Kelahiran Yesus
Kisah kelahiran Yesus Kristus
dicatat di dalam dua Injil kanonik, Matius dan Lukas. Kedua Injil tersebut menulis bahwa Yesus lahir di Betlehem, di Yudea,
oleh seorang perawan, yaitu Maria.
Masing-masing Injil
menceritakan kejadian yang sama dengan sudut pandang yang berbeda. Injil
Matius dari sudut pandang
Rasul
Matius yang adalah
seorang pemungut pajak menceritakan perihal kedatangan orang majus yang mencari dan menyembah “raja” yang baru lahir, serta
mempersembahkan hadiah yang mahal-mahal. Sedangkan Injil
Lukas dari sudut pandang
Lukas yang adalah seorang dokter menceritakan kisah ini dengan lebih detail, termasuk
adanya malaikat dan kedatangan gembala domba
yang menyembah bayi Yesus di palungan, secara lebih kronologis. Injil
Lukas tidak mencatat
mengenai orang-orang
majus dari Timur, tetapi
mengisahkan kelahiran Yohanes
Pembaptis yang terjadi
sekitar 6 bulan sebelum kelahiran Yesus, termasuk penampakan malaikat Gabriel yang memberitahukan terlebih dahulu kepada Zakharia,
ayah Yohanes Pembaptis.
Kedua Injil juga memberikan silsilah Yesus
Kristus. Injil
Matius, yang target
pembacanya adalah bangsa Yahudi, menitikberatkan pribadi Yesus sebagai Raja, Mesias keturunan raja Israel yang ditunggu-tunggu oleh kaum
Yahudi, oleh sebab itu silsilahnya dimulai dari Abraham, bapa orang Yahudi. Pun tulisan-tulisannya penuh dengan
simbol-simbol dan pemenuhan nubuatan-nubuatan nabi zaman dulu yang mengatakan
bahwa Mesias akan terbit dari keturunan Daud. Ditulis dalam silsilah
Yesus ada 14 keturunan
dari Abraham hingga raja Daud, 14 keturunan dari Daud hingga masa pembuangan ke Babel, 14 keturunan dari masa pembuangan hingga Yesus.
Injil
Lukas, yang target
pembacanya adalah bangsa bukan Yahudi, menitikberatkan pribadi Yesus sebagai Anak
Manusia dan Anak
Allah, Allah semua
bangsa, bukan hanya bagi orang Yahudi. Oleh sebab itu silsilahnya dimulai dari Adam, bapa semua umat manusia, bahkan hingga kepada Allah,
bapa Adam, pencipta seluruh manusia. Sebagai salah satu pengikut
Paulus, Lukas juga mungkin pada saat menulis ini memikirkan Yesus sebagai Adam
baru/Adam kedua (bnd. Roma 5:12)
Pemberitahuan Tentang Kelahiran
Perjanjian Lama
Kitab
Kejadian
Kejadian
12:3: [Berfirmanlah
TUHAN kepada Abram (Abraham)]: "Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati
engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat
berkat."
Penggenapan: Yesus Kristus, ... anak Abraham.
(Matius
1:1)
Kejadian
17:19: Allah berfirman:
"Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau
akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia
menjadi perjanjian yang kekal untuk
keturunannya".
Penggenapan: Yesus Kristus ... anak Ishak.
(Lukas
3:34)
Kejadian
49:10: Tongkat kerajaan
tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai
dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.
Penggenapan: Yesus Kristus ... anak Yehuda.
(Lukas
3:33)
Kitab
Bilangan
Bilangan
24:17: "Aku melihat
dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat; bintang
terbit dari Yakub, tongkat
kerajaan timbul dari Israel"
Penggenapan: Yesus Kristus ... anak Yakub.
(Matius
1:2)
Kitab
Yesaya
Yesaya 7:14: Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan
kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda (=yang belum
menikah) mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan
menamakan Dia Imanuel.
Penggenapan: Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak
laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah
menyertai kita. (Matius
1:22-23)
Yesaya 60:6: Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta
muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa
emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur TUHAN.
Penggenapan: Kedatangan orang-orang
majus dari Timur mencari bayi
Yesus dengan rombongan unta-unta serta membawa emas dan kemenyan.(Matius 2:1-12)
Kitab
Yeremia
Yeremia
31:15: Beginilah firman
TUHAN: Dengar! Di Rama terdengar ratapan, tangisan yang pahit pedih: Rahel menangisi anak-anaknya, ia tidak mau dihibur karena
anak-anaknya, sebab mereka tidak ada lagi.
Penggenapan: Maka genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia:
"Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel
menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada
lagi." (Matius
2:17-18) Kubur Rahel yang
pertama adalah di Betlehem, Efrata, daerah Yudea, wilayah Suku
Yehuda (Kejadian
35:19; Kejadian
48:7), di sebelah
selatan Yerusalem. Karena Rahel adalah ibu dari Benyamin, maka kemudian
makamnya dipindahkan ke Rama, wilayah Suku
Benyamin, 7.5 km di sebelah
utara Yerusalem.
Yeremia
31:16: Beginilah firman
TUHAN: Cegahlah suaramu dari menangis, dan matamu dari mencucurkan air mata,
sebab untuk jerih payahmu ada ganjaran, demikianlah firman TUHAN; mereka akan
kembali dari negeri musuh.
Penggenapan: Yesus, yang selamat dari pembunuhan di Betlehem, akan kembali dari Mesir, negeri asing.
Kitab
Mikha
Mikha 5:2-3: Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil
di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan
memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.
Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan
telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada
orang Israel.
Penggenapan: Yesus lahir di Betlehem, Yudea.(Matius 2:1; Lukas 2:4), lalu anak-anak lain (saudara-saudara selebihnya) akan
dibunuh.(Matius 2:16)
Mikha 4:8: Dan engkau, hai Menara Kawanan Domba (bahasa
Ibrani: migdal-eder; bahasa
Inggris: tower
of the flock), hai Bukit puteri
Sion, kepadamu akan datang dan akan kembali pemerintahan yang dahulu, kerajaan
atas puteri Yerusalem.
Penggenapan: Yesus lahir di suatu kandang domba di Betlehem. (Lukas
2:7,12) Ada pendapat
bahwa tempatnya adalah di Menara Kawanan Domba (Migdal Eder).
Perjanjian Baru
Kepada Maria
Dalam bulan yang keenam kehamilan Yohanes
Pembaptis, putra dari imam Zakharia dan istrinya, Elisabet, Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang
bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. (Lukas
1:26)
Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam (bahasa
Latin: Ave),
hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya,
apakah arti salam itu.
Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau
beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan
akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak
Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud,
bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi,
karena aku belum bersuami?"
Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi (bahasa
Ibrani: El'elyon) akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan
kaulahirkan itu akan disebut kudus,
Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak
laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut
mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku
menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.(Lukas 1:26-38).
Kepada Elisabet
Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke
pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.(Lukas 1:39-45)
Catatan:
Tentunya Maria ingin mengetahui apakah perjumpaan dengan malaikat dan
percakapan itu sungguh-sungguh dapat dipercaya. Satu-satunya orang yang dapat
diajak bicara adalah Elisabet, karena Elisabet juga mengalami kehamilan aneh,
sehingga akan mampu mengerti perasaan Maria saat itu. Malaikat Gabriel memberitahu Maria bahwa waktu itu Elisabet sedang hamil
6 bulan.
Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.
Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam
rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara
nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah
buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu
Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu
sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan
berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari
Tuhan, akan terlaksana."
Catatan:
Dari perkataan Elisabet ini, Maria telah mendapatkan sejumlah kepastian, yaitu:
Maria akan menjadi "ibu Tuhan"
Perkataan Tuhan pasti terlaksana.
Lalu Maria mengucapkan nyanyian pujiannya (bahasa
Latin: Magnificat): "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira
karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.
Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku
berbahagia, ..." (selengkapnya: Lukas
1:46-56)
Maria tinggal kira-kira 3 bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu
pulang kembali ke rumahnya.
Catatan:
Nampaknya Maria hadir pada waktu Yohanes Pembaptis dilahirkan sampai disunat
pada hari ke-8. Setelah melahirkan, Elisabet secara hukum Taurat dianggap najis selama 40 hari, sehingga tidak
diizinkan untuk berhubungan dengan banyak orang, karena menyebabkan orang yang
disentuhnya najis.Jika Maria terus tinggal di sana tentunya merepotkan
Elisabet, lagi pula saat itu Maria sudah 3 bulan mengandung dan harus segera
memberitahukan Yusuf tentang kehamilannya. Maria menyaksikan bagaimana Zakharia
dapat berbicara kembali dan mengingat nyanyian pujiannya yang kemudian dicatat
oleh Lukas.
Kepada Yusuf
Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung
dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf
suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di
muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia
mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi.
Malaikat itu berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai
isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus,
karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."
Catatan:
Nama Yesus (bahasa
Yunani: Ἰησοῦς Iēsoûs) adalah transliterasi nama Ibrani "Yosua" (bahasa
Ibrani: יְהוֹשֻׁעַ Yĕhōšuă‘) artinya "YHWH menyelamatkan" atau nama Aram Yesua (bahasa
Ibrani: יֵשׁוּעַ Yēšûă‘) artinya "dia menyelamatkan"
atau "juru selamat".
Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan
malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi
tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf
menamakan Dia Yesus.(Matius
1:18-25)
Kepada Simeon
Kepada Simeon telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan
mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. (Lukas 2:26).
Kepada orang-orang
Majus dari Timur
Datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya:
"Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah
melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."(Matius 2:1-2).
Kepada orang-orang Yahudi
Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan
dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal. (Yohanes 7:42).
Waktu Kelahiran
Pada zaman Herodes, raja Yudea (Matius 2:1; Lukas
1:5) (lahir 73/74 SM,
menjadi raja mulai 37 SM, mati 4
SM (atau 1
SM) di Yerikho.
Pada zaman Kaisar Agustus (Lukas
2:1). Gaius Julius
Caesar Augustus (lahir 23 September 63 SM, mati 19 Agustus 14 M), raja Romawi.
Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang
di seluruh dunia masing-masing di kotanya sendiri (Lukas 2:1-3), pada tahun 2
SM.
Sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria (Lukas
2:2). Publius
Sulpicius Quirinius (bahasa Yunani: Κυρήνιος Kyrenios atau Cyrenius, lahir ~51 SM, mati 21 M). Ada
pendaftaran yang dilakukan Kirenius pada tahun 6 M, pada zaman Arkelaus menjadi
raja (bahasa Yunani: ethnarch) Yudea. Ada pula pendaftaran yang dilakukannya ketika
menjadi penguasa sementara di Siria tahun 11
SM - 7
SM.
Catatan:
ada yang menerjemahkan Lukas
2:2
"...pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius..." dari
bahasa Yunani sebagai "...pendaftaran yang diadakan sebelum
Kirenius...", tetapi ini bukan yang diterima sebagian besar pakar.
Penempatan di dalam rahim Maria terjadi dalam bulan yang ke-6 kehamilan Yohanes
Pembaptis (Lukas 1:26). Berarti sekitar ^ bulan setelah imam Zakharia dari
rombongan Abia, melakukan tugasnya di Bait Allah. (Lukas 1:5) Rombongan Abia adalah kelompok ke-8 dari 24 kelompok
imam yang bergiliran melakukan tugas di Bait Allah (1
Tawarikh 24:7-18). Ada pakar
yang berpendapat giliran ini biasanya jatuh pada awal bulan Sivan dalam kalender
Yahudi atau sekitar bulan
Juni kalender Masehi. Berdasarkan informasi ini, pembuahan (bahasa
Inggris: conception) Yesus terjadi sekitar bulan Desember. Ada sejumlah naskah kuno yang mencatat bahwa Yesus
ditempatkan di rahim Maria tanggal 25
Desember.
Hal ini didukung oleh penafsiran Hagai
2:18-20:
“
|
Perhatikanlah mulai
dari hari ini dan selanjutnya--mulai dari hari yang kedua puluh empat bulan kesembilan. Mulai dari hari
diletakkannya dasar bait TUHAN perhatikanlah apakah benih masih tinggal tersimpan dalam lumbung, dan apakah pohon
anggur dan pohon ara, pohon delima dan pohon zaitun belum berbuah? Mulai dari
hari ini Aku akan memberi berkat!
|
”
|
—Hagai 2:18-20
|
Tanggal 24 bulan ke-9 (Kislev) dalam kalender Yahudi jatuh sekitar tanggal 25
Desember dalam kalender
Gregorian.
Pada suatu hari raya besar Yahudi, karena tidak ada tempat bagi Yusuf dan
Maria di rumah penginapan. (Lukas 2:7)
Catatan:
Pendaftaran dapat dilakukan kapan saja, tetapi Yusuf, sebagai seorang Yahudi
yang saleh, memilih datang dari Nazaret, Galilea, bertepatan dengan hari raya penting dimana hukum Taurat menyuruh setiap laki-laki untuk berziarah
ke Yerusalem. Betlehem terletak hanya 10 kilometer (6.2 mil) di
selatan Yerusalem. Kemungkinan besar ini adalah dekat hari raya Tahun Baru
(Rosh Hashanah) pada bulan Tisyri (atau sekitar bulan September kalender Masehi) atau hari raya Sukkot yang memperingati Kemah
Suci ("Feast of
Tabernacles") di mana Allah diam di
antara bangsa
Israel, seperti yang
diindikasikan dalam Injil Yohanes:
“
|
Firman itu telah
menjadi manusia, dan diam di antara
kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang
diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan
kebenaran
|
”
|
—Yohanes 1:14
|
Kata "diam" dalam bahasa aslinya (bahasa
Yunani) adalah "ἐσκήνωσεν"
(eskēnōsen), dari kata "σκηνῆς" (skēnēs) yang berarti "kemah" dan
dipakai dalam Alkitab bahasa
Yunani Septuaginta untuk menyebut Kemah
Suci.
Bila diperhitungkan dengan adanya kisah pembantaian bayi bayi berusia 2
tahun ke bawah pada akhir masa pemerintahan Herodes (4
SM) atau (1
SM), maka kelahiran Yesus terjadi
sesudah tahun 6
SM.
Tempat Kelahiran
Betlehem di tanah Yudea (Matius
2:1; Lukas 2:4) sesuai Nubuat Nabi Mikha (Mikha 5:2-3).
Suatu kandang domba, kemungkinan Menara Kawanan Domba (bahasa
Ibrani: Migdal-Eder; bahasa
Inggris: Tower
of the Flock) sesuai nubuat nabi Mikha (Mikha 4:8).
Menara ini adalah suatu tempat khusus untuk mengurung domba-domba yang
kelak akan dipilih menjadi korban di Bait Allah di Yerusalem. Hieronimus mencatat letaknya 1000 langkah (1,6 kilometer atau 1
mil) dari Yerusalem. Menara Eder adalah bangunan bertingkat. Imam-imam dari
Yerusalem akan datang memeriksa domba-domba yang tidak bercacat. Domba jantan
untuk korban bakaran, domba betina untuk korban pendamaian.. Rabbi Yehuda
berkata, domba jantan yang didapati 30 hari sebelum Paskah
Yahudi dapat digunakan
sebagai "domba Paskah". Dalam masa perkabungan meninggalnya Rahel, Yakub
memasang kemahnya dan memelihara dombanya di seberang Migdal-Eder.(Kejadian 35:21). Kelak
"domba Allah" akan dilahirkan sebagai penghapus dosa Yakub di menara
ini.
Kronologi Kelahiran dan Masa Kecil Yesus
Kelahiran Yesus
Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang
bernama Betlehem, --karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud-- supaya
didaftarkan sesuai perintah Kaisar Agustus, bersama-sama dengan Maria,
tunangannya, yang sedang mengandung.(Lukas 2:4)
Ketika mereka di situ, tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.(Lukas 2:7)
Tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak
laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan
dibaringkannya di dalam palungan.(Lukas 2:7)
Para Gembala
Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan
ternak mereka pada waktu malam.(Lukas 2:8)
Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan
Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab
sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:
Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang
bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala
tentara sorga yang memuji Allah,
katanya: Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di
bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.
Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga,
gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi
ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan
Tuhan kepada kita."
Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi
itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. Dan ketika mereka melihat-Nya,
mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu.
Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala
itu kepada mereka.
Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah
karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai
dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.(Lukas 2:8-20)
Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. (Lukas 2:19)
Yesus Disunat dan Dinamai
Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama
Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya. (Lukas 2:21)
Bayi Yesus dibawa ke Bait Allah
Dan ketika genap waktu pentahiran (=40 hari sejak lahir), menurut hukum
Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada
Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki
sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban
menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur
atau dua ekor anak burung merpati.(Lukas 2:22-24)
Simeon
Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan
penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah
dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias,
yaitu Dia yang diurapi Tuhan.
Simeon datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus, ketika Yesus, Anak itu, dibawa
masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum
Taurat. Ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah.
Simeon berkata: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam
damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat
keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala
bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi
kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." (Lukas
2:25-32)
Bapa serta ibu Yesus amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia.
(Lukas
2:33)
Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu:
"Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan
banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan
perbantahan --dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri--,supaya menjadi
nyata pikiran hati banyak orang." (Lukas
2:34-35)
Hana binti Fanuel
Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku
Asyer. Ia sudah sangat lanjut
umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan
sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah
meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. (Lukas
2:36-37)
Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada
Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan
kelepasan untuk Yerusalem. (Lukas 2:38).
Orang-Orang Majus
Dari Timur
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja
Herodes, datanglah orang-orang
majus dari Timur ke Yerusalem
dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru
dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."(Matius 2:1-2)
Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh
Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi,
lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.
Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena
demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda,
engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah
Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan
menggembalakan umat-Ku Israel." (Mikha 5:2-3)
Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan
teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang
itu nampak. Kemudian
ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan
seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia,
kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia."
Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga
tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada. Ketika mereka
melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka.
Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria,
ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan
mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes,
maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.(Matius 2:3-12).
Penyingkiran ke Mesir
Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada
Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta
ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu,
karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia."
Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga,
lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu
terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir
Kupanggil Anak-Ku."(Hosea 11:1;
Matius
2:13-15)
Pembunuhan Anak-Anak Di Betlehem
Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus
itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan
sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan
waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. (Matius 2:16)
Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia:
"Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel
menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada
lagi." (Yeremia
31:15; Matius
2:17-18).
Kembali Ke Nazaret
Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di
Mesir, katanya: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan
berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu,
sudah mati." (Matius
2:19-20)
Lalu Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke
tanah Israel. Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea
menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. (Matius
2:21-22)
Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea. Setibanya
di sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi
supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut:
Orang Nazaret. (Matius
2:22-23)
Catatan: Matius memulai Injilnya dengan menyatakan Yesus
sebagai anak Daud, sehingga Ia sepatutnya lahir di Betlehem, Yudea, kota Daud.
Kemudian ia menjelaskan kepada pembacanya, bahwa Yesus dibesarkan di Nazaret,
Galilea. Matius tidak pernah menyebutkan bahwa Yusuf dan Maria sebelumnya
tinggal di Galilea. Informasi itu didapatkan oleh Lukas kemungkinan dari Maria,
ibu Yesus.
Lukas mencatat: Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut
hukum Tuhan, kembalilah mereka (Yusuf, Maria dan Yesus) ke kota kediamannya,
yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu (Yesus) bertambah besar dan menjadi
kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. (Lukas
2:39-40)
Yesus Pada Umur 12 Tahun Dalam Bait Allah
Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. (Lukas
2:41-52)
Ketika Yesus telah berumur 12 tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti
yang lazim pada hari raya itu.
Catatan:
tampaknya dalam rangka bar-mitvah (bahasa
Ibrani: בר מצווה, upacara akil baliq) Yesus.
Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah
Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. Karena mereka menyangka bahwa
Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari
perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan
mereka. Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem
sambil terus mencari Dia 3 hari lamanya.
Sesudah 3 hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di
tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat
heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya. Dan ketika orang
tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka.
Lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: "Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian
terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau."
Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu
tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?"
Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. Lalu Ia
pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka.
Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan
makin dikasihi oleh Allah dan manusia. (Lukas
2:41-52)
Ibu-Nya (Maria) menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. (Lukas 2:51)
Catatan:
Sebagai sejarahwan yang baik, Lukas mencantumkan sumber dari informasi yang
didapatnya. Rangkaian cerita kelahiran dan masa kecil Yesus yang dicatat Lukas
di Injilnya bersumber dari Maria, ibu Yesus.
Benarkah Yesus Sang Mesias Lahir Pada Tanggal 25 Desember?
|
Kitab
Perjanjian Baru tidak memberikan informasi tanggal kelahiran Yesus sehingga
pemunculan tanggal 25 Desember menimbulkan berbagai kontroversi diantara
kalangan Kristen sendiri. Darimana asal usul perayaan kelahiran Yesus pada
tanggal 25 Desember? Pertanyaan ini membelah menjadi dua kelompok jawaban.
Kelompok pertama menghubungkan tanggal 25 Desember kepada perayaan paganisme
Roma yang diadopsi dalam Kekristenan. Kelompok kedua menghubungkan tanggal 25
Desember pada catatan kuno Bapa Gereja sebelum Konsili Nicea.
Pandangan
Pertama:
Asal
Usul Paganisme Dari Natal 25 Desember
Pandangan
pertama menghubungkan perayaan Christmass pada tanggal 25 Desember dengan
adopsi unsur-unsur kekafiran oleh gereja Katolik maupun Ortodox. Perhatikan
beberapa kutipan berikut:
Dalam
artikel Origin of Christmas-Controversial Root dijelaskan, “The
date of December 25th probably originated with the ancient
"birthday" of the son-god, Mithra, a pagan deity whose religious
influence became widespread in the Roman Empire during the first few
centuries A.D. Mithra was related to the Semitic sun-god, Shamash, and his
worship spread throughout Asia to Europe where he was called Deus Sol
Invictus Mithras. Rome was well-known for absorbing the pagan religions and
rituals of its widespread empire. As such, Rome converted this pagan legacy
to a celebration of the god, Saturn, and the rebirth of the sun god during
the winter solstice period. The winter holiday became known as Saturnalia and
began the week prior to December 25th. The festival was characterized by
gift-giving, feasting, singing and downright debauchery, as the priests of
Saturn carried wreaths of evergreen boughs in procession throughout the Roman
temples”.
(Tanggal
25 Desember mungkin berasal perayaan ulang tahun kuno anak dewa,
bernama Mithra, dewa
kafir yang pengaruh religiusnya tersebar di Kekaisaran Romawi selama tahun
Masehi. Mithra berkaitan dengan dewa Matahari bangsa Semit yaitu Shamash ,
dan penyembahan padanya menyebar ke seluruh Asia ke Eropa di mana ia disebut
Deus Sol Invictus Mithras. Roma dikenal dalam hal menyerap agama-agama kafir
dan ritual ke seluruh kerajaan secara luas. Dengan demikian, Roma dikonversi
oleh warisan kafir ke perayaan dewa, Saturnus, dan kelahiran kembali dewa
matahari selama periode musim dingin. Liburan musim dingin dikenal
sebagai Saturnalia dan
dimulai seminggu sebelum 25 Desember. Festival ini ditandai dengan pemberian
hadiah, pesta, menyanyi dan pesta pora yang meriah, seperti imam dewa
Saturnus membawa karangan bunga dari dahan cemara dalam prosesi seluruh
kuil-kuil Romawi).
Dalam
artikel lainnya dengan judul, Origin Of Christmas: Jesus Was Not Born
On December 25th But A Whole Bunch Of Pagan Gods Were, disebutkan, “Why
is Christmas celebrated on December 25th? Most people assume that it
has always been a Christian holiday and that it is a celebration of the birth
of Jesus. But it turns out that Jesus was not born on December
25th. However, a whole bunch of pagan gods were born on that day.
In fact, pagans celebrated a festival involving a heroic supernatural
figure that visits an evergreen tree and leaves gifts on December 25th long
before Jesus was ever born. From its early Babylonian roots, the
celebration of the birth or "rebirth" of the sun god on December
25th came to be celebrated under various names all over the ancient
world. You see, the winter solstice occurs a
few days before December 25th each year. The winter
solstice is the day of the year when daylight is the shortest. In
ancient times, December 25th was the day each year when the
day started to become noticeably longer. Thus it was
fitting for the early pagans to designate December 25th as the date of
the birth or the "rebirth" of the sun”.
(Mengapa
Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember? Kebanyakan orang berasumsi bahwa
itu hari raya Kristen dan bahwa itu adalah perayaan kelahiran Yesus. Tapi
ternyata bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Namun, sejumlah
besar dewa-dewa kafir yang lahir pada hari itu. Bahkan, orang-orang kafir
merayakan sebuah festival yang melibatkan tokoh supranatural heroik yang
mengunjungi sebuah pohon cemara dan daun hadiah pada tanggal 25 Desember jauh
sebelum Yesus pernah lahir. Dari akar awal Babel, perayaan kelahiran atau
kelahiran kembali dari dewa matahari pada tanggal 25 Desember kemudian
dirayakan di bawah berbagai nama di seluruh dunia kuno. Anda lihat, musim
dingin terjadi beberapa hari sebelum 25 Desember setiap tahun. Musim dingin
adalah hari di setiap tahun ketika siang hari waktunya lebih pendek. Pada
zaman kuno, 25 Desember adalah hari di setiap tahun ketika hari terasa lebih
lama. Demikianlah hari ini sangat tepat bagik orang-orang kafir awal untuk
menetapkan 25 Desember sebagai tanggal kelahiran atau kelahiran kembali
matahari).
Dalam
artikel What are origins Christmas and Can Christian Celebrated it?
Dijelaskan, “The origins of Christmas go back to before the time of Christ
when many ancient cultures celebrated the changing of the seasons. In the
northern hemisphere in Europe, for example, the winter solstice, which was
the shortest day of the year, occurs around Dec. 25th. These celebrations
were based on the decline of winter. Since during winter animals were penned,
people stayed in doors, crops didn't grow, etc., to know that winter was half
over and on its way out was a time of celebration.
In
the ancient Roman system of religion, Saturn was the god of agriculture. Each year during the summer,
the god Jupiter would force Saturn out of his dominant position in the
heavenly realm and the days would begin to shorten. In the temple to Saturn
in Rome, the feet of Saturn were then symbolically bound with chains until
the winter solstice when the length of days began to increase. It was this
winter solstice that was a time of celebration and exchange of gifts as the
hardness of winter began to wane and the days grew longer.
December
25th specifically coincided the day of the birth of the sun-god named Phyrgia a
culture in the ancient Balkans. In the Roman Empire, by the time of Christ
the winter festival was known as saturnalia. The Roman Church was unable to
get rid of saturnalia, so early in the 4th Century, they adopted the
holiday and tried to make it a Christian celebration of the Lord's birth.
They called it the Feast of the Nativity. This custom has been part of
western culture ever since”.
(Asal-usul
Natal dapat ditelusuri ke suatu masa sebelum masa Kristus saat banyak
kebudayaan kuno merayakan pergantian musim. Di belahan bumi utara di Eropa,
misalnya, titik balik matahari musim dingin, yang merupakan hari terpendek
tahun, terjadi sekitar 25 Desember. Perayaan ini didasarkan pada jatuhnya
musim dingin. Karena selama hewan musim dingin, orang-orang yang tinggal di
pintu, tanaman tidak tumbuh, dll, untuk mengetahui musim dingin yang sudah
setengah jalan dan jalan keluar adalah waktu perayaan. Dalam sistem agama
Romawi kuno, Saturnus adalah dewa pertanian. Setiap tahun selama musim panas
dewa Jupiter akan memaksa Saturnus keluar dari posisi dominan di ranah
surgawi dan hari-hari akan dipersingkat.. Dalam kuil Saturnus di Roma, kaki
Saturnus kemudian secara simbolis diikat dengan rantai sampai titik balik
matahari musim dingin ketika lamanya hari mulai meningkat. Musim dingin
adalah waktu perayaan dan pertukaran hadiah sebagai bentuk memudarnya musim
dingin dan hari-hari bertambah panjang. Tanggal 25 Desember bertepatan dengan
hari kelahiran dewa Matahari bernama Phyrgia dari kebudayaan kuno di Balkan.
Dalam Kekaisaran Romawi, pada masa Kristus, musim dingin dikenal sebagai
perayaan Saturnalia. Gereja Roma tidak dapat menyingkirkan Saturnalia,
sehingga di awal abad ke-4, mereka mengadopsi perayaan ini dan mencoba untuk
membuatnya menjadi perayaan Kristen kelahiran Tuan. Mereka menyebutnya Pesta
Kelahiran Tuan. Kebiasaan ini telah menjadi bagian dari budaya Barat sejak
saat itu).
Siapa Yang Menetapkan Natal 25 Desember?
Kebanyakan
para sarjana dan buku-buku teologia menghubungkan nama Kaisar Konstantin sebagai orang yang
bertanggungjawab menetapkan perayaan tersebut dalam Kekristenan. Setelah pada
tahun 313 Konstantin menjadi raja dan mengeluarkan Edik Milano yang berisikan
piagam toleransi beragama maka pada tahun 321 Konstantin mengubah hari Sabat
yang jatuh pada hari Sabtu menjadi hari Minggu sebagaimana dikatakan, “On
the venerable day of the Sun let the magistrates and people residing in
cities rest, and let all workshops be closed. In the country however persons
engaged in agriculture may freely and lawfully continue their pursuits
because it often happens that another day is not suitable for gain-sowing or
vine planting; lest by neglecting the proper moment for such operations the
bounty of heaven should be lost”
(Pada
hari Matahari yang agung, biarlah para hakim dan orang-orang yang
berada di kota-kota beristirahat, dan membiarkan semua bengkel ditutup. Di
dalam negeri Namun orang-orang yang terlibat dalam pertanian dapat dengan
bebas dan sah melanjutkan kegiatan mereka karena sering terjadi bahwa hari
lain tidak cocok untuk menaburbenih atau menanam pohon anggur;.
jangan-jangan dengan mengabaikan saat yang tepat untuk bekerja
mengakibatkan karunia surga harus hilang).
Dan
ketetapan tersebut dilanjutkan pada Konsili di Laodikea tahun 364 Ms sbb,
"Christians shall not Judaize and be idle on Saturday, but shall work
on that day" (Kristen tidak harus di Yudaisasi dan beristirahat pada
hari Sabtu, tetapi harus bekerja pada hari itu)
Pada
tahun 325 saat Konstantin menetapkan Konsili I di Nicea maka tanggal 25
Desember ditetapkan sebagai perayaan kelahiran Yesus Sang Mesias sebagaimana
dikatakan, “Also in 325 Constantine declared December 25th to be an
Immovable Feast for the whole Roman Empire. The bishop of Rome may have
accepted December 25th as the date of birth of Jesus Christ as early as 320
AD, but historical documents provide no evidence for a date earlier than 336
AD. The Church was pushed by political forces and pulled by the desire to
co-opt a popular pagan holiday, despite a lack of evidence that Christ was
born in December. Constantine built the Church of the Nativity in Bethlehem,
one of the oldest continually operating churches in the world (currently
administered by a coalition of Roman Catholic and Greek Orthodox clerics)”.
(Juga
pada tahun 325 Konstantinus menyatakan 25 Desember menjadi hari raya Tak
Tergoyahkan bagi seluruh Kekaisaran Romawi. Uskup Roma mungkin telah menerima
25 Desember sebagai tanggal kelahiran Yesus Kristus sebagai awal 320 AD, tapi
dokumen sejarah tidak memberikan bukti untuk tanggal lebih awal dari 336 AD.
Gereja didorong oleh kekuatan politik dan ditarik oleh keinginan untuk
mengkooptasi perayaan populer penyembah berhala, sekalipun kurangnya
bukti bahwa Kristus lahir pada bulan Desember. Konstantin membangun Gereja
Kelahiran Kristus di Betlehem, salah satu gereja tertua yang masing
berlangsung hingga hari ini di dunia (saat ini dikelola oleh sebuah koalisi
Katolik Roma dan Yunani Ortodoks ulama).
Dan pada
tahun 354 Ms, Bishop Liberius dari Roma memerintahkan umat untuk merayakan
Natal pada tanggal 25 Desember sebagaimana dikatakan, “In 354 A.D., Bishop
Liberius of Rome ordered the people to celebrate on December 25. He probably
chose this date because the people of Rome already observed it as the Feast
of Saturn, celebrating the birthday of the sun”.
(Pada
tahun 354, Bishop Roma bernama Liberius memerintahkan umat agar merayakan 25
Desember. Mungkin dia memilih tanggal tersebut dikarenakan rakya Roma telah
memelihara Perayaan Saturnalia sebagai kelahiran dewa matahari).
Namun
menurut kesaksian lainnya ternyata yang menetapkan tanggal 25 Desember
sebagai hari kelahiran Yesus bukan hanya Konstantin melainkan bidat
bernama Cerinthus. Siapa
Cerinthus? “Cerinthus A
Gnostic-Ebionite heretic, contemporary with St. John...Cerinthus was an
Egyptian, and if not by race a Jew...Cerinthus's doctrines were a strange
mixture of Gnosticism, Judaism, Chiliasm, and Ebionitism”
(Cerinthus
adalah seorang Gnostik dan bidat Ebionit yang sejaman dengan Santo
Yohanes...Cerinthus adalah seorang Mesir dan bukan ras Yahudi...doktrin
Cerinthus merupakan campuran aneh antara Gnostisisme, Yudaisme, Chiliasme
serta Ebionitisme).
Dan
dalam laporan Irenaeus dalam bukunya Adversus Haeresies
menyebutkan bagaimana Rasul Yohanes pada suatu hari mandi di permandian umum
dan ketika Cerinthus datang maka Yohanes mengajak murid-muridnya menghindari
Cerintus dan berkata, “Mari keluar semua, jangan sampai rumah permandian in
runtuh sebab Cerinthus, sang musuh dari kebenaran berada di dalam!”
Seorang
sarjana astronomi, geografi dan matematikawan Armenia bernama Ananias Shirak
(610-685) melaporkan bahwa penempatan tanggal 25 Desember sebagai hari
kelahiran Yesus adalah upaya bidat Cerinthus sebagaimana dikatakan, “The
Festival of the holy Birth of Christ, on the 12th day before the feast of the
Baptism, was not appointed by the holy apostles, nor by their successors
either, as is clear from the canons of the holy apostle . For it
is written in the 6th chapter of the canons as follows: 2 that the apostles
appointed and laid it down firmly, that the Festival of the Birth and
Epiphany of our Lord and Saviour, the chief and first of the festivals of the
Churches (should be) on the 21st day of the month Tebeth, which is 6th of
January, according to the Romans.
But
many years after their fixing the canons, this festival was invented, as some
say, by the disciples of the heretic Cerinthus; and was accepted by the
Greeks, because they were truly fond of festivals and most fervent in piety;
and by them it was spread and diffused all over the world.. But in the days
of the holy Constantine, in the holy Council of Nice, this festival was not
received by the holy fathers”
(Perayaan
kelahiran suci Kristus, pada hari ke-12 sebelum pesta Baptisan, adalah tidak
diangkat baik oleh rasul suci, maupun oleh penerus mereka, seperti nyata dari
kanon para rasul suci. Sebab ada tertulis dalam bab 6 dari kanon sbb:
bahwa para rasul diangkat dan meletakkannya dengan kuat, bahwa perayaan
Kelahiran dan Epiphany dari Junjungan Agung dan Juruselamat, pendahulu dan
perayaan pertama Gereja-gereja (seharusnya) pada hari ke-21 bulan Tebeth,
yang merupakan 6 Januari, menurut Roma. Namun setelah bertahun-tahun mereka
memperbaiki kanon, perayaan ini diciptakan, seperti kata beberapa orang, oleh
para murid dari bidat Cerinthus, dan diterima oleh orang Yunani, karena
mereka benar-benar menyukai perayaan ini dan paling bersemangat dalam
kesalehan, dan oleh mereka itu tersebar dan menyebar di seluruh dunia. Namun
pada masa kehidupan Konstantin suci, pada Konsili Nicea, perayaan ini ini
tidak diterima oleh para bapa suci).
Mengapa
Cerinthus memilih tanggal 25 Desember? Dalam artikel berjudul, What
Does the Catholic Church Teach About Christmas and the Holy Days?
dijelaskan sbb: “Probably because that was the day of celebration of the
birthday of the sun-god Mithra. December 25th also took place during the
Saturnalia, hence it was acceptable to at least two groups of pagans.
Followers of Mithra represented an influential group in the Roman Empire.
Other practices associated with Mithraism have become part of the Roman and
Orthodox Catholic churches (such as their communion services).
(Mungkin
karena itu adalah hari perayaan kelahiran dewa matahari Mithra. 25 Desember
juga terjadi selama Saturnalia, maka itu diterima setidaknya oleh dua
kelompok kafir. Pengikut Mithra mewakili sebuah kelompok berpengaruh di
Kekaisaran Romawi. Praktek-praktek lain yang terkait dengan Mithraisme telah
menjadi bagian dari gereja-gereja Katolik Roma dan Ortodoks (seperti
pelayanan komuni).
Apakah Bapa Gereja Memerintahkan Perayaan Natal
25 Desember?
Siapakah
yang dimaksudkan dengan istilah Bapa Gereja (Church Fathers)? James
P. Eckman memberikan penjelasan sbb: “Pada akhir Abad Pertama,
kematian para rasul menghasilkan kevakuman kepemimpinan di dalam gereja.
Siapa yang berhak memimpin orang-orang beriman?Siapa yang akan memimpin dan
menuntun berkembangnya iman Kristen? Kelompok yang mengisi kekosongan ini
kemudian dikenal dengan sebutan “Para Bapa Gereja”. Sebagai sebuah istilah
yang menggambarkan rasa sayang dan kepercayaan, yaitu “bapak” secara umum
diberikan pada sejumlah pemimpin rohani yang dikenal dengan sebutan para
bishop atau para diaken. Bapa Gereja dapat dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu, Bapa Rasuli (95-100 Ms), Para Apologet atau Pembela Iman (150-300 Ms)
serta Para Teolog (300-600 Ms). Kelompok Bapa Rasuli banyak menulis dan
memfokuskan pada persoalan diseputar tata ibadah dan hirarki kepemimpinan
gereja. Kelompok Para Apologet lebih memfokuskan mempertahankan iman dari
serangan tulisan-tulisan kaum kafir dan penyembah berhala. Sementara kelompok
Para Teolog mulai menyusun berbagai sistematika pemikiran-pemikiran teologi”.
Tulisan
Bapa Gereja sesungguhnya menolong kita memahami berbagai perkembangan dan
tantangan serta persoalan yang dihadapi jemaat Kristen non Yahudi zaman itu
termasuk munculnya para bidat-bidat. Pengabaian kajian terhadap tulisan para
Bapa Gereja menyebabkan Kekristenan kehilangan rantai sejarah dan pemahaman
mengenai status penulis injil dan surat-surat rasuli, keberadaan bidat-bidat,
pergulatan mengenai ibadah dan tata ibadah dan hal-hal mendasar lainnya.
Tidak
semua Bapa Gereja menyetujui penanggalan 25 Desember sebagai perayaan
kelahiran Yesus Sang Mesias. Tertulianus (155-130 Ms), Origenes (184-253 Ms),
Irenaeus (202 Ms) menolak perayaan Christmass 25 Desember sebagaimana
dikatakan, “Christmas was not among the earliest festivals of the Church.
Irenaeus and Tertullian omit it from their lists of feasts ; Origen, glancing
perhaps at the discreditable imperial Natalitia , asserts (in Lev. Hom. viii
in Migne, P.G., XII, 495) that in the Scriptures sinners alone, not saints,
celebrate their birthday; Arnobius (VII, 32 in P.L., V, 1264) can still
ridicule the "birthdays" of the gods”
(Natal
tidak ditemukan antara perayaan awal Gereja. Irenaeus dan Tertullian
menghilangkan dari daftar perayaan mereka, Origenes, kemungkinan melirik pada
Natalitia kekaisaran yang memalukan sambil menegaskan (.. Dalam Im Hom viii
di Migne, PG, XII, 495) bahwa dalam Kitab Suci orang-orang berdosa saja,
bukan orang suci, yang merayakan ulang; Arnobiuspun (VII, 32 di PL, V, 1264)
mengejek ulang tahun para dewa).
Kita
ikuti pernyataan salah satunya dari Tertulianus sbb: “The Minervalia are
as much Minerva's, as the Saturnalia Saturn's; Saturn's, which must
necessarily be celebrated even by little slaves at the time of the
Saturnalia. New-year's gifts likewise must be caught at, and the Septimontium
kept; and all the presents of Midwinter and the feast of Dear Kinsmanship
must be exacted; the schools must be wreathed with flowers; the flamens'
wives and the aediles sacrifice; the school is honoured on the appointed
holy-days. The same thing takes place on an idol's birthday; every pomp of
the devil is frequented. Who will think that these things are befitting to a
Christian master, unless it be he who shall think them suitable likewise to
one who is not a master? “
(Perayaan
Minervalia sebagaimana banyaknya pengikut Minerva, seperti juga perayaan
Saturnalia sebanyak pengikut Saturnus. Saturnus yang tentu harus
dirayakan bahkan oleh budak sekalipun pada saat perayaan Saturnalia. Hadiah
tahun baru juga harus dipersiapkan; Septimontium dipertahankan; semua hadiah
dari pertengahan musim dingin serta perayaan Dear Kinsmanship harus
dinyatakan; sekolah-sekolah harus dilingkari dengan bunga-bunga, istri
flamens 'dan aediles dipersembahkan; sekolah dihormati pada hari
kudus-ditunjuk. Hal yang sama terjadi pada hari ulang tahun berhala itu,
setiap kemegahan dari Satan adalah sering dikerjakan terus menerus. Siapa
yang akan berpikir bahwa hal-hal ini bersesuaian dengan Kristen sejati,
kecuali dia yang akan berpikir bahwa mereka bersesuaian untuk orang yang
bukan Kristen sejati?).
Tertulianus
melanjutkan komentarnya, “But, however, the majority (of Christians) have
by this time induced the belief in their mind that it is pardonable if at any
time they do what the heathen do, for fear "the Name be
blasphemed"...To live with heathens is lawful, to die with them is not.
Let us live with all; let us be glad with them, out of community of nature,
not of superstition. We are peers in soul, not in discipline;
fellow-possessors of the world, not of error. But if we have no right of
communion in matters of this kind with strangers, how far more wicked to
celebrate them among brethren! Who can maintain or defend this?...By
us,...the Saturnalia and New-year's and Midwinter's festivals and Matronalia
are frequented--presents come and go--New-year's gifts--games join their
noise--banquets join their din! Oh better fidelity of the nations to their
own sect, which claims no solemnity of the Christians for itself!...Not the
Lord's day, not Pentecost, even it they had known them, would they have shared
with us; for they would fear lest they should seem to be Christians. We are
not apprehensive lest we seem to be heathens!”
(Tapi,
bagaimanapun, mayoritas (Kristen) pada saat ini telah dipengaruhi
kepercayaan dalam pikiran mereka bahwa itu adalah sesuatu yang dapat
dimaklumi jika sewaktu-waktu mereka melakukan apa yang orang kafir
lakukan, karena takut "Sang Nama akan dihujat" ... Untuk hidup
dengan orang kafir adalah sah, untuk mati dengan mereka adalah tidak. Marilah
kita hidup dengan semua orang, marilah kita bersukacita dengan mereka, keluar
dari komunitas alam, bukan takhayul. Kami rekan-rekan dalam jiwa, bukan
dalam disiplin; sesama pemiliknya dunia, bukan dari kesalahan. Tetapi
jika kita tidak punya hak persekutuan dalam hal semacam ini dengan orang asing,
maka betapa sangat jahatnya merayakan mereka di antara
saudara-saudara! Siapa yang dapat mempertahankan atau membela perkara
ini? ... melalui kita, ... Saturnalia dan Tahun Baru dan perayaan pertengahan
musim dingin serta Matronalia sering dilaksanakan? datang silih berganti -
hadiah Tahun Baru - bergabung dengan kebisingan permainan mereka
- bergabung dengan pesta makan malam mereka! ! Oh kesetiaan terbaik
dari suatu bangsa untuk sekte mereka sendiri, yang mengklaim tidak ada
kekhidmatan umat Kristen bagi diri mereka sendiri ... Bukan hari Tuan, bukan
Pentakosta, sekalipun mereka telah mengenal itu semua, akankah mereka
telah berbagi dengan kami, karena mereka takut jangan sampai nampak
menjadi orang Kristen. Kami tidak khawatir sehingga jangan sampai nampak
menjadi orang kafir!).
Penjelasan
Tertulianus sesungguhnya mengatakan kepada kita bahwa merayakan perayaan
pertengahan musim dingin telah menjadikan orang-orang Kristen menjadi
pengikut dewa-dewa kekafiran dan dikarenakan banyak penyembah berhala tidak
mengikuti apa yang dirayakan oleh orang Kristen, maka demikianlah seharusnya
orang Kristen tidak merayakan perayaan kekafiran mereka.
Perayaan Natal Sebelum Konstantin
Bukti
sejarah menunjukkan bahwa sebelum Konstantin menetapkan perayaan kelahiran
Yesus tanggal 25 Desember, sudah ada praktek-praktek perayaan yang berada di
Mesir terkait keyakinan kelahiran Yesus dengan berbagai kontroversi
penanggalan kelahiran Yesus. Dalam Encylopedia Catholic
dijelaskan sbb, “The first evidence of the feast is from Egypt. About A.D.
200, Clement of Alexandria (Strom., I, xxi in P.G., VIII, 888) says that
certain Egyptian theologians "over curiously" assign, not the year
alone, but the day of Christ's birth, placing it on 25 Pachon (20 May) in the
twenty-eighth year of Augustus. [Ideler (Chron., II, 397, n.) thought they
did this believing that the ninth month, in which Christ was born, was the
ninth of their own calendar.] Others reached the date of 24 or 25 Pharmuthi
(19 or 20 April). With Clement's evidence may be mentioned the "De
paschæ computus", written in 243 and falsely ascribed to Cyprian (P.L.,
IV, 963 sqq.), which places Christ's birth on 28 March, because on that day
the material sun was created. But Lupi has shown (Zaccaria, Dissertazioni
ecc. del p. A.M. Lupi, Faenza, 1785, p. 219) that there is no month in the
year to which respectable authorities have not assigned Christ's birth.
Clement, however, also tells us that the Basilidians celebrated the Epiphany,
and with it, probably, the Nativity, on 15 or 11 Tybi (10 or 6 January)”
(Bukti
pertama dari hari raya adalah dari Mesir. Sekitar tahun 200, Clement dari
Alexandria [Strom., saya, xxi di PG, VIII, 888] mengatakan bahwa teolog Mesir
tertentu "lebih anehnya" menetapkan, tidak tahun saja, tetapi hari
kelahiran Kristus, yang meletakkan pada tanggal 25 Pachon (20 Mei) pada tahun
dua puluh delapan Augustus. [Ideler (Chron., II, 397, n.) mengira mereka yang
melakukan ini percaya bahwa bulan kesembilan, di mana Kristus lahir, adalah
bulan kesembilan kalender mereka sendiri.] yang lainnya mengembangkan ke
tanggal 24 atau 25 Pharmuthi [19 atau 20 April]. Dengan bukti yang dimiliki
Clement dalam "De paschæ computus", ditulis dalam tahun 243 dan
secara keliru dihubungkan pada Siprianus [PL, IV, 963 sqq.], yang menempatkan
kelahiran Kristus pada tanggal 28 Maret, karena pada hari itu bahan matahari
sedang diciptakan. Namun Lupi telah menunjukkan [Zaccaria, Dissertazioni ecc
del hal. PM Lupi, Faenza, 1785, hal 219] bahwa tidak ada bulan di tahun yang
dihormati kaum berwenang menghubungkannya dengan kelahiran Kristus. Namun
demikian, Clement memberitahu kita bahwa kaum Basilidies merayakan Epiphany,
dan dengan itu kemungkinannya kelahiran Kristus jatuh pada tanggal 15 atau 11
Tybi yaitu10 atau 6 Januari).
Pelarangan Perayaan Natal Dalam Catatan Sejarah
Perayaan
Natal atau Christmass ternyata bukan produk para bidat Gereja sebagaimana
dituduhkan beberapa kelompok Kristen yang akhir-akhir ini bereaksi terhadap
koreksi asal usul Natal yang telah tercampur unsur-unsur paganisme atau
kekafiran.
Pelarangan
perayaan Natal/Christmass 25 Desember bukan hanya berhenti pada masa
Tertulianus dan Origenes serta Irenaeus pada Abad II Ms, namun juga berlanjut
pada zaman Reformasi oleh Luther pada Abad VI Ms. Tahun 1538 Gereja
Presbiterian di Skotlandia melarang perayaan Natal. Pada suatu masa dimana
Gubernur Cromwell di Inggris mengeluarkan larangan melalui tindakan parlemen
pada tahun 1647. Pada tahun 1659, Massachusetts Pilgrims mengeluarkan aturan
melarang Natal di New England seiring pelarangan pesta Wassailing dari kata
Wassail yaitu racikan anggur panas yang dibumbui dengan apel panggang
kecil atau cengkeh bertabur jeruk mengambang di atasnya.
Pandangan
Kedua:
Catatan
Kuno Bapa Gereja
Jika
pandangan pertama menghubungkan asal usul Christmass 25 Desember dengan
perayaan paganisme Saturnalia yang diadopsi dalam tubuh Kekristenan dan
diresmikan atas perintah kaisar Konstantin pada tahun 325 Ms. Maka pandangan
kedua justru merujuk pada ketetapan yang sudah beredar dan dipelihara oleh
gereja timur jauh sebelum Konstantin dimana perayaan kelahiran Yesus jatuh
pada tanggal 6 Januari kalender Yulian yang dikonversi ke kalender Gregorian
menjadi tanggal 25 Desember. Beberapa data pendukung untuk terhadap keyakinan
tersebut akan kita ulas satu persatu. Pada akhir pemaparan akan dikaji
valaiditas data tersebut dalam bagian tersendiri dalam artikel ini.
Kesaksian Kalender Philocalus Mengenai
Chronography 354
Apa yang
dimaksudkan dengan Chronography 354 dan kalender Philocalus? Berikut
keterangannya, “The Chronography of 354, also known as the Calendar of
354, was a 4th century illuminated manuscript, which was produced in 354 AD
for a wealthy Roman Christian named Valentinus. It is the earliest dated
codex to have full page illustrations. None of the original has survived. The
term Calendar of Filocalus is sometimes used to describe the whole
collection, and sometimes just the sixth part, which is the Calendar itself.
Other versions of the names ("Philocalus", "Codex-Calendar of
354") are occasionally used. The text and illustrations are available
online. Amongst other historically significant information, the work contains
the earliest reference to the celebration of Christmas as a holiday or feast”
(Chronography
tahun 354, juga dikenal sebagai Kalender 354, adalah sebuah manuskrip
gemilang abad ke-4 Ms, yang diproduksi pada tahun 354 Ms untuk seorang
Kristen Romawi kaya yang bernama Valentinus. Ini adalah naskah kuno awal yang
memiliki halaman ilustrasi penuh. Tak satu pun dari kalender yang asli telah
bertahan. Istilah Kalender Filocalus kadang-kadang digunakan untuk
menggambarkan seluruh koleksi, dan kadang-kadang hanya bagian keenam, yang
merupakan Kalender itu sendiri. Versi lain dari nama-nama tersebut (Philocalus,
Codex-Kalender 354) silih berganti digunakan. Teks dan ilustrasinya tersedia
secara online. Di antara informasi historis penting lainnya, karya ini berisi
referensi awal untuk perayaan Natal sebagai hari perayaan atau pesta).
Chronography
tersebut yang berisikan kalender Romawi kuno dan informasi aktivitas serta
kehidupan di zaman Romawi termasuk daftar para martir. Dalam
Chronoraphy tertulis daftar kematian seseorang sbb:
VIII
kal. Ian. Natus Christus di Betleem Iudeae
artinya
: Hari 8 (VII/delapan) sebelum Kalender Januari Kelahiran Kristus di
Bethlehem Yudea.
Jika
diasumsikan hari ke-8 adalah tanggal 1 Januari, maka dihitung mundur hari
pertama adalah jatuh tanggal 25 Desember sebagaimana berikut:
1
Januari = Hari ke-Delapan
31
Desember = Hari ke-Tujuh
30
Desember = Hari ke-Enam
29
Desember = Hari ke-Lima
28
Desember = Hari ke-Empat
27
Desember = Hari ke-Tiga
26
Desember = Hari ke-Dua
25
Desember = Hari Pertama
The Didascalia Apostolorum (250 Ms)
Apa yang
dimaksudkan dengan The Didascalia Apostolorum? Berikut
kami kutipkan penjelasan dari salah satu sumber sbb, “Didascalia
Apostolorum (or just Didascalia) is a Christian treatise which belongs to the
genre of the Church Orders. It presents itself as being written by the Twelve
Apostles at the time of the Council of Jerusalem, however, scholars agree
that it was actually a composition of the 3rd century CE, perhaps around 230
CE. The Didascalia was clearly modeled on the earlier Didache. The author is
unknown, but he was probably a bishop. The provenience is usually regarded as
Northern Syria, possibly near Antioch”
(Didascalia
Apostolorum -atau Didascalia saja- adalah sebuah risalah Kristen yang
termasuk dalam genre Tata Gereja. Kitab ini menyajikan dirinya sebagai
ditulis oleh Dua Belas Rasul pada saat Konsili Yerusalem, bagaimanapun, para
sarjanan sepakat bahwa itu sebenarnya komposisi abad ke-3 Masehi, mungkin
sekitar 230 Masehi. Didascalia sangat jelas diperagakan pada Didache
awal. Penulisnya tidak diketahui,. Tetapi ia mungkin uskup. Asal usulnya
biasanya dianggap dari Syria Utara, mungkin dekat Antiokhia)
Dalam
halaman 19 terjemahan Didaskalia dituliskan sebuah ketetapan demikian: “The
apostle decreed that they should make the day of Ephiphany of our saviour to
be the beginning of the yearly feast, on 6th of january (second Conun)
according to the number of the month of the Greeks”
(Rasul
menetapkan bahwa mereka harus membuat hari Ephiphany dari Juruslamat kita
menjadi awal dari hari raya tahunan, yaitu pada 6 Januari (Conun kedua)
sesuai dengan jumlah bulan dari Yunani)
Hippolytus of Rome; Commentary on the Prophet
Daniel (225 Ms)
Gereja
Koptik membuktikan bahwa berdasarkan tulisan Hyppolytus (170-236) dari Roma
dengan judul Komentar Terhadap Kitab Daniel sbb: “Coptic
Christmas is observed on the 7th day of January. The 25 December Nativity of
Christ was attested very early by Hippolytus of Rome (170–236) in his
Commentary on Daniel 4:23: “The first coming of our Lord, that in the flesh,
in which he was born at Bethlehem, took place eight days before the calends
of January, a Wednesday, in the forty-second year of the reign of Augustus,
5500 years from Adam.” Another early source is Theophilus Bishop of Caesarea
(115-181):"We ought to celebrate the birth-day of our Lord on what day
so ever the 25th of December shall happen." (Magdeburgenses, Cent. 2. c.
6. Hospinian, de orign Festorum Chirstianorum)”
(Natal
Koptik dilaksanakan pada tanggal 7 Januari. Natal Kristus pada 25 desember
dibuktikan sangat awal oleh Hippolytus dari Roma (170-236) dalam Komentar
Mengenai Daniel 4:23: "Kedatangan pertama dari Tuhan kita, dalam daging,
di mana ia dilahirkan di Betlehem, terjadi pada delapan hari sebelum bulan
Januari, hari Rabu, dalam tahun keempat puluh kedua pemerintahan Augustus,
5500 tahun dari Adam”. Sumber awal lainnya adalah Teofilus Uskup Kaisarea
(115-181) sbb: Kita harus merayakan kelahiran-hari Tuhan kita menjelang
tanggal 25 Desember " (Magdeburgenses, Cent 2.. C. 6. Hospinian, de
orign Festorum Chirstianorum)
Hippolytus
dari Roma (170 - 235) adalah teolog abad ke-3 paling penting dalam Gereja
Kristen di Roma, di mana ia mungkin lahir. Photios I dari Konstantinopel
menggambarkan dirinya dalam bukunya Bibliotheca (cod. 121) sebagai seorang
murid Irenaeus, yang mengatakan sebagai murid Polikarpus, Hipolytus berbeda
pendapat dengan para paus pada zamannya dan tampaknya telah mengepalai
sebuah kelompok skismatik sebagai saingan uskup Roma. Untuk alasan inilah dia
terkadang sebagai Anti Paus yang pertama.. Dia menentang para uskup Romawi yang
memperlunak sistem pertobatan untuk mengakomodasi sejumlah besar orang kafir
yang melakukan konversi. Sangat mungkin dia berdamai dengan Gereja
ketika dia meninggal sebagai martir.
Nama
Hippolytus terkadang dihubungkan dengan pengoleksi naskah pseudoepograpik
sebagaimana dikatakan: “Ancient Church Orders is a genre of early
Christian literature, ranging from 1st to 5th century, which has the aim to
offer authoritative "apostolic" prescriptions on matters of moral
conduct, liturgy and Church organization. These texts are extremely important
in the study of early liturgy and served as the basis for much ancient
ecclesiastical legislation.A characteristic of this genre is their
pseudepigraphic form. Many of them profess to have been handed down by the
Twelve Apostles, in some case purported to have been gathered by Clement of
Rome or by Hippolytus of Rome. In the earliest of them, the Didache, extends
to the title: The teaching of the Lord to the Gentiles by the Twelve
Apostles. The later Testamentum Domini declares itself to be the legacy left
by Jesus Christ himself to his Apostles before the Ascension, and to give his
own words and commands as to the government of the Church. Apart from the
Apostolic Constitutions, which was printed before 1563, all other texts have
been discovered and published in the 19th or early 20th century”
(Tata
Gereja Kuno adalah genre literatur Kristen awal, mulai dari Abad 1 sampai 5,
yang memiliki tujuan untuk menawarkan otoritas
"Apostolik" mengenai masalah-masalah perilaku moral, liturgi
dan organisasi Gereja. Teks-teks ini sangat penting dalam studi liturgi
awal dan berfungsi sebagai dasar bagi undang-undang gerejawi yang lebih tua.
. karakteristik dari genre ini adalah bentuk pseudepigraphic mereka. Banyak
dari mereka mengaku telah diturunkan oleh Dua Belas Rasul, dalam beberapa
kasus konon telah dikumpulkan oleh Clement dari Roma atau oleh Hippolytus
dari Roma. Yang paling awal dari naskah itu adalah, Didache yang diperluas
judulnya menjadi Ajaran Tuhan kepada orang bukan Yahudi oleh Dua Belas Rasul.
Testamentum Domini kemudian menyatakan diri sebagai warisan yang ditinggalkan
oleh Yesus Kristus sendiri untuk Rasul sebelum Kenaikan, dan untuk memberikan
kata-katanya sendiri dan perintah kepada pemerintah Gereja. Selain dari Konstitusi
Apostolik, yang dicetak. sebelum 1563, semua teks lain telah ditemukan dan
diterbitkan dalam abad ke-20 ke-19 atau awal).
Abba Demetrius (189-232 Ms)
Baba
Dimitri atau Abba Demetrius adalah Uskup/Patriarch of Alexandria (189-232
AD). Ia adalah Bishop ke-11 setelah rasul Markus. Baba Dimitri inilah yang
sangat serius melawan ajaran Origen.
Salah
satu Dokumen Penanggalan Natal pertama kali ditetapkan tahun 198 masehi oleh
Bapa Gereja Mesir; Baba Dimitri (Abba Demetrius) tsb & tahunnya disebut
tahun "Anno Martyri" (tahun setelah penganiayaan selesai).
Perhitungan itu pertama kalinya secara akurat dihitung di Mesir oleh
seorang astronom dari Gereja Koptik, namanya Batlimeus, yang pada akhir abad
kedua Masehi membuat perhitungan yang cermat atas perintah Baba Dimitri.
Batlimous
melakukan perhitungan berdasarkan penampilan bintang Siriuz & Kalender
Mesir. Ia akhirnya menemukan kelahiran Yesus terjadi pada tanggal 29
pada bulan Khiahk, atau pada tanggal 25 bulan Tebeth (kalender Yahudi).
Clement dari Alexandria (185 Ms)
Dalam
bukunya yang terkenal dengan judul L’Es Stromate (Book I, XXI) Clement
menuliskan sbb, "And there are those who have determined not only the
year of our Lord's birth, but also the day; and they say that it took place
in the twenty-eighth year of Augustus, and in the twenty-fifth day of
Pachon."
(Dan ada
orang-orang yang ditentukan tidak hanya tahun
kelahiran Tuhan kita,tetapi juga hari, dan mereka mengatakan
bahwa itu terjadi pada tahun dua puluh delapan Augustus,
dan pada hari kedua puluh lima dari Pachon). Tanggal 25 Pachon menurut kalender Mesir dan itu berarti
25 Desember menurut kalender Romawi.
Apostolic Constitutions (Book V)/Didake
Dalam
sub judul “A Catalogue of the Feasts of the Lord Which are to Be Kept, and
When Each of Them Ought to Be Observed” disebutkan sbb: “XIII.
Brethren, observe the festival days; and first of all the birthday which you
are to celebrate on the twenty-fifth of the ninth month; after which let the
Epiphany be to you the most honoured, in which the Lord made to you a display
of His own Godhead, and let it take place on the sixth of the tenth month;
after which the fast of Lent is to be observed by you as containing a
memorial of our Lord's mode of life and legislation. But let this solemnity
be observed before the fast of the passover, beginning from the second day of
the week, and ending at the day of the preparation. After which solemnities,
breaking off your fast, begin the holy week of the passover, fasting in the
same all of you with fear and trembling, praying in them for those that are
about to perish”
(XIII.
Saudara-saudara, amati hari-hari festival, dan pertama dari semua ulang tahun
yang Anda merayakannya pada tanggal dua puluh lima bulan kesembilan, setelah
yang membiarkan Epiphany adalah untuk Anda yang paling dihormati, di mana
Tuhan dibuat untuk Anda tampilan Ketuhanan-Nya sendiri, dan biarkan
berlangsung di enam bulan yang kesepuluh, setelah itu cepat Prapaskah yang
akan diamati oleh Anda sebagai berisi peringatan modus Tuhan kita hidup dan
undang-undang. Tapi biarkan kekhidmatan ini diamati sebelum cepat Paskah,
mulai dari hari kedua dalam seminggu, dan berakhir pada hari persiapan.
Setelah itu raya, putus puasa, mulai minggu suci Paskah, puasa di sama kalian
semua dengan takut dan gentar, berdoa di dalamnya bagi mereka yang akan
binasa)
Tanggapan
Atas Kesaksian Bapa Gereja dan Catatan Kuno
Mengenai
catatan Klemen dalam buku L’Es Stromate (Book I, XXI) dimana
disebut-sebut tanggal 25 Pachon sebagai kelahiran Mesias. Pachon adalah
nama salah satu bulan dalam kalender Mesir dan bulan tersebut menunjuk pada
tanggal 20 Mei sebagaimana penjelasan oleh Ed Rickard sbb, “If we reckon
Augustus' reign from the Battle of Actium, on 2 September 31 BC, when he put
down his last rival, Antony, and if we count the accession year (as was
customary in Egyptian reckoning of Roman regnal years (22)), Augustus'
twenty-eighth year on the Egyptian calendar lasted from 29 August 3 BC to 28
August 2 BC (23). The twenty-fifth day of Pachon in that year was 20 May 2 BC
(24)”
(Jika
kita memperhitungkan pemerintahan Augustus 'dari Pertempuran Actium, pada
tanggal 2 September 31 SM, ketika ia meletakkan saingannya terakhir,
Antonius, dan jika kita menghitung tahun aksesi (seperti adat dalam
perhitungan Mesir tahun regnal Romawi (22)) , dua puluh delapan tahun
Augustus 'pada kalender Mesir berlangsung dari 29 Agustus 3 SM sampai 28
Agustus 2 SM (23). Hari dua puluh lima Pachon pada tahun itu adalah 20 Mei 2
SM (24))
Dan
bulan Pachon adalah jatuh musim panas bukan musim dingin[33] dan ini tidak
cocok jika dihubungkan dengan bulan Desember yang adalah jatuh pada musim
dingin.
Mengenai
tulisan Hippolytus, Johannes Quasten dalam bukunya The Ante-Nicene
Literature after Irenaeus, vol. 2, Patrology mengatakan bahwa
bahwa referensi untuk Desember 25 merupakan koreksi akhir dari tanggal
sebenarnya dinyatakan oleh penulis yaitu 2 April. Hippolytus mempertahankan
dua penanggalan dalam naskah yang sama. Ada dua alasan yang menunjukkan bahwa
kemungkinan bahwa 2 April adalah pembacaan asli yaitu: Pertama,
ditemukannya karya Hippolytus yang hilang dengan judul De Pascha
Computus dimana dicantumkan bahwa kelahiran Yesus pada saat Paskah yaitu
sekitar April. Kedua, dalam Museum Lateran di Roma tersimpan patung
Hippolytus dan di dalam patung ada tertulis penanggalan Paskah untuk tahun
222-333, dan disamping penanggalan tersebut tertulis angka 2 April dengan
disertai penjelasan “kelahiran” Yesus. Tidak diragukan lagi patung itu
dimaksudkan untuk menghormati Hippolytus sebagai orang yang menghitung
tanggal Paskah di masa depan. Penanggalan 2 April diduga adalah anggapan yang
pertama diyakini oleh Hippolytus.
Mengenai
catatan yang bersumber dari Kitab Didake dan Didaskalia.
Keberadaan kitab ini masih menjadi kontroversi dalam catatan para sarjana
Kitab Suci. Gereja Orthodok memasukkan Kitab Didake dalam daftar
kanonnya yang berjumlah 81 kitab. Sementara Katolik, Orthodox, Protestan
tidak memasukkan dalam daftar kanon namun menjadikan kitab tersebut sebagai
sumber sejarah yang mengungkap kehidupan jemaat perdana.
Kontroversi
terkait dengan kepenulisan dan kapan kitab ini ditulis. Kepenulisan kitab
tersebut masih dipertanyakan apakah ditulis oleh rasul-rasul sebagaimana
klaim penulis kitab tersebut atau ditulis beberapa ratus kemudian oleh murid
yang mengatasnamakan rasul-rasul, tidaklah dapat dipastikan.
Kapan
kitab ini mulai ditulis masih simpang siur. Ada yang menempatkan pada Abad IV
Ms dan ada pula yang menempatkan pada Abad I Ms. Keberadaan kitab Didake
memang sudah disinggung dalam tulisan para Bapa Gereja seperti Eusebeius,
Athanasius, Clement
Terhadap
nilai kitab Didake yang masih dipertanyakan kehistorisannya dengan para
rasul, sekalipun isinya sangat bermanfaat bagi petunjuk moral Kristiani,
namun catatan penanggalan yang diberikan belum dapat dijadikan bukti
keakuratan pernyataan bahwa Yesus Sang Mesias lahir pada tanggal 25 Desember.
Mengenai
catatan Abba Demetrius dan Chronography 354 kemungkinan keduanya telah
mendapat dari dua informasi yaitu dari Kitab Didake atau Didascalia
Apostolurum dan yang kedua dari Cerinthus. Tarikh Kitab Didake diperkirakan
sekitar tahun 70 Ms – 100 Ms sementara
bidat Cerinthus hidup sekitar tahun 100 Ms. Informasi paling tua mengenai
penanggalan kelahiran Yesus 25 Desember hanyalah dari dua sumber tersebut dan
akurasi informasi tersebut. Jika keberadaan Cerinthus lebih tua dari Kitab
Didake maka bisa jadi Cerinthus bidat Gnostik tersebut telah memberikan andil
bagi penyebarluasan berita yang diragukan kebenarannya tersebut. Jika para
rasul yang mendapatkan informasi mengenai kelahiran Yesus, mengapa tidak
dicantumkan dalam Kisah Para Rasul dan dicantumkan dalam sebuah kitab yang
tidak terkanonisasi dan masih menjadi bahan perdebatan kesahihannya dengan
karya para rasul.
Apakah
Tanggal 25 Desember Cocok Dengan Kesaksian Lukas 1:26-38?
Dari
semua kesaksian sekunder dari Hyppolitus, Clement, Kalender Philocalus yang
berisi Chronography 354 Ms, Abba Demetrius serta Didascalia Apostolorum
semuanya menunjuk pada tanggal 25 Desember menurut kalender Gregorian dan
tanggal 6 Januari menurut kalender Julian. Tinggal kita sekarang menguji
apakah penanggalan 25 Desember itu cocok dengan kesaksian Lukas 1:26-38?
Sensus
Penduduk
Luk
2:1-2, Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh
mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama
kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Mulai kapan
Kaisar Agustus memerintah? Menurut M.C. Tenney dalam New Testament Times
menyebutkan bahwa Kirenius memerintah sebagai wali negeri Syria pada tahun 6
SM. Saat itulah sensus penduduk dilaksanakan. Ada dua sensus yang
dilaksanakan oleh Kirenius (Quirinius) namun ada beberapa perbedaan pemahaman
diantara para peneliti sejarah. Dr. E. Jerry Vardaman dalam bukunya
Chronos, Kairos, Christos mengatakan sensus dilaksanakan setiap 17 tahun
sekali dan sensus pertama jatuh tahun 12 sM dan sensus kedua jatuh pada tahun
6 Ms. Pernyataan Dr. E. Jerry Vardaman dikuatkan oleh hasil penemuan
arkeologi berupa batu nisan seorang perwira Romawi yang mengerjakan sensus di
kota Apamea, Syria. Dalam batu nisan itu tertulis Lapis Venetus (batu
Venesia) dengan angka tahun 10 sM. Sementara Blaiklock dalam bukunya Out
of Earth menuliskan bahwa sensus diadakan setiap 14 tahun sekali. Sensus
pertama jatuh tahun 104 sM dan sensus kedua jatuh pada tahun 7 atau 8 Ms.
Pertanyaannya
adalah, apakah mungkin di bulan Desember dengan cuaca dingin dan bersalju
pemerintahan Romawi melalui Kirenius akan melaksanakan sensus penduduk?
Bukankah ini akan memicu pemberontakan?
Kain Lampin
Luk
2:6-7 Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk
bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu
dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak
ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
Bagaimana
mungkin dalam musim dingin dan bersalju bayi Yesus hanya dikenakan kain
lampin? Dalam konteks dunia modern, suhu di Betlehem adalah 57 s/d. 42
derajat Fahrenheit (13,8 s/d. 5,5 derajat Celcius) sementara pada bulan
Januari semakin meningkat intensitas dinginnya menjadi 53 s/d. 39 derajat
Fahrenheit (11,6 s/d. 3,8 derajat Celcius). Pada zaman Yesus tentu belum ada
pakaian hangat yang dapat melindungi secara utuh dari cuaca dingin sehingga
penggunaan kain lampin di bulan Desember atau Januari justru sangat tidak
mungkin.
Para Gembala Domba
Luk
2:8-9 Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang
menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang
malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka
dan mereka sangat ketakutan.
Dr.
William Arndt From the Nile to the Watersof Damascus menjelaskan, “Scholars
have pointed out that the considerably lower altitude of the field may not be
without significance, but may explain why even in winter shepherds would not
find these fields too cold for their flocks” (Para ahli telah menunjukkan
bahwa ketinggian yang jauh lebih rendah dari sebuah padang tidak dapat tanpa
sebuah makna, tetapi mungkin menjelaskan mengapa bahkan di musim dingin
gembala tidak akan menemukan padang ini terlalu dingin untuk ternak mereka).
Adam
Clare’s dalam Clarke's Commentary, Vol. V, p. 370 memberikan
komentar perihal ketidakmungkinan para gembala menggembalakan domba di bulan
Desember dengan mengatakan, “It was a custom among the Jews to send out
their sheep to the deserts [wilderness], about thepassover[sic], and bring
them home at the commencement of the firstrain: during the time they were
out, the shepherds watched them night and day. As the passover [sic] occurred
in the spring, and the first rain began early in the month of Marchesvan,
which answers to part of our October and November, we find that the sheep
were kept out in the open country during the whole of thesummer. And as these
shepherds had not yet brought home their flocks, it is a presumptive argument
that October had not yet commenced, and that, consequently, our Lord was not
born on the 25th of December, when no flocks were out in the fields; nor
could He have been born later than September, as the flocks were still in the
fields by night. On this very ground thenativityin December should be given
up. The feeding of the flocks by night in the fields is a chronological fact,
which casts considerable light on this disputed point”
(Selama
domba-domba berada di luar, para penggembala mengawasinya siang dan malam.
Bila. hujan pertama mulai turun pada bulan Marchesvan, atau antara bulan
Oktober dan November, ternak-ternak itu mulai dimasukkan ke kandangnya. Kita
pun mengetahui bahwa domba-domba itu dilepas di padang terbuka selama musim
panas. Karena para penggembala belum membawa pulang domba-dombanya, berarti
bulan Oktober belum tiba. Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan bahwa
Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, ketika tidak ada domba-domba
berkeliaran di padang terbuka di malam hari. Juga tidak mungkin dia lahir
setelah bulan September, karena di bulan inilah domba-domba masih berada di
padang waktu malam. Dari berbagai bukti inilah, kemungkinan lahir di bulan
Desember itu harus disingkirkan. Memberi makan ternak di malam hari di ladang
adalah fakta kronologis, yang melemparkan cahaya yang cukup besar untuk
diperdebatkan pada titik ini).
Ada
beberapa orang yang berusaha untuk membuktikan bahwa salju tidak turun selama
bulan Desember sehingga mereka berusaha membuktikan bahwa saat Natal tanggal
25 Desember di Betlehem, cuaca sangat memungkinkan bagi gembala untuk
menggembalakan ternaknya. Namun yang menjadi persoalan, dalam cuaca yang
dingin dan malam hari, apakah mungkin para gembala duduk-duduk mengawasi
domba-dombanya?
Mereka
yang berusaha membuktikan tidak adanya saljud di bulan Desember di Betlehem
sesungguhnya sedang berhadapan dengan dilema berikut ini. Jika benar bulan
Desember di Betlehem tidak ada salju atau hanya salju kiriman, lalu bagaimana
mereka menjelaskan citra dan gambaran Natal/Christmass 25 Desember dengan
salju tebalnya? Darimana pencitraan ini muncul jika bukan dihubungkan dengan
fakta cuaca dingin dan bersalju bukan hanya di belahan Eropa dan Amerika
namun juga di Betlehem?
Perayaan
Mana Yang Dirayakan Gereja Perdana?
Rasul-rasul
tidak pernah memerintahkan bahkan menetapkan perayaan Natal/Christmass 25
Desember dengan segala pernak-pernik konsumeristis sebagaimana diperlihatkan
dalam dunia komersial yang menyelinap dalam bungkus agama. Tidak ada Santa
Klaus, tidak ada pohon cemara, tidak ada salju, tidak ada kereta rusa dll.
Sejarah telah membuktikan asal usul paganisme perayaan Natal/Christmass 25
Desember. Perayaan ini disebarluaskan oleh Cerinthus dan diasimilasikan dalam
Kekristenan dengan perayaan terhadap Saturnalia dengan kekuatan politik
Konstantin.
Lalu
hari raya apa yang dilaksanakan oleh rasul-rasul Perjanjian Baru? Bukti-bukti
induktif dalam Kitab Perjanjian Baru menunjukkan bagaimana Yesus dan
rasul-rasulnya tetap melestarikan dan merayakan hari-hari raya tersebut.
Yesus merayakan Paskah sebagaimana dilaporkan dalam Matius 26:17-18 (Band.
Luk 22:1,7) sbb: “Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus
kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan
perjamuan Paskah bagi-Mu?" Jawab Yesus: "Pergilah ke kota kepada si
Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam
rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku”.
Yesus
merayakan Pondok Daun atau Sukkot sebagaimana dilaporkan dalam
Yohanes 77:1-2 sbb: “Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia
tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha
untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi,
yaitu hari raya Pondok Daun”.
Bukan
hanya Yesus namun para rasulpun memelihara dan merayakan hari-hari raya yang
ditetapkan oleh YHWH sebanyak tujuh perayaan (Sheva Moedim) sebagaimana
dilaporkan berikut ini.
Rasul
Paul merayakan hari raya Pentakosta atau Shavuot sebagaimana
dilaporkan dalam Kisah Rasul 20:16 (Band. Kis 2:10, 1 Kor 16:8), “Paulus
telah memutuskan untuk tidak singgah di Efesus, supaya jangan habis waktunya
di Asia. Sebab ia buru-buru, agar jika mungkin, ia telah berada di Yerusalem
pada hari raya Pentakosta”.
Rasul
Paul merayakan hari raya Pendamaian atau Yom Kippur sebagaimana dikatakan
Kisah Rasul 27:9, “Sementara itu sudah banyak waktu yang hilang. Waktu puasa sudah lampau dan sudah
berbahaya untuk melanjutkan pelayaran. Sebab itu Paulus memperingatkan
mereka, katanya...”. Frasa “waktu puasa merujuk pada Perayaan Yom Kippur
yang ditandai dengan berpuasa dari petang sampai petang.
Dan Bapa
Gereja Tertulianus memberikan kesaksian bagaimana umat Kristen pada waktu itu
masih memelihara hari-hari raya tersebut. Tertulianus menyebut nama perayaan
dua hari raya dari Tujuh Hari Raya (sheva moedim) yaitu Pesakh dan Pentakosta
dalam karyanya De Corona pada Bab III dan On Baptism pada Bab 20. Bahkan
Catholic Encylopedia menyampaikan penjelasan Tertulianus mengenai hubungan
Paskah dengan kebangkitan Yesus sbb, “The connection between the Jewish
Passover and the Christian feast of Easter is real and ideal. Real, since
Christ died on the first Jewish Easter Day; ideal, like the relation between
type and reality, because Christ's death and Resurrection had its figures and
types in the Old Law, particularly in the paschal lamb, which was eaten
towards evening of the 14th of Nisan”(Hubungan antara Paskah Yahudi dan
Kristen hari raya Paskah adalah nyata dan ideal. Karena kematian dan
kebangkitan Kristus, seperti hubungan antara bayangan dan realitas dalam
Perjanjian Lama, khususnya dalam korban Paskah yang dimakan menjelang malam
hari dari 14 bulan Nisan.
Yohanes
Chrisostomos (347-407 Ms) pada tahun 387 Ms dalam kotbahnya mengatakan
demikian, “The festivals of the pitiful and miserable Jews are soon to
march upon us one after the other and in quick succession: the feast of
Trumpets, the feast of Tabernacles, the fasts. There are many in our ranks
who say they think as we do...If
the Jewish ceremonies are venerable and great, ours are lies...Does
God hate their festivals and do you share in them? He did not say this or
that festival, but all of them together”
(hari
raya-hari raya orang Yahudi yang menyedihkan dan menyengsarakan akan segera
berbaris kepada kita satu demi satu dan dalam suksesi yang cepat: hari raya
Sangkakala, hari raya Pondok Daun, puasa. Ada banyak di kalangan kita yang
mengatakan bahwa mereka berpikir seperti yang kita lakukan ...Jika upacara Yahudi mulia dan agung, maka
kita adalah kebohongan ...Apakah Tuhan membenci perayaan mereka
dan apakah anda berbagi di dalamnya? Dia tidak mengatakan perayaan ini atau
itu, namun semua dari mereka secara bersamaan)
Pernyataan
Chrisostomos yang perlu digarisbawahi, “If the Jewish ceremonies are
venerable and great, ours are lies......(Jika upacara Yahudi mulia dan
agung, maka kita adalah kebohongan). Demikian pula jika kita berhasil
membuktikan bahwa Natal/Christmass 25 Desember bukan berasal dari Yesus dan
rasulnya serta berhasil menegakkan dalil signifikasi Tujuh Hari Raya YHWH
yang ditetapkan di Sinai (Im 23) yang disebut Sheva Moedim, maka
gugurlah hari-hari raya hasil modifikasi manusia. Waktulah yang
membuktikan....
|
Kontroversi
Sang Paus: Yesus Lahir Lebih Awal dari yang Diyakini
Kalender masehi yang
didasarkan kelahiran Yesus ternyata didasarkan pada penghitungan yang salah.
Paus Benediktus XVI mengklaim bahwa Yesus sebenarnya lahir lebih awal beberapa
tahun dari yang selama ini diyakini.
Salah penghitungan
tersebut dilakukan oleh seorang biarawan bernama Dionysius Exiguus dari abad
ke-6, yang menciptakan kalender masehi tersebut. Demikian klaim Paus yang
berusia 85 tahun ini dalam buku barunya yang berjudul ‘Jesus of Nazareth:
The Infancy Narratives‘, yang dirilis beberapa hari lalu.
“Penghitungan awal
kalender kita — didasarkan pada kelahiran Yesus — dibuat oleh Dionysius
Exiguus, yang ternyata telah membuat kesalahan dalam penghitungannya sekitar
beberapa tahun,” tulis Paus dalam bukunya, seperti dilansir detik.com.
“Tanggal kelahiran
Yesus yang sebenarnya lebih cepat beberapa tahun,” imbuhnya.
Dionysius Exiguus yang
juga dijuluki ‘Dennis the Small’ selama ini diberi gelar sebagai ‘penemu’
kalender modern dan penemu konsep era Anno Domini atau yang dikenal sebagai AD.
Dia menciptakan sistem baru untuk membagi jarak pada kalender saat itu, yang
masih didasarkan pada tahun saat dimulainya pendudukan kekaisaran Roma,
Diocletian.
Kekaisaran itulah yang
menganiaya penganut Kristen, sehingga sistem penghitungannya diganti dengan
sistem yang baru dengan didasarkan pada kelahiran Yesus. Kalender yang
diciptakan Dionysius ini kemudian diberlakukan secara luas di wilayah Eropa
setelah diadopsi oleh seorang biarawan sejarah bernama Venerable Bede.
Kendati demikian,
bagaimana cara Dionysius menghitung kelahiran Yesus juga tidak jelas. Selain
itu, isu soal salah penghitungan ini juga bukan hal baru, terutama di kalangan
akademisi dunia. Banyak sejarawan yang menyakini bahwa Yesus sebenarnya lahir
antara 7BC hingga 2BC atau antara 6BC hingga 4BC (BC=Before Christ-red). Apa
yang dilakukan Paus melalui bukunya, hanya mengangkat kembali permasalahan
tersebut.
Diketahui bahwa Kitab
Injil sendiri tidak menyebutkan secara mendetail tanggal kelahiran Yesus.
Diperkirakan, Dionysius mendasarkan penghitungannya pada referensi usia Yesus
memulai pelayanan dan fakta ketika Yesus dibaptis saat masa kekaisaran
Tiberius.
“Tidak ada referensi
tentang kapan Yesus lahir di dalam Alkitab — kita semua tahu dia lahir saat
masa kepemimpinan Herodes, yang meninggal sebelum 1AD. Telah disimpulkan sejak
lama bahwa Yesus lahir sebelum 1AD — tapi tidak ada yang tahu pasti,” jelas
Profesor Penafsiran Kitab Suci pada Oriel College, Oxford University,
kepada The Daily Telegraph.
Sedangkan gagasan
perayaan kelahiran Yesus pada setiap 25 Desember sebenarnya tidak didasarkan
pada fakta sejarah. “Kita bahkan tidak tahu saat musim apa Yesus lahir. Seluruh
gagasan untuk merayakan kelahirannya di saat masa-masa terkelam dalam setahun
mungkin dipicu oleh tradisi yang kuat dan tradisi musim dingin,” tandasnya.
Dalam bukunya ini, Paus
juga mengangkat soal kontroversi lainnya, seperti soal lokasi kelahiran Yesus
yang selama ini diyakini di sebuah kandang ternak tradisional. Kemudian juga
soal tempat kelahiran Yesus, yang selama ini diyakini bahwa Yesus lahir di
Nazareth dan bukan di Bethlehem.
Hari
Natal Bukan Hari Kelahiran Yesus Tapi Hari Peringatan Berhala, Masak Sih?
Selama ini, umat
Kristiani meyakini bahwa Natal yang diperingati sebagai hari kelahiran Yesus
jatuh pada setiap tanggal 25 Desember. Keyakinan tersebut sedemikian kuat
sehingga setiap tahunnya umat Kristen dan Katolik selalu memperingatinya dengan
perayaan-perayaan tertentu. Gereja Vatikan Roma pun menggelar misa khusus untuk
memperingati hari kelahiran Yesus Kristus itu.
Natal berasal dari
bahasa Portugis yang berarti "kelahiran". Kedatangan Natal, biasanya
diramaikan dengan pernak-pernik Santa Clause atau biasa disebut dengan
Sinterklas serta pohon-pohon Natal (aku menyebutnya pohon cemara) buatan
lengkap dengan pernak-perniknya. Sementara di wilayah-wilayah Eropa, Natal
identik dengan salju. Pada negara-negara yang berbahasa Arab, Natal disebut dengan Idul Milad.
Bagiku, pernak-pernik adanya sinterklas, pohon cemara, dan salju merupakan hal
yang mengusik nalar. Betapa tidak, sebuah peringatan hari kelahiran Yesus
Kristus yang dilahirkan di kawasan timur tengah kok diramaikan dengan
sinterklas, pohon natal cemara, dan salju. Demikianlah kegusaranku sejak SMP.
Meskipun demikian, aku seneng aja melihat film-film spesial Natal di RCTI.
Waktu SD-SMP, Home Alone adalah film favoritku yang sering diputar RCTI setiap
menjelang hari Natal. :D
Dalam tradisi barat,
peringatan Natal juga mengandung aspek non-agamawi. Sebagian besar tradisi
Natal berasal dari tradisi pra-Kristen barat yang diadopsi ke dalam tradisi
Kristiani. Selain itu, peringatan Natal dalam tradisi barat (yang kian
mendunia) ditandai dengan bertukar hadiah antara teman dan anggota keluarga
serta datangnya Santa Claus atau
Sinterklas. Tradisi Natal yang kehilangan nilai-nilai unsur
agamawi khususnya ke-kristen-an ini seperti halnya perayaan Tahun Baru Hijriyah
(Tahun Baru Islam) yang “diganti” dengan malam 1 Suro. Pada akhirnya,
nilai-nilai keislaman pada malam pergantian
tahun Hijriyah justru dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan kejahiliyahan
yang sangat bertentangan dengan spirit Islam. Sebagai misal, perayaan malam 1
Suro di Solo dengan tradisi arak-arakan Kerbau Kyai
Slamet yang semakin dipopulerkan.
Banyaknya
simbol-simbol, yang menurutku tidak pas dengan peringatan kelahiran Yesus,
membuatku bertanya-tanya apa memang Natal benar-benar hari kelahiran Yesus
(baik versi Kristen atau Islam)? Atau, jangan-jangan hari Natal sebenarnya
memanglah bukan hari kelahiran Yesus? Dua pertanyaan itulah yang antara lain
membuatku bertanya-tanya.
Jawaban atas
pertanyaanku pun akhirnya mulai datang.
Sekitar setahun lampau, aku memperoleh informasi bahwa seorang
astronom Australia, David Reneke
memprediksi kelahiran Yesus Kristus bukan jatuh pada tanggal 25 Desember,
seperti yang dirayakan umat Kristiani sedunia seperti sekarang ini.
Dalam keterangannya
yang kala itu dilansir Telegraph, Reneke mengungkapkan jika
ditilik dari peristiwa 'bintang terang natal' di Betlehem 2000 tahun silam,
seharusnya Natal jatuh pada
tanggal 17 Juni. Bintang terang natal itulah yang
dikisahkan dalam tradisi Kristiani menuntun tiga orang majus pada bayi Yesus Kristus
untuk mempersembahkan mur, emas, dan kemenyan.
Penelitian yang
dilakukan oleh astronom mengasumsikan, bintang terang natal atau lebih dikenal
bintang Betlehem yang terlihat di langit, merupakan kombinasi planet Venus dan
Jupiter. Ketika itu, kedua planet berada pada posisi terdekat dan menjadikannya
lebih bersinar terang dari biasanya.
David Reneke menggunakan sebuah
program komputer (software) yang sangat kompleks dan rumit untuk memastikan
posisi langit pada malam kelahiran Yesus di Betlehem 2000 tahun silam.
"Kami memang
memiliki software yang dapat memetakan ulang kondisi langit malam hari di
setiap waktu hingga beberapa ribu tahun silam, dan kami menggunakannya untuk
melihat kembali ke waktu kelahiran Yesus," kata Reneke, yang juga seorang
pengajar ilmu astronomi dan editor majalah Sky and Space.
Reneke dan timnya melakukan
penelusuran dengan panduan injil Matius. Kisah kelahiran Yesus menurut injil
Matius dijadikan sebagai referensi untuk mengetahui peristiwa Natal. Reneke
mengatakan ia dan timnya tidak mencoba untuk menghina suatu agama. Tapi,
penelitian itu dapat menunjukkan memang ada obyek bercahaya terang 2000 tahun
silam.
"Meskipun kita
sering mempertentangan ilmu dan agama yang sering mengecewakan orang. Tapi
dalam kasus ini, saya kira justru dapat memperkuat keimanan dan keyakinan
seseorang," kata Reneke.
Temuan Dave Reneke a.k.a David Reneke mungkin bukanlah
isapan jempol belaka. Penemuan astronom
setahun lampau tersebut semakin menjawab tentang
ketidaktepatan dan ketidakvalidan peringatan Kelahiran Yesus setiap tanggal 25
Desember. Penetapan tanggal 25 Desember sebagai hari Natal telah menuai
kontroversi sejak dahulu. Peringatan hari Natal pada tanggal 25 Desember
sebagai hari kelahiran Yesus Kristus itupun ternyata hanya dirayakan oleh
Gereja Barat, sedangkan Gereja Timur tidak mengakui Natal pada 25 Desember
tersebut.
Diantara alasan
penolakan tersebut adalah sebagaimana banyak diungkap oleh para sejarawan yang
menyatakan bahwa 25 Desember tersebut sebenarnya merupakan tanggal kelahiran
banyak dewa pagan seperti Osiris,
Attis,
Tammuz,
Adonis,
Dionisius,
dan lain-lain.. Artinya, perayaan hari Natal sejatinya adalah perayaan kelahiran
berhala-berhala dan dewa-dewa.
Tokoh-tokoh Kristen
anti akulturasi dan bid'ah pun angkat bicara. Diantara tokoh Nasrani
yang menolak kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember adalah Pastor Herbert W.
Amstrong. Ia merupakan seorang sejarawan Kristen yang
menentang banyak hal tentang Natal pada tanggal 25 Desember. Yang banyak orang
tidak mengetahui, keseluruhan dasar bangunan kekristenan sekarang ini
sesungguhnya dibangun atas kerangka dasar ritus
pembaharuan Osirian di Mesir kuno, kecuali jika anda
menyebutnya sebagai sebuah KEBETULAN. Beberapa di antara “KEBETULAN” itu antara
lain:
Yesus dianggap anak
Allah, ini sama dengan keyakinan kultus Dionisius yang sudah ada berabad
sebelum Yesus lahir.
Yesus dilahirkan di
kandang, ini sama seperti kisah Horus
yang lahir di kuil-kandang Dewi Isis.
Yesus mengubah air
menjadi anggur dalam perkawinan di Qana, ini sama seperti apa yang dilakukan
Dionisius.
Yesus membangkitkan
orang dari kematian dan menyembuhkan si buta, ini sama seperti Dewa Aesculapius;
Yesus diyakini bangkit
dari kematian di makam batu, sama seperti Mithra.
Yesus mengadakan
perjamuan terakhir dengan roti dan anggur di mana sampai sekarang ritual ini
masih tetap berjalan di gereja-gereja, padahal ritual roti dan anggur merupakan
simbolisasi penting dalam tradisi Osirian, dan juga hampir semua ritual pagan
yang memuja Dewa Yang Mati seperti halnya pemuja Dionisius dan Tammuz;
Yesus menyebut dirinya
penggembala yang baik, ini meniru peran Tammuz, yang berabad sebelumnya telah
dikenal sebagai Dewa Penggembala;
Istilah ‘The Christ’
pada awal kekristenan tertulis ‘Christos’, sering tertukar dengan kata lain
dalam bahasa Yunani, Chrestos,
yang berarti baik hati atau lembut. Sejumlah manuskrip Injil berbahasa Yunani
dari masa awal malah menggunakan kata Chrestos di tempat yang seharusnya
ditulis dengan Christos. Orang-orang di masa itu sudah lazim mengenal Chrestos
sebagai salah satu julukan Isis. Sebuah inskripsi di Delos bertuliskan Chreste
Isis.
Dalam Injil Yohanes 12: 24,
Yesus mengatakan, “Seandainya biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia
tetap satu biji saja, tetapi jika dia mati ia akan menghasilkan banyak buah”.
Perumpamaan dan konsep ini jelas berasal dari konsep ritual Osirian;
Dalam Injil Yohanes
14:2 Yesus mengatakan, “Di rumah bapakku banyak tempat tinggal.” Ini
benar-benar berasal dari Osiris dan dicopy-paste dari Book of the Dead,Kitab
Orang Mati Mesir Kuno yang dipercaya disimpan di kota kematian, Hamunaptra
Ini baru sebagian contoh.
Pastor Armstrong,
dalam bukunya “The Plain Truth
About Christmas”, menegaskan jika Natal yang berasal
dari Katolik Roma bukanlah ajaran Bible (Alkitab), dan Yesus pun tidak pernah memerintah
para muridnya untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang masuk dalam ajaran
Kristen Katolik Roma pada abad ke empat ini adalah berasal dari upacara adat
masyarakat paganisme.
“Karena perayaan Natal
berasal dari Katolik Roma, dan tidak memiliki dasar dari kitab suci, maka
marilah kita dengarkan penjelasan dari Katolik Roma dalam Catholic Encyclopedia,
edisi 1911, dengan judul ‘Christmas’,
anda akan menemukan kalimat yang berbunyi: “Christmas was not among the
earliest festivals of church, the first evidence of the feast is from Egypt.
Pagan custom centering around the January calends gravitated to christmas. “
Dalam Ensiklopedi itu
pula, dengan judul “Natal Day”,
Bapak Katolik pertama, mengakui jika, “In the Scnptures, no one is recorded
to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is only
sinners (like Pharaoh and Herold) who make great rejoicings over the day in
which they were born into the world.“
Encyclopedia Britannica
(1946), menjelaskan, “Natal bukanlah upacara-upacara awal gereja. Yesus Kristus
atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible (Alkitab) juga
tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan
kafir penyembah berhala.”
Encyclopedia Americana
(1944) menyatakan, “Christmas…it was according to many authorities, not
celebrated in ihe first centuries of the Christian church, as the Christian
usage in gene.ral was to celebrate the death of remarkable persons rather than
their birth… ” (The “Communion”, which is instituted by New Testament Bible
authority, is a memorial of the death of Christ.) “A feast was established in
memory of this even (Christ’s birth) in the fourth century. In the fifth
century the Westem Church ordered it fo be celebrated forever on the day of the
old Roman feast of the birth of Sol, as no certain knowledge of the day of
Christ’s birth existed.” Sebab tidak seorang pun yang mengetahui hari kelahiran
Yesus.”
Adalah fakta sejarah
jika pada abad pertama masehi hingga abad ke tiga, perayaan Natal tidak pernah
dilakukan oleh umat Kristen. Baru setelah abad keempat, perayaan ini mulai
diselenggarakan oleh orang-orang Barat, Roma, dan Gereja. Menjelang abad
kelima, Gereja Roma memerintahkan untuk merayakannya sebagai hari raya umat Kristen
yang resmi.
Analisa lain mengenai
mustahilnya Yesus dilahirkan pada tanggal 25 Desember adalah adanya fakta bahwa
pada bulan Desember - Januari, di daerah Timur Tengah, justru mengalami musim
dingin, sehingga sangat tidak masuk akal untuk menggembalakan hewan pada
waktu-waktu tersebut. Sedangkan dalam Injil disebutkan bahwa lahirnya Yesus
ditandai dengan cerita adanya para gembala yang sedang menggembalakan hewan
peliharaan mereka.
Pastor Herbert W.
Amstrong juga menyangkal pandangan resmi gereja Roma tentang kelahiran Yesus.
“Amat mustahil jika Yesus dilahirkan pada musim dingin! (Di wilayah Yudea,
setiap bulan Desember adalah musim salju dan hawanya sangat dingin). Saya
berpegangan pada Injil Lukas 2:11 yang menceritakan suasana di saat
kelahiran Yesus sebagai berikut:
"Di daerah itu
ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada
waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan
kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.. Lalu
kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku
memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir
bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, di kota Daud."
Amstrong melanjutkan, “Tidak
mungkin para penggembala ternak itu berada di padang Yudea pada bulan Desember.
Biasanya mereka melepas ternak ke padang dan lereng-lereng gunung. Paling
lambat tanggal 15 Oktober, ternak tersebut sudah dimasukkan ke kandangnya untuk
menghindari hujan dan hawa dingin yang menggigil. Bibel sendiri dalam
Perjanjian Lama, kita Kidung Agung 2: dan Ezra 10:9, 13 menjelaskan bahwa bila
musim dingin tiba, tidak mungkin pada gembala dan ternaknya berada di padang
terbuka di malam hari.”
New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge
dalam artikelnya yang berjudul "Christmas"
menguraikan dengan jelas sebagai berikut: "Sungguh banyak tanggal
perayaan yang terkait pada kepercayaan kafir Brumalia (25 Desember) sebagai
kelanjutan dari perayaan Saturnalia (17-24 Desember), dan perayaan menjelang
akhir tahun, serta festival menyambut kelahiran matahari baru. Adat kepercayaan
Pagan Brumalia dan Saturnalia yang sudah sangat populer di masyarakat itu
diambil Kriste. Perayaan ini dilestarikan oleh Kristen dengan sedikit mengubah
jiwa dan tata caranya. Para pendeta Kristen di Barat dan di Timur Dekat
menentang perayaan kelahiran Yesus Kristus yang meniru agama berhala ini. Di
samping itu Kristen Mesopatamia menuding Kristen Barat telah mengadopsi model
penyembahan kepada dewa Matahari."
Perlu diingat,
menjelang abad pertama sampai pada abad keempat Masehi, dunia dikuasai oleh
imperium Romawi yang paganis politeisme. Sejak agama Kristen masih kecil sampai
berkembang pesat, para pemeluknya dikejar-kejar dan disiksa oleh penguasa
Romawi. Setelah Konstantin naik tahta menjadi kaisar, kemudian memeluk agama
Kristen pada abad ke-4 M. dan menempatkan agama sejajar dengan agama kafir
Roma, banyak rakyat yang berbondong-bondong memeluk agama Kristen.
Tetapi karena mereka
sudah terbiasa merayakan hari kelahiran dewa-dewanya pada tanggal 25 Desember,
mengakibatkan adat tersebut sulit dihilangkan. Perayaan ini adalah pesta-pora
dengan penuh kemeriahan, dan sangat disenangi oleh rakyat. Mereka tidak ingin
kehilangan hari kegembiraan seperti itu.
Oleh karena itu, meski
sudah beragama Kristen, mereka tetap melestarikan upacara adat itu. Di dalam
artikel yang sama, New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge
menjelaskan bagaimana kaisar Konstantin tetap merayakan hari "Sunday"
sebagai hari kelahiran Dewa Matahari. (Sun = Matahari, Day = Hari). Dan
bagaimana pengaruh kepercayaan kafir Manichaeisme yang menyamakan Anak Tuhan
(Yesus) identik dengan Matahari, yang kemudian pada abad ke-4 Masehi
kepercayaan itu masuk dalam agama Kristen. Sehingga perayaan hari kelahiran
Sun-God (Dewa Matahari) yang jatuh pada tanggal 25 Desember, diresmikan menjadi
hari kelahiran Son of God (Anak Tuhan - Yesus).
Demikianlah, ujar
Amstrong, asal usul "Christmas"
yang dilestarikan oleh dunia Barat hingga kini. Walau namanya diubah jadi
selain Sun-day, Son of God, Christmas, atau Natal, pada hakikatnya sama dengan
merayakan hari kelahiran dewa Matahari.
Encyclopaedia
Britannica mengatakan: "Kemungkinan besar bangsa Latin/Roma sejak
tahun 354 M. telah mengganti hari kelahiran dewa Matahari dari tanggal 6
Januari ke 25 Desember, yang merupakan hari kelahiran Anak dewa Mithra atau
kelahiran dewa Matahari yang tak terkalahkan. Tindakan ini mengakibatkan
orang-orang Kristen Syiria dan Armenia marah-marah. Karena sudah terbiasa merayakan
hari kelahiran Yesus pada tanggal 6 Januari, mereka mengecam bahwa perayaan
tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran Dewa Matahari yang dipercayai
oleh bangsa Romawi. Penyusupan ajaran ini ke dalam agama Kristen, dilakukan
oleh Cerinthus…"
Uraian di atas menjawab
pertanyaanku tentang apakah Natal benar-benar hari kelahiran Yesus. Jawabannya
ternyata tidak. Natal sangat tidak tepat dikatakan sebagai hari kelahiran
Yesus. Sementara, pertanyaan sekunderku tentang munculnya beragam asesoris dan
pernak-pernik di hari Natal seperti pohon cemara Natal dan Sinterklas masih
belum terjawab. Namun, setelah membaca kutipan Encyclopaedia Britannica halaman
648-649 (kalau tidak salah) pada edisi kesebelas, pertanyaan mengenai siapa dan
bagaimana asal mula sinterklas muncul menjadi terjawab.
Disebutkan dalam
Encyclopedia Britannica halaman 648-649 edisi kesebelas: “St Nicholas,
bishop of Myra, a saint honored by the Greek and Latins on the 6th of
December…a Legend of his surreptitious bestowal bf dowries on the three
daughters of an impoverished citizen…is said to have originated the old custom
of giving present in secret on the Eve of St. Nicholas (Dec 6), subsequently
transferred to Christmas day. Hence the association of Christmas with Santa
Claus.”. Ternyata, Sinterklas adalah ciptaan seorang Pastur yang bernama “Santo
Nicolas” yang hidup pada abad ke empat Masehi. Waktu awal-awal sosialisasi
perayaan hari Natal pada tanggal 25 Desember, menyeleweng dari tradisi
sebelumnya.
Mengenai Pohon Natal
atau Pohon Cemara atau juga disebut dengan pohon Terang, aku memperoleh jawaban
dari kutipan buku Answer to Questions,
tulisan Frederick J. Haskins.
Menurut Frederick J. Haskins dalam bukunya Answers to Questions disebutkan:
“The use of Christmas wreaths is believed by outhorities to be traceable to
the pagan customs of decorating buildings and places of worship at the feast
which took place at the same times as Christmas. The Christmas tree is from
Egypt, and its origin date from a period long anterior to the Christian Era.”
Pohon Terang atau Pohon Natal, sama sekali tidak pernah dianjurkan oleh Tuhan
maupun Yesus untuk mengadakan atau merayakannya. Itu semua diadopsi dari ajaran
agama pagan (kafir kuno). Pohon itu sendiri disebut dengan istilah “Mistleto”
yang biasanya dipakai pada perayaan musim panas, sebagai persembahan suci
kepada matahari. Cabang Mistletoe adalah cabang pohon yang digunakan oleh
manusia dalam perayaan Natal dengan cara ketika dua orang manusia berada di
bawah cabang daun ini mereka harus berciuman. Sesungguhnya, Nimrodlah yang
disimbolkan dalam cabang daun ini yang sesungguhnya mengadaptasi konteks Yesus
yang adalah "cabang anggur Allah". Nimrod disebut kayu Yule yang mati
yang harus dibakar pada malam Natal dan akhirnya muncul sebagai pohon Natal
sebagai "cabang Allah" yang juga dirayakan di Mesir "dengan
pohon palem" dan Roma.
Berawal dari rasa
kegusaran dan penasaranku yang menuntunku untuk mencari tahu dan menggali
informasi mendalam tentang Natal, kelahiran Yesus, dan segala pernak-perniknya,
membuatku tahu bahwa peringatan 25 Desember sebagai Hari Natal atau hari
kelahiran Yesus Kristus adalah tidak pas dan tidak berdasar. Dari penggalian
informasi di atas, ada beberapa kesimpulan versi mengenai waktu kelahiran
Yesus, yaitu antara yang berpendapat Januari, Juni, dan bulan sebelum Oktober.
Sementara Hari Natal yang diperingati setiap tanggal 25 Desember lebih tepat
disebut sebagai hari Peringatan Kelahiran Dewa atau Berhala.
“Beginilah firman Tuhan: “Janganlah biasakan dirimu dengan
tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit,
sekalipun bangsabangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa
adaIah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari
hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang
memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu,
supaya jangan goyang. Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun,
tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah.
Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan
berbuat baik pun tidak dapat. ” Tidak ada yang sama seperti Engkau, ya Tuhan!
Engkau besar dan nama-Mu besar oleh keperkasaan. ” (Yeremia 10:2-6)
Kesimpulan jawaban atas
pertanyanku bahwa Hari Natal yang diperingati setiap tanggal 25 Desember adalah
bukan merupakan Hari Peringatan Kelahiran Yesus ternyata mendapat penguatan
dari pernyataan mendiang Paus Yohanes Paulus II yang kuperoleh dari sebuah situs.
Dalam pernyataannya sekitar tahun 1994, Paus Yohanes Paulus II pernah
mengumumkan kepada umat jika Yesus sebenarnya tidak dilahirkan pada tanggal 25
Desember. Tanggal 25 Desember sudah menjadi tradisi Kristen berabad-abad yang
hingga kini masih dirayakan. Akankah ada perubahan besar dalam perayaan Hari
Natal tahun ini, tahun depan, dan tahun-tahun selanjutnya?
Sumber :www.wikipedia.org,www.messianicindonesia.com,www.muslimdaily.net,
www.kisahislami.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar