  Thus it was fitting for the early pagans to designate December 25th as the date of the birth or the "rebirth" of the sun”.
(Mengapa Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember? Kebanyakan orang berasumsi bahwa itu hari raya Kristen dan bahwa itu adalah perayaan kelahiran Yesus. Tapi ternyata bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Namun, sejumlah besar dewa-dewa kafir yang lahir pada hari itu. Bahkan, orang-orang kafir merayakan sebuah festival yang melibatkan tokoh supranatural heroik yang mengunjungi sebuah pohon cemara dan daun hadiah pada tanggal 25 Desember jauh sebelum Yesus pernah lahir. Dari akar awal Babel, perayaan kelahiran atau kelahiran kembali dari dewa matahari pada tanggal 25 Desember kemudian dirayakan di bawah berbagai nama di seluruh dunia kuno. Anda lihat, musim dingin terjadi beberapa hari sebelum 25 Desember setiap tahun. Musim dingin adalah hari di setiap tahun ketika siang hari waktunya lebih pendek. Pada zaman kuno, 25 Desember adalah hari di setiap tahun ketika hari terasa lebih lama. Demikianlah hari ini sangat tepat bagik orang-orang kafir awal untuk menetapkan 25 Desember sebagai tanggal kelahiran atau kelahiran kembali matahari).

Dalam artikel What are origins Christmas and Can Christian Celebrated it? Dijelaskan, “The origins of Christmas go back to before the time of Christ when many ancient cultures celebrated the changing of the seasons. In the northern hemisphere in Europe, for example, the winter solstice, which was the shortest day of the year, occurs around Dec. 25th. These celebrations were based on the decline of winter. Since during winter animals were penned, people stayed in doors, crops didn't grow, etc., to know that winter was half over and on its way out was a time of celebration.

In the ancient Roman system of religion, Saturn was the god of agriculture. Each year during the summer, the god Jupiter would force Saturn out of his dominant position in the heavenly realm and the days would begin to shorten. In the temple to Saturn in Rome, the feet of Saturn were then symbolically bound with chains until the winter solstice when the length of days began to increase. It was this winter solstice that was a time of celebration and exchange of gifts as the hardness of winter began to wane and the days grew longer.

December 25th specifically coincided the day of the birth of the sun-god named Phyrgia a culture in the ancient Balkans. In the Roman Empire, by the time of Christ the winter festival was known as saturnalia. The Roman Church was unable to get rid of saturnalia, so early in the 4th Century, they adopted the holiday and tried to make it a Christian celebration of the Lord's birth. They called it the Feast of the Nativity. This custom has been part of western culture ever since”.

(Asal-usul Natal dapat ditelusuri ke suatu masa sebelum masa Kristus saat banyak kebudayaan kuno merayakan pergantian musim. Di belahan bumi utara di Eropa, misalnya, titik balik matahari musim dingin, yang merupakan hari terpendek tahun, terjadi sekitar 25 Desember. Perayaan ini didasarkan pada jatuhnya musim dingin. Karena selama hewan musim dingin, orang-orang yang tinggal di pintu, tanaman tidak tumbuh, dll, untuk mengetahui musim dingin yang sudah setengah jalan dan jalan keluar adalah waktu perayaan. Dalam sistem agama Romawi kuno, Saturnus adalah dewa pertanian. Setiap tahun selama musim panas dewa Jupiter akan memaksa Saturnus keluar dari posisi dominan di ranah surgawi dan hari-hari akan dipersingkat.. Dalam kuil Saturnus di Roma, kaki Saturnus kemudian secara simbolis diikat dengan rantai sampai titik balik matahari musim dingin ketika lamanya hari mulai meningkat. Musim dingin adalah waktu perayaan dan pertukaran hadiah sebagai bentuk memudarnya musim dingin dan hari-hari bertambah panjang. Tanggal 25 Desember bertepatan dengan hari kelahiran dewa Matahari bernama Phyrgia dari kebudayaan kuno di Balkan. Dalam Kekaisaran Romawi, pada masa Kristus, musim dingin dikenal sebagai perayaan Saturnalia. Gereja Roma tidak dapat menyingkirkan Saturnalia, sehingga di awal abad ke-4, mereka mengadopsi perayaan ini dan mencoba untuk membuatnya menjadi perayaan Kristen kelahiran Tuan. Mereka menyebutnya Pesta Kelahiran Tuan. Kebiasaan ini telah menjadi bagian dari budaya Barat sejak saat itu).

Siapa Yang Menetapkan Natal 25 Desember?

Kebanyakan para sarjana dan buku-buku teologia menghubungkan nama Kaisar Konstantin sebagai orang yang bertanggungjawab menetapkan perayaan tersebut dalam Kekristenan. Setelah pada tahun 313 Konstantin menjadi raja dan mengeluarkan Edik Milano yang berisikan piagam toleransi beragama maka pada tahun 321 Konstantin mengubah hari Sabat yang jatuh pada hari Sabtu menjadi hari Minggu sebagaimana dikatakan, “On the venerable day of the Sun let the magistrates and people residing in cities rest, and let all workshops be closed. In the country however persons engaged in agriculture may freely and lawfully continue their pursuits because it often happens that another day is not suitable for gain-sowing or vine planting; lest by neglecting the proper moment for such operations the bounty of heaven should be lost
(Pada hari  Matahari yang agung, biarlah para hakim dan orang-orang yang berada di kota-kota beristirahat, dan membiarkan semua bengkel ditutup. Di dalam negeri Namun orang-orang yang terlibat dalam pertanian dapat dengan bebas dan sah melanjutkan kegiatan mereka karena sering terjadi bahwa hari lain tidak cocok untuk menaburbenih  atau menanam pohon anggur;. jangan-jangan dengan mengabaikan saat yang tepat untuk bekerja  mengakibatkan karunia surga harus hilang).
Dan ketetapan tersebut dilanjutkan pada Konsili di Laodikea tahun 364 Ms sbb, "Christians shall not Judaize and be idle on Saturday, but shall work on that day" (Kristen tidak harus di Yudaisasi dan beristirahat pada hari Sabtu, tetapi harus bekerja pada hari itu)
Pada tahun 325 saat Konstantin menetapkan Konsili I di Nicea maka tanggal 25 Desember ditetapkan sebagai perayaan kelahiran Yesus Sang Mesias sebagaimana dikatakan, “Also in 325 Constantine declared December 25th to be an Immovable Feast for the whole Roman Empire. The bishop of Rome may have accepted December 25th as the date of birth of Jesus Christ as early as 320 AD, but historical documents provide no evidence for a date earlier than 336 AD. The Church was pushed by political forces and pulled by the desire to co-opt a popular pagan holiday, despite a lack of evidence that Christ was born in December. Constantine built the Church of the Nativity in Bethlehem, one of the oldest continually operating churches in the world (currently administered by a coalition of Roman Catholic and Greek Orthodox clerics)”.
(Juga pada tahun 325 Konstantinus menyatakan 25 Desember menjadi hari raya Tak Tergoyahkan bagi seluruh Kekaisaran Romawi. Uskup Roma mungkin telah menerima 25 Desember sebagai tanggal kelahiran Yesus Kristus sebagai awal 320 AD, tapi dokumen sejarah tidak memberikan bukti untuk tanggal lebih awal dari 336 AD. Gereja didorong oleh kekuatan politik dan ditarik oleh keinginan untuk mengkooptasi perayaan populer  penyembah berhala, sekalipun kurangnya bukti bahwa Kristus lahir pada bulan Desember. Konstantin membangun Gereja Kelahiran Kristus di Betlehem, salah satu gereja  tertua yang masing berlangsung hingga hari ini di dunia (saat ini dikelola oleh sebuah koalisi Katolik Roma dan Yunani Ortodoks ulama).

Dan pada tahun 354 Ms, Bishop Liberius dari Roma memerintahkan umat untuk merayakan Natal pada tanggal 25 Desember sebagaimana dikatakan, “In 354 A.D., Bishop Liberius of Rome ordered the people to celebrate on December 25. He probably chose this date because the people of Rome already observed it as the Feast of Saturn, celebrating the birthday of the sun”.

(Pada tahun 354, Bishop Roma bernama Liberius memerintahkan umat agar merayakan 25 Desember. Mungkin dia memilih tanggal tersebut dikarenakan rakya Roma telah memelihara Perayaan Saturnalia sebagai kelahiran dewa matahari).

Namun menurut kesaksian lainnya ternyata yang menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus bukan hanya Konstantin melainkan bidat bernama Cerinthus. Siapa Cerinthus? “Cerinthus A Gnostic-Ebionite heretic, contemporary with St. John...Cerinthus was an Egyptian, and if not by race a Jew...Cerinthus's doctrines were a strange mixture of Gnosticism, Judaism, Chiliasm, and Ebionitism

(Cerinthus adalah seorang Gnostik dan bidat Ebionit yang sejaman dengan Santo Yohanes...Cerinthus adalah seorang Mesir dan bukan ras Yahudi...doktrin Cerinthus merupakan campuran aneh antara Gnostisisme, Yudaisme, Chiliasme serta Ebionitisme).

Dan dalam laporan Irenaeus dalam bukunya Adversus Haeresies menyebutkan bagaimana Rasul Yohanes pada suatu hari mandi di permandian umum dan ketika Cerinthus datang maka Yohanes mengajak murid-muridnya menghindari Cerintus dan berkata, “Mari keluar semua, jangan sampai rumah permandian in runtuh sebab Cerinthus, sang musuh dari kebenaran berada di dalam!”

Seorang sarjana astronomi, geografi dan matematikawan Armenia bernama Ananias Shirak (610-685) melaporkan bahwa penempatan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus adalah upaya bidat Cerinthus sebagaimana dikatakan, “The Festival of the holy Birth of Christ, on the 12th day before the feast of the Baptism, was not appointed by the holy apostles, nor by their successors either, as is clear from the canons of the holy apostle For it is written in the 6th chapter of the canons as follows: 2 that the apostles appointed and laid it down firmly, that the Festival of the Birth and Epiphany of our Lord and Saviour, the chief and first of the festivals of the Churches (should be) on the 21st day of the month Tebeth, which is 6th of January, according to the Romans.

But many years after their fixing the canons, this festival was invented, as some say, by the disciples of the heretic Cerinthus; and was accepted by the Greeks, because they were truly fond of festivals and most fervent in piety; and by them it was spread and diffused all over the world.. But in the days of the holy Constantine, in the holy Council of Nice, this festival was not received by the holy fathers”

(Perayaan kelahiran suci Kristus, pada hari ke-12 sebelum pesta Baptisan, adalah tidak diangkat baik oleh rasul suci, maupun oleh penerus mereka, seperti nyata dari kanon para rasul suci. Sebab ada tertulis dalam bab 6 dari kanon sbb:  bahwa para rasul diangkat dan meletakkannya dengan kuat, bahwa perayaan Kelahiran dan Epiphany dari Junjungan Agung dan Juruselamat, pendahulu dan perayaan pertama Gereja-gereja (seharusnya) pada hari ke-21 bulan Tebeth, yang merupakan 6 Januari, menurut Roma. Namun setelah bertahun-tahun mereka memperbaiki kanon, perayaan ini diciptakan, seperti kata beberapa orang, oleh para murid dari bidat Cerinthus, dan diterima oleh orang Yunani, karena mereka benar-benar menyukai perayaan ini dan paling bersemangat dalam kesalehan, dan oleh mereka itu tersebar dan menyebar di seluruh dunia. Namun pada masa kehidupan Konstantin suci, pada Konsili Nicea, perayaan ini ini tidak diterima oleh para bapa suci).
Mengapa Cerinthus memilih tanggal 25 Desember? Dalam artikel berjudul, What Does the Catholic Church Teach About Christmas and the Holy Days? dijelaskan sbb: “Probably because that was the day of celebration of the birthday of the sun-god Mithra. December 25th also took place during the Saturnalia, hence it was acceptable to at least two groups of pagans. Followers of Mithra represented an influential group in the Roman Empire. Other practices associated with Mithraism have become part of the Roman and Orthodox Catholic churches (such as their communion services).
(Mungkin karena itu adalah hari perayaan kelahiran dewa matahari Mithra. 25 Desember juga terjadi selama Saturnalia, maka itu diterima setidaknya oleh dua kelompok kafir. Pengikut Mithra mewakili sebuah kelompok berpengaruh di Kekaisaran Romawi. Praktek-praktek lain yang terkait dengan Mithraisme telah menjadi bagian dari gereja-gereja Katolik Roma dan Ortodoks (seperti pelayanan komuni).

Apakah Bapa Gereja Memerintahkan Perayaan Natal 25 Desember?

Siapakah yang dimaksudkan dengan istilah Bapa Gereja (Church Fathers)?  James P. Eckman memberikan penjelasan sbb: “Pada akhir Abad Pertama, kematian para rasul menghasilkan kevakuman kepemimpinan di dalam gereja. Siapa yang berhak memimpin orang-orang beriman?Siapa yang akan memimpin dan menuntun berkembangnya iman Kristen? Kelompok yang mengisi kekosongan ini kemudian dikenal dengan sebutan “Para Bapa Gereja”. Sebagai sebuah istilah yang menggambarkan rasa sayang dan kepercayaan, yaitu “bapak” secara umum diberikan pada sejumlah pemimpin rohani yang dikenal dengan sebutan para bishop atau para diaken. Bapa Gereja dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu, Bapa Rasuli (95-100 Ms), Para Apologet atau Pembela Iman (150-300 Ms) serta Para Teolog (300-600 Ms). Kelompok Bapa Rasuli banyak menulis dan memfokuskan pada persoalan diseputar tata ibadah dan hirarki kepemimpinan gereja. Kelompok Para Apologet lebih memfokuskan mempertahankan iman dari serangan tulisan-tulisan kaum kafir dan penyembah berhala. Sementara kelompok Para Teolog mulai menyusun berbagai sistematika pemikiran-pemikiran teologi”.

Tulisan Bapa Gereja sesungguhnya menolong kita memahami berbagai perkembangan dan tantangan serta persoalan yang dihadapi jemaat Kristen non Yahudi zaman itu termasuk munculnya para bidat-bidat. Pengabaian kajian terhadap tulisan para Bapa Gereja menyebabkan Kekristenan kehilangan rantai sejarah dan pemahaman mengenai status penulis injil dan surat-surat rasuli, keberadaan bidat-bidat, pergulatan mengenai ibadah dan tata ibadah dan hal-hal mendasar lainnya.

Tidak semua Bapa Gereja menyetujui penanggalan 25 Desember sebagai perayaan kelahiran Yesus Sang Mesias. Tertulianus (155-130 Ms), Origenes (184-253 Ms), Irenaeus (202 Ms) menolak perayaan Christmass 25 Desember sebagaimana dikatakan, “Christmas was not among the earliest festivals of the Church. Irenaeus and Tertullian omit it from their lists of feasts ; Origen, glancing perhaps at the discreditable imperial Natalitia , asserts (in Lev. Hom. viii in Migne, P.G., XII, 495) that in the Scriptures sinners alone, not saints, celebrate their birthday; Arnobius (VII, 32 in P.L., V, 1264) can still ridicule the "birthdays" of the gods
(Natal tidak ditemukan antara perayaan awal Gereja. Irenaeus dan Tertullian menghilangkan dari daftar perayaan mereka, Origenes, kemungkinan melirik pada Natalitia kekaisaran yang memalukan sambil menegaskan (.. Dalam Im Hom viii di Migne, PG, XII, 495) bahwa dalam Kitab Suci orang-orang berdosa saja, bukan orang suci, yang merayakan ulang; Arnobiuspun (VII, 32 di PL, V, 1264) mengejek ulang tahun para dewa).
Kita ikuti pernyataan salah satunya dari Tertulianus sbb: “The Minervalia are as much Minerva's, as the Saturnalia Saturn's; Saturn's, which must necessarily be celebrated even by little slaves at the time of the Saturnalia. New-year's gifts likewise must be caught at, and the Septimontium kept; and all the presents of Midwinter and the feast of Dear Kinsmanship must be exacted; the schools must be wreathed with flowers; the flamens' wives and the aediles sacrifice; the school is honoured on the appointed holy-days. The same thing takes place on an idol's birthday; every pomp of the devil is frequented. Who will think that these things are befitting to a Christian master, unless it be he who shall think them suitable likewise to one who is not a master?
(Perayaan Minervalia sebagaimana banyaknya pengikut Minerva, seperti juga perayaan Saturnalia sebanyak pengikut Saturnus.  Saturnus yang tentu harus dirayakan bahkan oleh budak sekalipun pada saat perayaan Saturnalia. Hadiah tahun baru juga harus dipersiapkan; Septimontium dipertahankan; semua hadiah dari pertengahan musim dingin  serta perayaan Dear Kinsmanship harus dinyatakan; sekolah-sekolah harus dilingkari dengan bunga-bunga, istri flamens 'dan aediles dipersembahkan; sekolah dihormati pada hari kudus-ditunjuk. Hal yang sama terjadi pada hari ulang tahun berhala itu, setiap kemegahan dari Satan adalah sering dikerjakan terus menerus. Siapa yang akan berpikir bahwa hal-hal ini bersesuaian dengan Kristen sejati, kecuali dia yang akan berpikir bahwa mereka bersesuaian untuk orang yang bukan Kristen sejati?).
Tertulianus melanjutkan komentarnya, “But, however, the majority (of Christians) have by this time induced the belief in their mind that it is pardonable if at any time they do what the heathen do, for fear "the Name be blasphemed"...To live with heathens is lawful, to die with them is not. Let us live with all; let us be glad with them, out of community of nature, not of superstition. We are peers in soul, not in discipline; fellow-possessors of the world, not of error. But if we have no right of communion in matters of this kind with strangers, how far more wicked to celebrate them among brethren! Who can maintain or defend this?...By us,...the Saturnalia and New-year's and Midwinter's festivals and Matronalia are frequented--presents come and go--New-year's gifts--games join their noise--banquets join their din! Oh better fidelity of the nations to their own sect, which claims no solemnity of the Christians for itself!...Not the Lord's day, not Pentecost, even it they had known them, would they have shared with us; for they would fear lest they should seem to be Christians. We are not apprehensive lest we seem to be heathens!”
(Tapi, bagaimanapun, mayoritas (Kristen) pada saat ini telah dipengaruhi  kepercayaan dalam pikiran mereka bahwa itu adalah sesuatu yang dapat dimaklumi  jika sewaktu-waktu mereka melakukan apa yang orang kafir lakukan, karena takut "Sang Nama akan dihujat" ... Untuk hidup dengan orang kafir adalah sah, untuk mati dengan mereka adalah tidak. Marilah kita hidup dengan semua orang, marilah kita bersukacita dengan mereka, keluar dari komunitas alam, bukan takhayul. Kami rekan-rekan dalam jiwa, bukan dalam disiplin; sesama pemiliknya dunia, bukan dari kesalahan. Tetapi jika kita tidak punya hak persekutuan dalam hal semacam ini dengan orang asing, maka betapa sangat jahatnya merayakan mereka di antara saudara-saudara! Siapa yang dapat mempertahankan atau membela perkara ini? ... melalui kita, ... Saturnalia dan Tahun Baru dan perayaan pertengahan musim dingin serta Matronalia sering dilaksanakan? datang silih berganti - hadiah Tahun Baru - bergabung dengan kebisingan permainan mereka - bergabung dengan pesta makan malam mereka! ! Oh kesetiaan terbaik dari suatu bangsa untuk sekte mereka sendiri, yang mengklaim tidak ada kekhidmatan umat Kristen bagi diri mereka sendiri ... Bukan hari Tuan, bukan Pentakosta, sekalipun mereka telah mengenal itu semua, akankah  mereka telah berbagi dengan kami, karena mereka takut jangan sampai nampak menjadi orang Kristen. Kami tidak khawatir sehingga jangan sampai nampak menjadi orang kafir!).
Penjelasan Tertulianus sesungguhnya mengatakan kepada kita bahwa merayakan perayaan pertengahan musim dingin telah menjadikan orang-orang Kristen menjadi pengikut dewa-dewa kekafiran dan dikarenakan banyak penyembah berhala tidak mengikuti apa yang dirayakan oleh orang Kristen, maka demikianlah seharusnya orang Kristen tidak merayakan perayaan kekafiran mereka.

Perayaan Natal Sebelum Konstantin

Bukti sejarah menunjukkan bahwa sebelum Konstantin menetapkan perayaan kelahiran Yesus tanggal 25 Desember, sudah ada praktek-praktek perayaan yang berada di Mesir terkait keyakinan kelahiran Yesus dengan berbagai kontroversi penanggalan kelahiran Yesus. Dalam Encylopedia Catholic dijelaskan sbb, “The first evidence of the feast is from Egypt. About A.D. 200, Clement of Alexandria (Strom., I, xxi in P.G., VIII, 888) says that certain Egyptian theologians "over curiously" assign, not the year alone, but the day of Christ's birth, placing it on 25 Pachon (20 May) in the twenty-eighth year of Augustus. [Ideler (Chron., II, 397, n.) thought they did this believing that the ninth month, in which Christ was born, was the ninth of their own calendar.] Others reached the date of 24 or 25 Pharmuthi (19 or 20 April). With Clement's evidence may be mentioned the "De paschæ computus", written in 243 and falsely ascribed to Cyprian (P.L., IV, 963 sqq.), which places Christ's birth on 28 March, because on that day the material sun was created. But Lupi has shown (Zaccaria, Dissertazioni ecc. del p. A.M. Lupi, Faenza, 1785, p. 219) that there is no month in the year to which respectable authorities have not assigned Christ's birth. Clement, however, also tells us that the Basilidians celebrated the Epiphany, and with it, probably, the Nativity, on 15 or 11 Tybi (10 or 6 January)”

(Bukti pertama dari hari raya adalah dari Mesir. Sekitar tahun 200, Clement dari Alexandria [Strom., saya, xxi di PG, VIII, 888] mengatakan bahwa teolog Mesir tertentu "lebih anehnya" menetapkan, tidak tahun saja, tetapi hari kelahiran Kristus, yang meletakkan pada tanggal 25 Pachon (20 Mei) pada tahun dua puluh delapan Augustus. [Ideler (Chron., II, 397, n.) mengira mereka yang melakukan ini percaya bahwa bulan kesembilan, di mana Kristus lahir, adalah bulan kesembilan kalender mereka sendiri.] yang lainnya mengembangkan ke tanggal 24 atau 25 Pharmuthi [19 atau 20 April]. Dengan bukti yang dimiliki Clement dalam "De paschæ computus", ditulis dalam tahun 243 dan secara keliru dihubungkan pada Siprianus [PL, IV, 963 sqq.], yang menempatkan kelahiran Kristus pada tanggal 28 Maret, karena pada hari itu bahan matahari sedang diciptakan. Namun Lupi telah menunjukkan [Zaccaria, Dissertazioni ecc del hal. PM Lupi, Faenza, 1785, hal 219] bahwa tidak ada bulan di tahun yang dihormati kaum berwenang menghubungkannya dengan kelahiran Kristus. Namun demikian, Clement memberitahu kita bahwa kaum Basilidies merayakan Epiphany, dan dengan itu kemungkinannya kelahiran Kristus jatuh pada tanggal 15 atau 11 Tybi yaitu10 atau 6 Januari).

Pelarangan Perayaan Natal Dalam Catatan Sejarah

Perayaan Natal atau Christmass ternyata bukan produk para bidat Gereja sebagaimana dituduhkan beberapa kelompok Kristen yang akhir-akhir ini bereaksi terhadap koreksi asal usul Natal yang telah tercampur unsur-unsur paganisme atau kekafiran.

Pelarangan perayaan Natal/Christmass 25 Desember bukan hanya berhenti pada masa Tertulianus dan Origenes serta Irenaeus pada Abad II Ms, namun juga berlanjut pada zaman Reformasi oleh Luther pada Abad VI Ms. Tahun 1538 Gereja Presbiterian di Skotlandia melarang perayaan Natal. Pada suatu masa dimana Gubernur Cromwell di Inggris mengeluarkan larangan melalui tindakan parlemen pada tahun 1647. Pada tahun 1659, Massachusetts Pilgrims mengeluarkan aturan melarang Natal di New England seiring pelarangan pesta Wassailing dari kata Wassail yaitu racikan  anggur panas yang dibumbui dengan apel panggang kecil atau cengkeh bertabur jeruk mengambang di atasnya.

Pandangan Kedua:

Catatan Kuno Bapa Gereja

Jika pandangan pertama menghubungkan asal usul Christmass 25 Desember dengan perayaan paganisme Saturnalia yang diadopsi dalam tubuh Kekristenan dan diresmikan atas perintah kaisar Konstantin pada tahun 325 Ms. Maka pandangan kedua justru merujuk pada ketetapan yang sudah beredar dan dipelihara oleh gereja timur jauh sebelum Konstantin dimana perayaan kelahiran Yesus jatuh pada tanggal 6 Januari kalender Yulian yang dikonversi ke kalender Gregorian menjadi tanggal 25 Desember. Beberapa data pendukung untuk terhadap keyakinan tersebut akan kita ulas satu persatu. Pada akhir pemaparan akan dikaji valaiditas data tersebut dalam bagian tersendiri dalam artikel ini.

Kesaksian Kalender Philocalus Mengenai Chronography 354

Apa yang dimaksudkan dengan Chronography 354 dan kalender Philocalus? Berikut keterangannya, “The Chronography of 354, also known as the Calendar of 354, was a 4th century illuminated manuscript, which was produced in 354 AD for a wealthy Roman Christian named Valentinus. It is the earliest dated codex to have full page illustrations. None of the original has survived. The term Calendar of Filocalus is sometimes used to describe the whole collection, and sometimes just the sixth part, which is the Calendar itself. Other versions of the names ("Philocalus", "Codex-Calendar of 354") are occasionally used. The text and illustrations are available online. Amongst other historically significant information, the work contains the earliest reference to the celebration of Christmas as a holiday or feast”
(Chronography tahun 354, juga dikenal sebagai Kalender 354, adalah sebuah manuskrip gemilang abad ke-4 Ms, yang diproduksi pada tahun 354 Ms untuk seorang Kristen Romawi kaya yang bernama Valentinus. Ini adalah naskah kuno awal yang memiliki halaman ilustrasi penuh. Tak satu pun dari kalender yang asli telah bertahan. Istilah Kalender Filocalus kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan seluruh koleksi, dan kadang-kadang hanya bagian keenam, yang merupakan Kalender itu sendiri. Versi lain dari nama-nama tersebut (Philocalus, Codex-Kalender 354) silih berganti digunakan. Teks dan ilustrasinya tersedia secara online. Di antara informasi historis penting lainnya, karya ini berisi referensi awal untuk perayaan Natal sebagai hari perayaan atau pesta).
Chronography tersebut yang berisikan kalender Romawi kuno dan informasi aktivitas serta kehidupan di zaman Romawi termasuk daftar para martir.  Dalam Chronoraphy tertulis daftar kematian seseorang sbb:
VIII kal. Ian. Natus Christus di Betleem Iudeae
artinya : Hari 8 (VII/delapan) sebelum Kalender Januari Kelahiran Kristus di Bethlehem Yudea.
Jika diasumsikan hari ke-8 adalah tanggal 1 Januari, maka dihitung mundur hari pertama adalah jatuh tanggal 25 Desember sebagaimana berikut:

1 Januari = Hari ke-Delapan
31 Desember = Hari ke-Tujuh
30 Desember = Hari ke-Enam
29 Desember = Hari ke-Lima
28 Desember = Hari ke-Empat
27 Desember = Hari ke-Tiga
26 Desember = Hari ke-Dua
25 Desember = Hari Pertama

The Didascalia Apostolorum (250 Ms)

Apa yang dimaksudkan dengan The Didascalia Apostolorum? Berikut kami kutipkan penjelasan dari salah satu sumber sbb, “Didascalia Apostolorum (or just Didascalia) is a Christian treatise which belongs to the genre of the Church Orders. It presents itself as being written by the Twelve Apostles at the time of the Council of Jerusalem, however, scholars agree that it was actually a composition of the 3rd century CE, perhaps around 230 CE. The Didascalia was clearly modeled on the earlier Didache. The author is unknown, but he was probably a bishop. The provenience is usually regarded as Northern Syria, possibly near Antioch
(Didascalia Apostolorum -atau Didascalia saja- adalah sebuah risalah Kristen yang termasuk dalam genre Tata Gereja. Kitab ini menyajikan dirinya sebagai ditulis oleh Dua Belas Rasul pada saat Konsili Yerusalem, bagaimanapun, para sarjanan sepakat bahwa itu sebenarnya komposisi abad ke-3 Masehi, mungkin sekitar 230 Masehi. Didascalia sangat  jelas diperagakan pada Didache awal. Penulisnya tidak diketahui,. Tetapi ia mungkin uskup. Asal usulnya biasanya dianggap dari Syria Utara, mungkin dekat Antiokhia)
Dalam halaman 19 terjemahan Didaskalia dituliskan sebuah ketetapan demikian: “The apostle decreed that they should make the day of Ephiphany of our saviour to be the beginning of the yearly feast, on 6th of january (second Conun) according to the number of the month of the Greeks
(Rasul menetapkan bahwa mereka harus membuat hari Ephiphany dari Juruslamat kita menjadi awal dari hari raya tahunan, yaitu pada 6 Januari (Conun kedua) sesuai dengan jumlah bulan dari Yunani)

Hippolytus of Rome; Commentary on the Prophet Daniel (225 Ms)

Gereja Koptik membuktikan bahwa berdasarkan tulisan Hyppolytus (170-236) dari Roma dengan judul Komentar Terhadap Kitab Daniel sbb: “Coptic Christmas is observed on the 7th day of January. The 25 December Nativity of Christ was attested very early by Hippolytus of Rome (170–236) in his Commentary on Daniel 4:23: “The first coming of our Lord, that in the flesh, in which he was born at Bethlehem, took place eight days before the calends of January, a Wednesday, in the forty-second year of the reign of Augustus, 5500 years from Adam.” Another early source is Theophilus Bishop of Caesarea (115-181):"We ought to celebrate the birth-day of our Lord on what day so ever the 25th of December shall happen." (Magdeburgenses, Cent. 2. c. 6. Hospinian, de orign Festorum Chirstianorum)”

(Natal Koptik dilaksanakan pada tanggal 7 Januari. Natal Kristus pada 25 desember dibuktikan sangat awal oleh Hippolytus dari Roma (170-236) dalam Komentar Mengenai Daniel 4:23: "Kedatangan pertama dari Tuhan kita, dalam daging, di mana ia dilahirkan di Betlehem, terjadi pada delapan hari sebelum bulan Januari, hari Rabu, dalam tahun keempat puluh kedua pemerintahan Augustus, 5500 tahun dari Adam”. Sumber awal lainnya adalah Teofilus Uskup Kaisarea (115-181) sbb: Kita harus merayakan kelahiran-hari Tuhan kita menjelang tanggal 25 Desember " (Magdeburgenses, Cent 2.. C. 6. Hospinian, de orign Festorum Chirstianorum)
Hippolytus dari Roma (170 - 235) adalah teolog abad ke-3 paling penting dalam Gereja Kristen di Roma, di mana ia mungkin lahir. Photios I dari Konstantinopel menggambarkan dirinya dalam bukunya Bibliotheca (cod. 121) sebagai seorang murid Irenaeus, yang mengatakan sebagai murid Polikarpus, Hipolytus berbeda pendapat  dengan para paus pada zamannya dan tampaknya telah mengepalai sebuah kelompok skismatik sebagai saingan uskup Roma. Untuk alasan inilah dia terkadang sebagai Anti Paus yang pertama.. Dia menentang para uskup Romawi yang memperlunak sistem pertobatan untuk mengakomodasi sejumlah besar orang kafir yang melakukan konversi. Sangat mungkin  dia berdamai dengan Gereja ketika dia meninggal sebagai martir.
Nama Hippolytus terkadang dihubungkan dengan pengoleksi naskah pseudoepograpik sebagaimana dikatakan: “Ancient Church Orders is a genre of early Christian literature, ranging from 1st to 5th century, which has the aim to offer authoritative "apostolic" prescriptions on matters of moral conduct, liturgy and Church organization. These texts are extremely important in the study of early liturgy and served as the basis for much ancient ecclesiastical legislation.A characteristic of this genre is their pseudepigraphic form. Many of them profess to have been handed down by the Twelve Apostles, in some case purported to have been gathered by Clement of Rome or by Hippolytus of Rome. In the earliest of them, the Didache, extends to the title: The teaching of the Lord to the Gentiles by the Twelve Apostles. The later Testamentum Domini declares itself to be the legacy left by Jesus Christ himself to his Apostles before the Ascension, and to give his own words and commands as to the government of the Church. Apart from the Apostolic Constitutions, which was printed before 1563, all other texts have been discovered and published in the 19th or early 20th century
(Tata Gereja Kuno adalah genre literatur Kristen awal, mulai dari Abad 1 sampai 5, yang memiliki tujuan untuk menawarkan otoritas  "Apostolik"  mengenai masalah-masalah perilaku moral, liturgi dan organisasi Gereja.  Teks-teks ini sangat penting dalam studi liturgi awal dan berfungsi sebagai dasar bagi undang-undang gerejawi yang lebih tua. . karakteristik dari genre ini adalah bentuk pseudepigraphic mereka. Banyak dari mereka mengaku telah diturunkan oleh Dua Belas Rasul, dalam beberapa kasus konon telah dikumpulkan oleh Clement dari Roma atau oleh Hippolytus dari Roma. Yang paling awal dari naskah itu adalah, Didache yang diperluas judulnya menjadi Ajaran Tuhan kepada orang bukan Yahudi oleh Dua Belas Rasul. Testamentum Domini kemudian menyatakan diri sebagai warisan yang ditinggalkan oleh Yesus Kristus sendiri untuk Rasul sebelum Kenaikan, dan untuk memberikan kata-katanya sendiri dan perintah kepada pemerintah Gereja. Selain dari Konstitusi Apostolik, yang dicetak. sebelum 1563, semua teks lain telah ditemukan dan diterbitkan dalam abad ke-20 ke-19 atau awal).

Abba Demetrius (189-232 Ms)

Baba Dimitri atau Abba Demetrius adalah Uskup/Patriarch of Alexandria (189-232 AD). Ia adalah Bishop ke-11 setelah rasul Markus. Baba Dimitri inilah yang sangat serius melawan ajaran Origen.
Salah satu Dokumen Penanggalan Natal pertama kali ditetapkan tahun 198 masehi oleh Bapa Gereja Mesir; Baba Dimitri (Abba Demetrius) tsb & tahunnya disebut tahun "Anno Martyri" (tahun setelah penganiayaan selesai). Perhitungan itu pertama kalinya secara akurat dihitung di Mesir oleh seorang astronom dari Gereja Koptik, namanya Batlimeus, yang pada akhir abad kedua Masehi membuat perhitungan yang cermat atas perintah Baba Dimitri.
Batlimous melakukan perhitungan berdasarkan penampilan bintang Siriuz & Kalender Mesir. Ia akhirnya menemukan kelahiran Yesus terjadi pada tanggal 29 pada bulan Khiahk, atau pada tanggal 25 bulan Tebeth (kalender Yahudi).

Clement dari Alexandria (185 Ms)

Dalam bukunya yang terkenal dengan judul L’Es Stromate (Book I, XXI) Clement menuliskan sbb, "And there are those who have determined not only the year of our Lord's birth, but also the day; and they say that it took place in the twenty-eighth year of Augustus, and in the twenty-fifth day of Pachon."

(Dan ada orang-orang yang ditentukan tidak hanya tahun kelahiran Tuhan kita,tetapi juga hari, dan mereka mengatakan bahwa itu terjadi pada tahun dua puluh delapan Augustus, dan pada hari kedua puluh lima dari Pachon). Tanggal 25 Pachon menurut kalender Mesir dan itu berarti 25 Desember menurut kalender Romawi.

Apostolic Constitutions (Book V)/Didake

Dalam sub judul “A Catalogue of the Feasts of the Lord Which are to Be Kept, and When Each of Them Ought to Be Observed” disebutkan sbb: “XIII. Brethren, observe the festival days; and first of all the birthday which you are to celebrate on the twenty-fifth of the ninth month; after which let the Epiphany be to you the most honoured, in which the Lord made to you a display of His own Godhead, and let it take place on the sixth of the tenth month; after which the fast of Lent is to be observed by you as containing a memorial of our Lord's mode of life and legislation. But let this solemnity be observed before the fast of the passover, beginning from the second day of the week, and ending at the day of the preparation. After which solemnities, breaking off your fast, begin the holy week of the passover, fasting in the same all of you with fear and trembling, praying in them for those that are about to perish”
(XIII. Saudara-saudara, amati hari-hari festival, dan pertama dari semua ulang tahun yang Anda merayakannya pada tanggal dua puluh lima bulan kesembilan, setelah yang membiarkan Epiphany adalah untuk Anda yang paling dihormati, di mana Tuhan dibuat untuk Anda tampilan Ketuhanan-Nya sendiri, dan biarkan berlangsung di enam bulan yang kesepuluh, setelah itu cepat Prapaskah yang akan diamati oleh Anda sebagai berisi peringatan modus Tuhan kita hidup dan undang-undang. Tapi biarkan kekhidmatan ini diamati sebelum cepat Paskah, mulai dari hari kedua dalam seminggu, dan berakhir pada hari persiapan. Setelah itu raya, putus puasa, mulai minggu suci Paskah, puasa di sama kalian semua dengan takut dan gentar, berdoa di dalamnya bagi mereka yang akan binasa)

Tanggapan Atas Kesaksian Bapa Gereja dan Catatan Kuno

Mengenai catatan Klemen dalam buku L’Es Stromate (Book I, XXI) dimana disebut-sebut tanggal 25 Pachon sebagai  kelahiran Mesias. Pachon adalah nama salah satu bulan dalam kalender Mesir dan bulan tersebut menunjuk pada tanggal 20 Mei sebagaimana penjelasan oleh Ed Rickard sbb, “If we reckon Augustus' reign from the Battle of Actium, on 2 September 31 BC, when he put down his last rival, Antony, and if we count the accession year (as was customary in Egyptian reckoning of Roman regnal years (22)), Augustus' twenty-eighth year on the Egyptian calendar lasted from 29 August 3 BC to 28 August 2 BC (23). The twenty-fifth day of Pachon in that year was 20 May 2 BC (24)”
(Jika kita memperhitungkan pemerintahan Augustus 'dari Pertempuran Actium, pada tanggal 2 September 31 SM, ketika ia meletakkan saingannya terakhir, Antonius, dan jika kita menghitung tahun aksesi (seperti adat dalam perhitungan Mesir tahun regnal Romawi (22)) , dua puluh delapan tahun Augustus 'pada kalender Mesir berlangsung dari 29 Agustus 3 SM sampai 28 Agustus 2 SM (23). Hari dua puluh lima Pachon pada tahun itu adalah 20 Mei 2 SM (24))

Dan bulan Pachon adalah jatuh musim panas bukan musim dingin[33] dan ini tidak cocok jika dihubungkan dengan bulan Desember yang adalah jatuh pada musim dingin.
Mengenai tulisan Hippolytus, Johannes Quasten dalam bukunya The Ante-Nicene Literature after Irenaeus, vol. 2, Patrology mengatakan bahwa bahwa referensi untuk Desember 25 merupakan koreksi akhir dari tanggal sebenarnya dinyatakan oleh penulis yaitu 2 April. Hippolytus mempertahankan dua penanggalan dalam naskah yang sama. Ada dua alasan yang menunjukkan bahwa kemungkinan bahwa 2 April adalah pembacaan asli yaitu: Pertama, ditemukannya karya Hippolytus yang hilang dengan judul  De Pascha Computus dimana dicantumkan bahwa kelahiran Yesus pada saat Paskah yaitu sekitar April. Kedua, dalam Museum Lateran di Roma tersimpan patung Hippolytus dan di dalam patung ada tertulis penanggalan Paskah untuk tahun 222-333, dan disamping penanggalan tersebut tertulis angka 2 April dengan disertai penjelasan “kelahiran” Yesus. Tidak diragukan lagi patung itu dimaksudkan untuk menghormati Hippolytus sebagai orang yang menghitung tanggal Paskah di masa depan. Penanggalan 2 April diduga adalah anggapan yang pertama diyakini oleh Hippolytus.
Mengenai catatan yang bersumber dari Kitab Didake dan Didaskalia. Keberadaan kitab ini masih menjadi kontroversi dalam catatan para sarjana Kitab Suci. Gereja Orthodok memasukkan Kitab Didake dalam daftar kanonnya yang berjumlah 81 kitab. Sementara Katolik, Orthodox, Protestan tidak memasukkan dalam daftar kanon namun menjadikan kitab tersebut sebagai sumber sejarah yang mengungkap kehidupan jemaat perdana.
Kontroversi terkait dengan kepenulisan dan kapan kitab ini ditulis. Kepenulisan kitab tersebut masih dipertanyakan apakah ditulis oleh rasul-rasul sebagaimana klaim penulis kitab tersebut atau ditulis beberapa ratus kemudian oleh murid yang mengatasnamakan rasul-rasul, tidaklah dapat dipastikan.
Kapan kitab ini mulai ditulis masih simpang siur. Ada yang menempatkan pada Abad IV Ms dan ada pula yang menempatkan pada Abad I Ms. Keberadaan kitab Didake memang sudah disinggung dalam tulisan para Bapa Gereja seperti Eusebeius, Athanasius, Clement
Terhadap nilai kitab Didake yang masih dipertanyakan kehistorisannya dengan para rasul, sekalipun isinya sangat bermanfaat bagi petunjuk moral Kristiani, namun catatan penanggalan yang diberikan belum dapat dijadikan bukti keakuratan pernyataan bahwa Yesus Sang Mesias lahir pada tanggal 25 Desember.
Mengenai catatan Abba Demetrius dan Chronography 354 kemungkinan keduanya telah mendapat dari dua informasi yaitu dari Kitab Didake atau Didascalia Apostolurum dan yang kedua dari Cerinthus. Tarikh Kitab Didake diperkirakan sekitar tahun 70 Ms – 100 Ms  sementara bidat Cerinthus hidup sekitar tahun 100 Ms. Informasi paling tua mengenai penanggalan kelahiran Yesus 25 Desember hanyalah dari dua sumber tersebut dan akurasi informasi tersebut. Jika keberadaan Cerinthus lebih tua dari Kitab Didake maka bisa jadi Cerinthus bidat Gnostik tersebut telah memberikan andil bagi penyebarluasan berita yang diragukan kebenarannya tersebut. Jika para rasul yang mendapatkan informasi mengenai kelahiran Yesus, mengapa tidak dicantumkan dalam Kisah Para Rasul dan dicantumkan dalam sebuah kitab yang tidak terkanonisasi dan masih menjadi bahan perdebatan kesahihannya dengan karya para rasul.

Apakah Tanggal 25 Desember Cocok Dengan Kesaksian Lukas 1:26-38?

Dari semua kesaksian sekunder dari Hyppolitus, Clement, Kalender Philocalus yang berisi Chronography 354 Ms, Abba Demetrius serta Didascalia Apostolorum semuanya menunjuk pada tanggal 25 Desember menurut kalender Gregorian dan tanggal 6 Januari menurut kalender Julian. Tinggal kita sekarang menguji apakah penanggalan 25 Desember itu cocok dengan kesaksian Lukas 1:26-38?
Sensus Penduduk
Luk 2:1-2, Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Mulai kapan Kaisar Agustus memerintah? Menurut M.C. Tenney dalam New Testament Times menyebutkan bahwa Kirenius memerintah sebagai wali negeri Syria pada tahun 6 SM. Saat itulah sensus penduduk dilaksanakan. Ada dua sensus yang dilaksanakan oleh Kirenius (Quirinius) namun ada beberapa perbedaan pemahaman diantara para peneliti sejarah. Dr. E. Jerry Vardaman dalam bukunya Chronos, Kairos, Christos mengatakan sensus dilaksanakan setiap 17 tahun sekali dan sensus pertama jatuh tahun 12 sM dan sensus kedua jatuh pada tahun 6 Ms. Pernyataan Dr. E. Jerry Vardaman dikuatkan oleh hasil penemuan arkeologi berupa batu nisan seorang perwira Romawi yang mengerjakan sensus di kota Apamea, Syria. Dalam batu nisan itu tertulis Lapis Venetus (batu Venesia) dengan angka tahun 10 sM. Sementara Blaiklock dalam bukunya Out of Earth menuliskan bahwa sensus diadakan setiap 14 tahun sekali. Sensus pertama jatuh tahun 104 sM dan sensus kedua jatuh pada tahun 7 atau 8 Ms.
Pertanyaannya adalah, apakah mungkin di bulan Desember dengan cuaca dingin dan bersalju pemerintahan Romawi melalui Kirenius akan melaksanakan sensus penduduk? Bukankah ini akan memicu pemberontakan?

Kain Lampin

Luk 2:6-7 Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
Bagaimana mungkin dalam musim dingin dan bersalju bayi Yesus hanya dikenakan kain lampin? Dalam konteks dunia modern, suhu di Betlehem adalah 57 s/d. 42 derajat Fahrenheit (13,8 s/d. 5,5 derajat Celcius) sementara pada bulan Januari semakin meningkat intensitas dinginnya menjadi 53 s/d. 39 derajat Fahrenheit (11,6 s/d. 3,8 derajat Celcius). Pada zaman Yesus tentu belum ada pakaian hangat yang dapat melindungi secara utuh dari cuaca dingin sehingga penggunaan kain lampin di bulan Desember atau Januari justru sangat tidak mungkin.

Para Gembala Domba

Luk 2:8-9 Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.
Dr. William Arndt From the Nile to the Watersof Damascus menjelaskan, “Scholars have pointed out that the considerably lower altitude of the field may not be without significance, but may explain why even in winter shepherds would not find these fields too cold for their flocks” (Para ahli telah menunjukkan bahwa ketinggian yang jauh lebih rendah dari sebuah padang tidak dapat tanpa sebuah makna, tetapi mungkin menjelaskan mengapa bahkan di musim dingin gembala tidak akan menemukan padang ini terlalu dingin untuk ternak mereka).
Adam Clare’s dalam Clarke's Commentary, Vol. V, p. 370 memberikan komentar perihal ketidakmungkinan para gembala menggembalakan domba di bulan Desember dengan mengatakan, “It was a custom among the Jews to send out their sheep to the deserts [wilderness], about thepassover[sic], and bring them home at the commencement of the firstrain: during the time they were out, the shepherds watched them night and day. As the passover [sic] occurred in the spring, and the first rain began early in the month of Marchesvan, which answers to part of our October and November, we find that the sheep were kept out in the open country during the whole of thesummer. And as these shepherds had not yet brought home their flocks, it is a presumptive argument that October had not yet commenced, and that, consequently, our Lord was not born on the 25th of December, when no flocks were out in the fields; nor could He have been born later than September, as the flocks were still in the fields by night. On this very ground thenativityin December should be given up. The feeding of the flocks by night in the fields is a chronological fact, which casts considerable light on this disputed point

(Selama domba-domba berada di luar, para penggembala mengawasinya siang dan malam. Bila. hujan pertama mulai turun pada bulan Marchesvan, atau antara bulan Oktober dan November, ternak-ternak itu mulai dimasukkan ke kandangnya. Kita pun mengetahui bahwa domba-domba itu dilepas di padang terbuka selama musim panas. Karena para penggembala belum membawa pulang domba-dombanya, berarti bulan Oktober belum tiba. Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, ketika tidak ada domba-domba berkeliaran di padang terbuka di malam hari. Juga tidak mungkin dia lahir setelah bulan September, karena di bulan inilah domba-domba masih berada di padang waktu malam. Dari berbagai bukti inilah, kemungkinan lahir di bulan Desember itu harus disingkirkan. Memberi makan ternak di malam hari di ladang adalah fakta kronologis, yang melemparkan cahaya yang cukup besar untuk diperdebatkan pada titik ini).
Ada beberapa orang yang berusaha untuk membuktikan bahwa salju tidak turun selama bulan Desember sehingga mereka berusaha membuktikan bahwa saat Natal tanggal 25 Desember di Betlehem, cuaca sangat memungkinkan bagi gembala untuk menggembalakan ternaknya. Namun yang menjadi persoalan, dalam cuaca yang dingin dan malam hari, apakah mungkin para gembala duduk-duduk mengawasi domba-dombanya?
Mereka yang berusaha membuktikan tidak adanya saljud di bulan Desember di Betlehem sesungguhnya sedang berhadapan dengan dilema berikut ini. Jika benar bulan Desember di Betlehem tidak ada salju atau hanya salju kiriman, lalu bagaimana mereka menjelaskan citra dan gambaran Natal/Christmass 25 Desember dengan salju tebalnya? Darimana pencitraan ini muncul jika bukan dihubungkan dengan fakta cuaca dingin dan bersalju bukan hanya di belahan Eropa dan Amerika namun juga di Betlehem?

Perayaan Mana Yang Dirayakan Gereja Perdana?

Rasul-rasul tidak pernah memerintahkan bahkan menetapkan perayaan Natal/Christmass 25 Desember dengan segala pernak-pernik konsumeristis sebagaimana diperlihatkan dalam dunia komersial yang menyelinap dalam bungkus agama. Tidak ada Santa Klaus, tidak ada pohon cemara, tidak ada salju, tidak ada kereta rusa dll. Sejarah telah membuktikan asal usul paganisme perayaan Natal/Christmass 25 Desember. Perayaan ini disebarluaskan oleh Cerinthus dan diasimilasikan dalam Kekristenan dengan perayaan terhadap Saturnalia dengan kekuatan politik Konstantin.
Lalu hari raya apa yang dilaksanakan oleh rasul-rasul Perjanjian Baru? Bukti-bukti induktif dalam Kitab Perjanjian Baru menunjukkan bagaimana Yesus dan rasul-rasulnya tetap melestarikan dan merayakan hari-hari raya tersebut. Yesus merayakan Paskah sebagaimana dilaporkan dalam Matius 26:17-18 (Band. Luk 22:1,7) sbb: “Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" Jawab Yesus: "Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku”.

Yesus merayakan Pondok Daun atau Sukkot sebagaimana dilaporkan dalam Yohanes 77:1-2 sbb: “Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun”.

Bukan hanya Yesus namun para rasulpun memelihara dan merayakan hari-hari raya yang ditetapkan oleh YHWH sebanyak tujuh perayaan (Sheva Moedim) sebagaimana dilaporkan berikut ini.

Rasul Paul merayakan hari raya Pentakosta atau Shavuot sebagaimana dilaporkan dalam Kisah Rasul 20:16 (Band. Kis 2:10, 1 Kor 16:8), “Paulus telah memutuskan untuk tidak singgah di Efesus, supaya jangan habis waktunya di Asia. Sebab ia buru-buru, agar jika mungkin, ia telah berada di Yerusalem pada hari raya Pentakosta”.

Rasul Paul merayakan hari raya Pendamaian atau Yom Kippur sebagaimana dikatakan Kisah Rasul 27:9, “Sementara itu sudah banyak waktu yang hilang. Waktu puasa sudah lampau dan sudah berbahaya untuk melanjutkan pelayaran. Sebab itu Paulus memperingatkan mereka, katanya...”. Frasa “waktu puasa merujuk pada Perayaan Yom Kippur yang ditandai dengan berpuasa dari petang sampai petang.

Dan Bapa Gereja Tertulianus memberikan kesaksian bagaimana umat Kristen pada waktu itu masih memelihara hari-hari raya tersebut. Tertulianus menyebut nama perayaan dua hari raya dari Tujuh Hari Raya (sheva moedim) yaitu Pesakh dan Pentakosta dalam karyanya De Corona pada Bab III dan On Baptism pada Bab 20. Bahkan Catholic Encylopedia menyampaikan penjelasan Tertulianus mengenai hubungan Paskah dengan kebangkitan Yesus sbb, “The connection between the Jewish Passover and the Christian feast of Easter is real and ideal. Real, since Christ died on the first Jewish Easter Day; ideal, like the relation between type and reality, because Christ's death and Resurrection had its figures and types in the Old Law, particularly in the paschal lamb, which was eaten towards evening of the 14th of Nisan”(Hubungan antara Paskah Yahudi dan Kristen hari raya Paskah adalah nyata dan ideal. Karena  kematian dan kebangkitan Kristus, seperti hubungan antara bayangan dan realitas dalam Perjanjian Lama, khususnya dalam korban Paskah yang dimakan menjelang malam hari dari 14 bulan Nisan.

Yohanes Chrisostomos (347-407 Ms) pada tahun 387 Ms dalam kotbahnya mengatakan demikian, “The festivals of the pitiful and miserable Jews are soon to march upon us one after the other and in quick succession: the feast of Trumpets, the feast of Tabernacles, the fasts. There are many in our ranks who say they think as we do...If the Jewish ceremonies are venerable and great, ours are lies...Does God hate their festivals and do you share in them? He did not say this or that festival, but all of them together
(hari raya-hari raya orang Yahudi yang menyedihkan dan menyengsarakan akan segera berbaris kepada kita satu demi satu dan dalam suksesi yang cepat: hari raya Sangkakala, hari raya Pondok Daun, puasa. Ada banyak di kalangan kita yang mengatakan bahwa mereka berpikir seperti yang kita lakukan ...Jika upacara Yahudi mulia dan agung, maka kita adalah kebohongan ...Apakah Tuhan membenci perayaan mereka dan apakah anda berbagi di dalamnya? Dia tidak mengatakan perayaan ini atau itu, namun semua dari mereka secara bersamaan)

Pernyataan Chrisostomos yang perlu digarisbawahi, “If the Jewish ceremonies are venerable and great, ours are lies......(Jika upacara Yahudi mulia dan agung, maka kita adalah kebohongan). Demikian pula jika kita berhasil membuktikan bahwa Natal/Christmass 25 Desember bukan berasal dari Yesus dan rasulnya serta berhasil menegakkan dalil signifikasi Tujuh Hari Raya YHWH yang ditetapkan di Sinai (Im 23) yang disebut Sheva Moedim, maka gugurlah hari-hari raya hasil modifikasi manusia. Waktulah yang membuktikan....
Kontroversi Sang Paus: Yesus Lahir Lebih Awal dari yang Diyakini
Kalender masehi yang didasarkan kelahiran Yesus ternyata didasarkan pada penghitungan yang salah. Paus Benediktus XVI mengklaim bahwa Yesus sebenarnya lahir lebih awal beberapa tahun dari yang selama ini diyakini.
Salah penghitungan tersebut dilakukan oleh seorang biarawan bernama Dionysius Exiguus dari abad ke-6, yang menciptakan kalender masehi tersebut. Demikian klaim Paus yang berusia 85 tahun ini dalam buku barunya yang berjudul ‘Jesus of Nazareth: The Infancy Narratives‘, yang dirilis beberapa hari lalu.
“Penghitungan awal kalender kita — didasarkan pada kelahiran Yesus — dibuat oleh Dionysius Exiguus, yang ternyata telah membuat kesalahan dalam penghitungannya sekitar beberapa tahun,” tulis Paus dalam bukunya, seperti dilansir detik.com.
“Tanggal kelahiran Yesus yang sebenarnya lebih cepat beberapa tahun,” imbuhnya.
Dionysius Exiguus yang juga dijuluki ‘Dennis the Small’ selama ini diberi gelar sebagai ‘penemu’ kalender modern dan penemu konsep era Anno Domini atau yang dikenal sebagai AD. Dia menciptakan sistem baru untuk membagi jarak pada kalender saat itu, yang masih didasarkan pada tahun saat dimulainya pendudukan kekaisaran Roma, Diocletian.
Kekaisaran itulah yang menganiaya penganut Kristen, sehingga sistem penghitungannya diganti dengan sistem yang baru dengan didasarkan pada kelahiran Yesus. Kalender yang diciptakan Dionysius ini kemudian diberlakukan secara luas di wilayah Eropa setelah diadopsi oleh seorang biarawan sejarah bernama Venerable Bede.
Kendati demikian, bagaimana cara Dionysius menghitung kelahiran Yesus juga tidak jelas. Selain itu, isu soal salah penghitungan ini juga bukan hal baru, terutama di kalangan akademisi dunia. Banyak sejarawan yang menyakini bahwa Yesus sebenarnya lahir antara 7BC hingga 2BC atau antara 6BC hingga 4BC (BC=Before Christ-red). Apa yang dilakukan Paus melalui bukunya, hanya mengangkat kembali permasalahan tersebut.
Diketahui bahwa Kitab Injil sendiri tidak menyebutkan secara mendetail tanggal kelahiran Yesus. Diperkirakan, Dionysius mendasarkan penghitungannya pada referensi usia Yesus memulai pelayanan dan fakta ketika Yesus dibaptis saat masa kekaisaran Tiberius.
“Tidak ada referensi tentang kapan Yesus lahir di dalam Alkitab — kita semua tahu dia lahir saat masa kepemimpinan Herodes, yang meninggal sebelum 1AD. Telah disimpulkan sejak lama bahwa Yesus lahir sebelum 1AD — tapi tidak ada yang tahu pasti,” jelas Profesor Penafsiran Kitab Suci pada Oriel College, Oxford University, kepada The Daily Telegraph.
Sedangkan gagasan perayaan kelahiran Yesus pada setiap 25 Desember sebenarnya tidak didasarkan pada fakta sejarah. “Kita bahkan tidak tahu saat musim apa Yesus lahir. Seluruh gagasan untuk merayakan kelahirannya di saat masa-masa terkelam dalam setahun mungkin dipicu oleh tradisi yang kuat dan tradisi musim dingin,” tandasnya.
Dalam bukunya ini, Paus juga mengangkat soal kontroversi lainnya, seperti soal lokasi kelahiran Yesus yang selama ini diyakini di sebuah kandang ternak tradisional. Kemudian juga soal tempat kelahiran Yesus, yang selama ini diyakini bahwa Yesus lahir di Nazareth dan bukan di Bethlehem.
Hari Natal Bukan Hari Kelahiran Yesus Tapi Hari Peringatan Berhala, Masak Sih?
Selama ini, umat Kristiani meyakini bahwa Natal yang diperingati sebagai hari kelahiran Yesus jatuh pada setiap tanggal 25 Desember. Keyakinan tersebut sedemikian kuat sehingga setiap tahunnya umat Kristen dan Katolik selalu memperingatinya dengan perayaan-perayaan tertentu. Gereja Vatikan Roma pun menggelar misa khusus untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus itu.
Natal berasal dari bahasa Portugis yang berarti "kelahiran". Kedatangan Natal, biasanya diramaikan dengan pernak-pernik Santa Clause atau biasa disebut dengan Sinterklas serta pohon-pohon Natal (aku menyebutnya pohon cemara) buatan lengkap dengan pernak-perniknya. Sementara di wilayah-wilayah Eropa, Natal identik dengan salju. Pada negara-negara yang berbahasa Arab, Natal disebut dengan Idul Milad. Bagiku, pernak-pernik adanya sinterklas, pohon cemara, dan salju merupakan hal yang mengusik nalar. Betapa tidak, sebuah peringatan hari kelahiran Yesus Kristus yang dilahirkan di kawasan timur tengah kok diramaikan dengan sinterklas, pohon natal cemara, dan salju. Demikianlah kegusaranku sejak SMP. Meskipun demikian, aku seneng aja melihat film-film spesial Natal di RCTI. Waktu SD-SMP, Home Alone adalah film favoritku yang sering diputar RCTI setiap menjelang hari Natal. :D
Dalam tradisi barat, peringatan Natal juga mengandung aspek non-agamawi. Sebagian besar tradisi Natal berasal dari tradisi pra-Kristen barat yang diadopsi ke dalam tradisi Kristiani. Selain itu, peringatan Natal dalam tradisi barat (yang kian mendunia) ditandai dengan bertukar hadiah antara teman dan anggota keluarga serta datangnya Santa Claus atau Sinterklas. Tradisi Natal yang kehilangan nilai-nilai unsur agamawi khususnya ke-kristen-an ini seperti halnya perayaan Tahun Baru Hijriyah (Tahun Baru Islam) yang “diganti” dengan malam 1 Suro. Pada akhirnya, nilai-nilai keislaman pada malam pergantian tahun Hijriyah justru dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan kejahiliyahan yang sangat bertentangan dengan spirit Islam. Sebagai misal, perayaan malam 1 Suro di Solo dengan tradisi arak-arakan Kerbau Kyai Slamet yang semakin dipopulerkan.
Banyaknya simbol-simbol, yang menurutku tidak pas dengan peringatan kelahiran Yesus, membuatku bertanya-tanya apa memang Natal benar-benar hari kelahiran Yesus (baik versi Kristen atau Islam)? Atau, jangan-jangan hari Natal sebenarnya memanglah bukan hari kelahiran Yesus? Dua pertanyaan itulah yang antara lain membuatku bertanya-tanya.
Jawaban atas pertanyaanku pun akhirnya mulai datang. Sekitar setahun lampau, aku memperoleh informasi bahwa seorang astronom Australia, David Reneke memprediksi kelahiran Yesus Kristus bukan jatuh pada tanggal 25 Desember, seperti yang dirayakan umat Kristiani sedunia seperti sekarang ini.
Dalam keterangannya yang kala itu dilansir Telegraph, Reneke mengungkapkan jika ditilik dari peristiwa 'bintang terang natal' di Betlehem 2000 tahun silam, seharusnya Natal jatuh pada tanggal 17 Juni. Bintang terang natal itulah yang dikisahkan dalam tradisi Kristiani menuntun tiga orang majus pada bayi Yesus Kristus untuk mempersembahkan mur, emas, dan kemenyan.
Penelitian yang dilakukan oleh astronom mengasumsikan, bintang terang natal atau lebih dikenal bintang Betlehem yang terlihat di langit, merupakan kombinasi planet Venus dan Jupiter. Ketika itu, kedua planet berada pada posisi terdekat dan menjadikannya lebih bersinar terang dari biasanya.
David Reneke menggunakan sebuah program komputer (software) yang sangat kompleks dan rumit untuk memastikan posisi langit pada malam kelahiran Yesus di Betlehem 2000 tahun silam.
"Kami memang memiliki software yang dapat memetakan ulang kondisi langit malam hari di setiap waktu hingga beberapa ribu tahun silam, dan kami menggunakannya untuk melihat kembali ke waktu kelahiran Yesus," kata Reneke, yang juga seorang pengajar ilmu astronomi dan editor majalah Sky and Space.
Reneke dan timnya melakukan penelusuran dengan panduan injil Matius. Kisah kelahiran Yesus menurut injil Matius dijadikan sebagai referensi untuk mengetahui peristiwa Natal. Reneke mengatakan ia dan timnya tidak mencoba untuk menghina suatu agama. Tapi, penelitian itu dapat menunjukkan memang ada obyek bercahaya terang 2000 tahun silam.
"Meskipun kita sering mempertentangan ilmu dan agama yang sering mengecewakan orang. Tapi dalam kasus ini, saya kira justru dapat memperkuat keimanan dan keyakinan seseorang," kata Reneke.
Temuan Dave Reneke a.k.a David Reneke mungkin bukanlah isapan jempol belaka. Penemuan astronom setahun lampau tersebut semakin menjawab tentang ketidaktepatan dan ketidakvalidan peringatan Kelahiran Yesus setiap tanggal 25 Desember. Penetapan tanggal 25 Desember sebagai hari Natal telah menuai kontroversi sejak dahulu. Peringatan hari Natal pada tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus Kristus itupun ternyata hanya dirayakan oleh Gereja Barat, sedangkan Gereja Timur tidak mengakui Natal pada 25 Desember tersebut.
Diantara alasan penolakan tersebut adalah sebagaimana banyak diungkap oleh para sejarawan yang menyatakan bahwa 25 Desember tersebut sebenarnya merupakan tanggal kelahiran banyak dewa pagan seperti Osiris, Attis, Tammuz, Adonis, Dionisius, dan lain-lain.. Artinya, perayaan hari Natal sejatinya adalah perayaan kelahiran berhala-berhala dan dewa-dewa.
Tokoh-tokoh Kristen anti akulturasi dan bid'ah pun angkat bicara. Diantara tokoh Nasrani yang menolak kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember adalah Pastor Herbert W. Amstrong. Ia merupakan seorang sejarawan Kristen yang menentang banyak hal tentang Natal pada tanggal 25 Desember. Yang banyak orang tidak mengetahui, keseluruhan dasar bangunan kekristenan sekarang ini sesungguhnya dibangun atas kerangka dasar ritus pembaharuan Osirian di Mesir kuno, kecuali jika anda menyebutnya sebagai sebuah KEBETULAN. Beberapa di antara “KEBETULAN” itu antara lain:
Yesus dianggap anak Allah, ini sama dengan keyakinan kultus Dionisius yang sudah ada berabad sebelum Yesus lahir.
Yesus dilahirkan di kandang, ini sama seperti kisah Horus yang lahir di kuil-kandang Dewi Isis.
Yesus mengubah air menjadi anggur dalam perkawinan di Qana, ini sama seperti apa yang dilakukan Dionisius.
Yesus membangkitkan orang dari kematian dan menyembuhkan si buta, ini sama seperti Dewa Aesculapius;
Yesus diyakini bangkit dari kematian di makam batu, sama seperti Mithra.
Yesus mengadakan perjamuan terakhir dengan roti dan anggur di mana sampai sekarang ritual ini masih tetap berjalan di gereja-gereja, padahal ritual roti dan anggur merupakan simbolisasi penting dalam tradisi Osirian, dan juga hampir semua ritual pagan yang memuja Dewa Yang Mati seperti halnya pemuja Dionisius dan Tammuz;
Yesus menyebut dirinya penggembala yang baik, ini meniru peran Tammuz, yang berabad sebelumnya telah dikenal sebagai Dewa Penggembala;
Istilah ‘The Christ’ pada awal kekristenan tertulis ‘Christos’, sering tertukar dengan kata lain dalam bahasa Yunani, Chrestos, yang berarti baik hati atau lembut. Sejumlah manuskrip Injil berbahasa Yunani dari masa awal malah menggunakan kata Chrestos di tempat yang seharusnya ditulis dengan Christos. Orang-orang di masa itu sudah lazim mengenal Chrestos sebagai salah satu julukan Isis. Sebuah inskripsi di Delos bertuliskan Chreste Isis.
Dalam Injil Yohanes 12: 24, Yesus mengatakan, “Seandainya biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tetap satu biji saja, tetapi jika dia mati ia akan menghasilkan banyak buah”. Perumpamaan dan konsep ini jelas berasal dari konsep ritual Osirian;
Dalam Injil Yohanes 14:2 Yesus mengatakan, “Di rumah bapakku banyak tempat tinggal.” Ini benar-benar berasal dari Osiris dan dicopy-paste dari Book of the Dead,Kitab Orang Mati Mesir Kuno yang dipercaya disimpan di kota kematian, Hamunaptra Ini baru sebagian contoh.
Pastor Armstrong, dalam bukunya “The Plain Truth About Christmas”, menegaskan jika Natal yang berasal dari Katolik Roma bukanlah ajaran Bible (Alkitab), dan Yesus pun tidak pernah memerintah para muridnya untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang masuk dalam ajaran Kristen Katolik Roma pada abad ke empat ini adalah berasal dari upacara adat masyarakat paganisme.
“Karena perayaan Natal berasal dari Katolik Roma, dan tidak memiliki dasar dari kitab suci, maka marilah kita dengarkan penjelasan dari Katolik Roma dalam Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul ‘Christmas’, anda akan menemukan kalimat yang berbunyi: “Christmas was not among the earliest festivals of church, the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan custom centering around the January calends gravitated to christmas. “
Dalam Ensiklopedi itu pula, dengan judul “Natal Day”, Bapak Katolik pertama, mengakui jika, “In the Scnptures, no one is recorded to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is only sinners (like Pharaoh and Herold) who make great rejoicings over the day in which they were born into the world.“
Encyclopedia Britannica (1946), menjelaskan, “Natal bukanlah upacara-upacara awal gereja. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible (Alkitab) juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.”
Encyclopedia Americana (1944) menyatakan, “Christmas…it was according to many authorities, not celebrated in ihe first centuries of the Christian church, as the Christian usage in gene.ral was to celebrate the death of remarkable persons rather than their birth… ” (The “Communion”, which is instituted by New Testament Bible authority, is a memorial of the death of Christ.) “A feast was established in memory of this even (Christ’s birth) in the fourth century. In the fifth century the Westem Church ordered it fo be celebrated forever on the day of the old Roman feast of the birth of Sol, as no certain knowledge of the day of Christ’s birth existed.” Sebab tidak seorang pun yang mengetahui hari kelahiran Yesus.
Adalah fakta sejarah jika pada abad pertama masehi hingga abad ke tiga, perayaan Natal tidak pernah dilakukan oleh umat Kristen. Baru setelah abad keempat, perayaan ini mulai diselenggarakan oleh orang-orang Barat, Roma, dan Gereja. Menjelang abad kelima, Gereja Roma memerintahkan untuk merayakannya sebagai hari raya umat Kristen yang resmi.
Analisa lain mengenai mustahilnya Yesus dilahirkan pada tanggal 25 Desember adalah adanya fakta bahwa pada bulan Desember - Januari, di daerah Timur Tengah, justru mengalami musim dingin, sehingga sangat tidak masuk akal untuk menggembalakan hewan pada waktu-waktu tersebut. Sedangkan dalam Injil disebutkan bahwa lahirnya Yesus ditandai dengan cerita adanya para gembala yang sedang menggembalakan hewan peliharaan mereka.
Pastor Herbert W. Amstrong juga menyangkal pandangan resmi gereja Roma tentang kelahiran Yesus. “Amat mustahil jika Yesus dilahirkan pada musim dingin! (Di wilayah Yudea, setiap bulan Desember adalah musim salju dan hawanya sangat dingin). Saya berpegangan pada Injil Lukas 2:11 yang menceritakan suasana di saat kelahiran Yesus sebagai berikut:
"Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, di kota Daud."
Amstrong melanjutkan, “Tidak mungkin para penggembala ternak itu berada di padang Yudea pada bulan Desember. Biasanya mereka melepas ternak ke padang dan lereng-lereng gunung. Paling lambat tanggal 15 Oktober, ternak tersebut sudah dimasukkan ke kandangnya untuk menghindari hujan dan hawa dingin yang menggigil. Bibel sendiri dalam Perjanjian Lama, kita Kidung Agung 2: dan Ezra 10:9, 13 menjelaskan bahwa bila musim dingin tiba, tidak mungkin pada gembala dan ternaknya berada di padang terbuka di malam hari.”
New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge dalam artikelnya yang berjudul "Christmas" menguraikan dengan jelas sebagai berikut: "Sungguh banyak tanggal perayaan yang terkait pada kepercayaan kafir Brumalia (25 Desember) sebagai kelanjutan dari perayaan Saturnalia (17-24 Desember), dan perayaan menjelang akhir tahun, serta festival menyambut kelahiran matahari baru. Adat kepercayaan Pagan Brumalia dan Saturnalia yang sudah sangat populer di masyarakat itu diambil Kriste. Perayaan ini dilestarikan oleh Kristen dengan sedikit mengubah jiwa dan tata caranya. Para pendeta Kristen di Barat dan di Timur Dekat menentang perayaan kelahiran Yesus Kristus yang meniru agama berhala ini. Di samping itu Kristen Mesopatamia menuding Kristen Barat telah mengadopsi model penyembahan kepada dewa Matahari."
Perlu diingat, menjelang abad pertama sampai pada abad keempat Masehi, dunia dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politeisme. Sejak agama Kristen masih kecil sampai berkembang pesat, para pemeluknya dikejar-kejar dan disiksa oleh penguasa Romawi. Setelah Konstantin naik tahta menjadi kaisar, kemudian memeluk agama Kristen pada abad ke-4 M. dan menempatkan agama sejajar dengan agama kafir Roma, banyak rakyat yang berbondong-bondong memeluk agama Kristen.
Tetapi karena mereka sudah terbiasa merayakan hari kelahiran dewa-dewanya pada tanggal 25 Desember, mengakibatkan adat tersebut sulit dihilangkan. Perayaan ini adalah pesta-pora dengan penuh kemeriahan, dan sangat disenangi oleh rakyat. Mereka tidak ingin kehilangan hari kegembiraan seperti itu.
Oleh karena itu, meski sudah beragama Kristen, mereka tetap melestarikan upacara adat itu. Di dalam artikel yang sama, New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge menjelaskan bagaimana kaisar Konstantin tetap merayakan hari "Sunday" sebagai hari kelahiran Dewa Matahari. (Sun = Matahari, Day = Hari). Dan bagaimana pengaruh kepercayaan kafir Manichaeisme yang menyamakan Anak Tuhan (Yesus) identik dengan Matahari, yang kemudian pada abad ke-4 Masehi kepercayaan itu masuk dalam agama Kristen. Sehingga perayaan hari kelahiran Sun-God (Dewa Matahari) yang jatuh pada tanggal 25 Desember, diresmikan menjadi hari kelahiran Son of God (Anak Tuhan - Yesus).
Demikianlah, ujar Amstrong, asal usul "Christmas" yang dilestarikan oleh dunia Barat hingga kini. Walau namanya diubah jadi selain Sun-day, Son of God, Christmas, atau Natal, pada hakikatnya sama dengan merayakan hari kelahiran dewa Matahari.
Encyclopaedia Britannica mengatakan: "Kemungkinan besar bangsa Latin/Roma sejak tahun 354 M. telah mengganti hari kelahiran dewa Matahari dari tanggal 6 Januari ke 25 Desember, yang merupakan hari kelahiran Anak dewa Mithra atau kelahiran dewa Matahari yang tak terkalahkan. Tindakan ini mengakibatkan orang-orang Kristen Syiria dan Armenia marah-marah. Karena sudah terbiasa merayakan hari kelahiran Yesus pada tanggal 6 Januari, mereka mengecam bahwa perayaan tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran Dewa Matahari yang dipercayai oleh bangsa Romawi. Penyusupan ajaran ini ke dalam agama Kristen, dilakukan oleh Cerinthus…"
Uraian di atas menjawab pertanyaanku tentang apakah Natal benar-benar hari kelahiran Yesus. Jawabannya ternyata tidak. Natal sangat tidak tepat dikatakan sebagai hari kelahiran Yesus. Sementara, pertanyaan sekunderku tentang munculnya beragam asesoris dan pernak-pernik di hari Natal seperti pohon cemara Natal dan Sinterklas masih belum terjawab. Namun, setelah membaca kutipan Encyclopaedia Britannica halaman 648-649 (kalau tidak salah) pada edisi kesebelas, pertanyaan mengenai siapa dan bagaimana asal mula sinterklas muncul menjadi terjawab.
Disebutkan dalam Encyclopedia Britannica halaman 648-649 edisi kesebelas: “St Nicholas, bishop of Myra, a saint honored by the Greek and Latins on the 6th of December…a Legend of his surreptitious bestowal bf dowries on the three daughters of an impoverished citizen…is said to have originated the old custom of giving present in secret on the Eve of St. Nicholas (Dec 6), subsequently transferred to Christmas day. Hence the association of Christmas with Santa Claus.”. Ternyata, Sinterklas adalah ciptaan seorang Pastur yang bernama “Santo Nicolas” yang hidup pada abad ke empat Masehi. Waktu awal-awal sosialisasi perayaan hari Natal pada tanggal 25 Desember, menyeleweng dari tradisi sebelumnya.
Mengenai Pohon Natal atau Pohon Cemara atau juga disebut dengan pohon Terang, aku memperoleh jawaban dari kutipan buku Answer to Questions, tulisan Frederick J. Haskins. Menurut Frederick J. Haskins dalam bukunya Answers to Questions disebutkan: “The use of Christmas wreaths is believed by outhorities to be traceable to the pagan customs of decorating buildings and places of worship at the feast which took place at the same times as Christmas. The Christmas tree is from Egypt, and its origin date from a period long anterior to the Christian Era.” Pohon Terang atau Pohon Natal, sama sekali tidak pernah dianjurkan oleh Tuhan maupun Yesus untuk mengadakan atau merayakannya. Itu semua diadopsi dari ajaran agama pagan (kafir kuno). Pohon itu sendiri disebut dengan istilah “Mistleto” yang biasanya dipakai pada perayaan musim panas, sebagai persembahan suci kepada matahari. Cabang Mistletoe adalah cabang pohon yang digunakan oleh manusia dalam perayaan Natal dengan cara ketika dua orang manusia berada di bawah cabang daun ini mereka harus berciuman. Sesungguhnya, Nimrodlah yang disimbolkan dalam cabang daun ini yang sesungguhnya mengadaptasi konteks Yesus yang adalah "cabang anggur Allah". Nimrod disebut kayu Yule yang mati yang harus dibakar pada malam Natal dan akhirnya muncul sebagai pohon Natal sebagai "cabang Allah" yang juga dirayakan di Mesir "dengan pohon palem" dan Roma.
Berawal dari rasa kegusaran dan penasaranku yang menuntunku untuk mencari tahu dan menggali informasi mendalam tentang Natal, kelahiran Yesus, dan segala pernak-perniknya, membuatku tahu bahwa peringatan 25 Desember sebagai Hari Natal atau hari kelahiran Yesus Kristus adalah tidak pas dan tidak berdasar. Dari penggalian informasi di atas, ada beberapa kesimpulan versi mengenai waktu kelahiran Yesus, yaitu antara yang berpendapat Januari, Juni, dan bulan sebelum Oktober. Sementara Hari Natal yang diperingati setiap tanggal 25 Desember lebih tepat disebut sebagai hari Peringatan Kelahiran Dewa atau Berhala.
“Beginilah firman Tuhan: “Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa­bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adaIah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan goyang. Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun, tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat me­langkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baik pun tidak dapat. ” Tidak ada yang sama seperti Engkau, ya Tuhan! Engkau besar dan nama-Mu besar oleh keperkasaan. ” (Yeremia 10:2-6)
Kesimpulan jawaban atas pertanyanku bahwa Hari Natal yang diperingati setiap tanggal 25 Desember adalah bukan merupakan Hari Peringatan Kelahiran Yesus ternyata mendapat penguatan dari pernyataan mendiang Paus Yohanes Paulus II yang kuperoleh dari sebuah situs. Dalam pernyataannya sekitar tahun 1994, Paus Yohanes Paulus II pernah mengumumkan kepada umat jika Yesus sebenarnya tidak dilahirkan pada tanggal 25 Desember. Tanggal 25 Desember sudah menjadi tradisi Kristen berabad-abad yang hingga kini masih dirayakan. Akankah ada perubahan besar dalam perayaan Hari Natal tahun ini, tahun depan, dan tahun-tahun selanjutnya? 

Sumber :www.wikipedia.org,www.messianicindonesia.com,www.muslimdaily.net, www.kisahislami.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar