Syi’ah (Bahasa Arab: شيعة, Bahasa Persia: شیعه)
ialah salah satu aliran atau mazhab dalam Islam. Syi'ah menolak kepemimpinan dari tiga
Khalifah Sunni pertama seperti juga Sunni menolak Imam dari Imam Syi'ah. Bentuk tunggal dari
Syi'ah adalah Syī`ī (Bahasa Arab: شيعي.) menunjuk kepada pengikut dari Ahlul Bait dan Imam Ali. Sekitar 90% umat Muslim sedunia
merupakan kaum Sunni, dan 10% menganut aliran Syi'ah.
Etimologi
Perangko Iran bertuliskan Hadits Gadir Kum. Ketika
itu Muhammad menyebut Ali sebagai mawla.
Istilah Syi'ah berasal dari kata Bahasa Arab شيعة Syī`ah.
Bentuk tunggal dari kata ini adalah Syī`ī شيعي.
"Syi'ah" adalah bentuk pendek dari kalimat
bersejarah Syi`ah `Ali شيعة علي artinya "pengikut Ali", yang
berkenaan tentang Q.S. Al-Bayyinah ayat khoirulbariyyah,
saat turunnya ayat itu Nabi SAW bersabda: "Wahai Ali, kamu dan pengikutmu
adalah orang-orang yang beruntung" (ya Ali anta wa syi'atuka
humulfaaizun)
Syi'ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela
dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di
atas suatu perkara. Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang
menyatakan bahwa Ali bin Abu
Thalib sangat utama
di antara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk
kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau.Syi'ah,
dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan bergulirnya
waktu, Syi'ah mengalami perpecahan sebagaimana Sunni juga mengalami perpecahan mazhab.
Ikhtisar
Muslim Syi'ah percaya bahwa Keluarga Muhammad (yaitu para
Imam Syi'ah) adalah sumber pengetahuan terbaik tentang Qur'an dan Islam, guru terbaik tentang Islam setelah
Nabi Muhammad, dan pembawa serta penjaga tepercaya
dari tradisi Sunnah.
Secara khusus, Muslim Syi'ah berpendapat bahwa Ali bin Abi
Thalib, yaitu sepupu
dan menantu Muhammad dan kepala keluarga Ahlul Bait, adalah
penerus kekhalifahan setelah Nabi Muhammad, yang berbeda dengan khalifah lainnya yang diakui oleh Muslim Sunni. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dipilih melalui
perintah langsung oleh Nabi Muhammad, dan perintah Nabi berarti wahyu dari
Allah.
Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Abu Bakar menjadikan perbedaan pandangan yang tajam antara Syi'ah
dan Sunni dalam penafsiran Al-Qur'an, Hadits, mengenai Sahabat, dan hal-hal lainnya. Sebagai contoh perawi Hadits dari Muslim Syi'ah berpusat pada perawi dari Ahlul Bait, sementara
yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak
dipergunakan.
Tanpa memperhatikan perbedaan tentang khalifah, Syi'ah mengakui otoritas Imam Syi'ah (juga dikenal
dengan Khalifah Ilahi) sebagai pemegang otoritas agama, walaupun
sekte-sekte dalam Syi'ah berbeda dalam siapa pengganti para Imam dan Imam saat
ini.
Doktrin
Dalam Syi'ah terdapat apa yang namanya ushuluddin
(pokok-pokok agama) dan furu'uddin {masalah penerapan agama). Syi'ah
memiliki Lima Ushuluddin:
1. Tauhid, bahwa Allah SWT adalah Maha Esa.
2. Al-‘Adl, bahwa Allah SWT adalah Maha Adil.
3. An-Nubuwwah, bahwa kepercayaan Syi'ah meyakini keberadaan
para nabi sebagai pembawa berita dari Tuhan kepada umat manusia
4. Al-Imamah, bahwa Syiah meyakini adanya imam-imam yang
senantiasa memimpin umat sebagai penerus risalah kenabian.
5. Al-Ma'ad, bahwa akan terjadinya hari kebangkitan.
Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al-Quran
yang menginformasikan bahwa Allah maha kuasa menciptakan segala sesuatu
termasuk menciptakan Takdir.
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir ,Yang Zhahir dan Yang
Bathin (Al Hadid / QS. 57:3). Allah tidak terikat ruang dan waktu, bagi-Nya
tidak memerlukan apakah itu masa lalu, kini atau akan datang). Dimensi ketuhanan ini merupakan
sekumpulan ayat-ayat dalam Al-Quran yang menginformasikan bahwa Allah maha
kuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan Takdir.
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir ,Yang Zhahir dan Yang
Bathin (Al Hadid / QS. 57:3). Allah tidak terikat ruang dan waktu, bagi-Nya
tidak memerlukan apakah itu masa lalu, kini atau akan datang). Dia (Allah)
telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya (takdirnya)
(Al-Furqaan / QS. 25:2) Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala
sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam
kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah (Al-Hajj / QS. 22:70) Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya (Al-Maa'idah / QS. 5:17) Kalau Dia (Allah)
menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya (Al-An'am / QS 6:149) Allah
menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat (As-Safat / 37:96) Dan hanya kepada
Allah-lah kesudahan segala urusan (Luqman / QS. 31:22). Allah yang menentukan
segala akibat. Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah
menetapkannya (takdirnya) (Al-Furqaan / QS. 25:2) Apakah kamu tidak tahu bahwa
Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu
semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah (Al-Hajj
/ QS. 22:70) Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya (Al-Maa'idah / QS. 5:17)
Kalau Dia (Allah) menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya
(Al-An'am / QS 6:149) Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat
(As-Safat / 37:96) Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan (Luqman /
QS. 31:22). Allah yang menentukan segala akibat. Nabi sama seperti muslimin lain. I’tikadnya
tentang kenabian ialah:
1.
Jumlah nabi dan rasul Allah ada 124.000.
2.
Nabi dan rasul terakhir ialah Nabi Muhammad SAW.
3.
Nabi Muhammad SAW suci dari segala aib dan tiada cacat
apa pun. Ialah nabi paling utama dari seluruh Nabi yang ada.
4. Ahlul Baitnya, yaitu Ali, Fatimah, Hasan, Husain dan 9
Imam dari keturunan Husain adalah manusia-manusia suci.
5.
Al-Qur'an ialah mukjizat kekal Nabi Muhammad
SAW.
Sekte Dalam Syi'ah
Syi'ah terpecah menjadi 22 sekte. Dari 22 sekte itu,
hanya tiga sekte yang masih ada sampai sekarang, yakni:
Dua Belas Imam
Disebut juga Imamiah atau Itsna 'Asyariah (Dua Belas
Imam); dinamakan demikian sebab mereka percaya yang berhak memimpin muslimin
hanya imam, dan mereka yakin ada dua belas imam. Aliran ini adalah yang
terbesar di dalam Syiah. Urutan imam mereka yaitu:
1.
Ali bin Abi
Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
2.
Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan
al-Mujtaba
3.
Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain
asy-Syahid
4.
Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal
Abidin
5.
Muhammad bin Ali (676–743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir
6.
Jafar bin Muhammad (703–765), juga dikenal dengan Ja'far
ash-Shadiq
7.
Musa bin Ja'far (745–799), juga dikenal dengan Musa al-Kadzim
8.
Ali bin Musa (765–818), juga dikenal dengan Ali ar-Ridha
9. Muhammad bin Ali (810–835), juga dikenal dengan Muhammad al-Jawad atau Muhammad
at Taqi
10.
Ali bin Muhammad (827–868), juga dikenal dengan Ali al-Hadi
11.
Hasan bin Ali (846–874), juga dikenal dengan Hasan al-Asykari
12.
Muhammad bin Hasan (868—), juga dikenal dengan Muhammad al-Mahdi
Ismailiyah
Disebut juga Tujuh Imam; dinamakan demikian sebab mereka
percaya bahwa imam hanya tujuh orang dari 'Ali bin Abi Thalib, dan mereka
percaya bahwa imam ketujuh ialah Isma'il. Urutan imam mereka yaitu:
1.
Ali bin Abi
Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul
Mukminin
2.
Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan
al-Mujtaba
3.
Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain
asy-Syahid
4.
Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal
Abidin
5.
Muhammad bin Ali (676–743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir
6.
Ja'far bin Muhammad bin Ali (703–765), juga dikenal dengan Ja'far
ash-Shadiq
7.
Ismail bin Ja'far (721 – 755), adalah anak pertama Ja'far
ash-Shadiq dan kakak Musa al-Kadzim.
Zaidiyah
Disebut juga Lima Imam; dinamakan demikian sebab mereka
merupakan pengikut Zaid bin 'Ali bin Husain bin 'Ali bin Abi Thalib. Mereka
dapat dianggap moderat karena tidak menganggap ketiga khalifah sebelum 'Ali
tidak sah. Urutan imam mereka yaitu:
1.
Ali bin Abi
Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul
Mukminin
2.
Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan
al-Mujtaba
3.
Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain
asy-Syahid
4.
Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal
Abidin
5.
Zaid bin Ali (658–740), juga dikenal dengan Zaid bin Ali
asy-Syahid, adalah anak Ali bin Husain dan saudara tiri Muhammad al-Baqir.
Kontroversi Tentang Syi'ah
Hubungan antara Sunni dan Syi'ah telah mengalami kontroversi sejak masa awal
terpecahnya secara politis dan ideologis antara para pengikut Bani Umayyah dan para
pengikut Ali bin Abi
Thalib. Sebagian kaum
Sunni menyebut kaum Syi'ah dengan nama Rafidhah, yang menurut etimologi
bahasa Arab bermakna meninggalkan. Dalam terminologi syariat Sunni,
Rafidhah bermakna "mereka yang menolak imamah (kepemimpinan) Abu Bakar dan Umar bin Khattab, berlepas diri
dari keduanya, dan sebagian sahabat yang mengikuti keduanya".
Sebagian Sunni menganggap firqah (golongan) ini
tumbuh tatkala seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba yang
menyatakan dirinya masuk Islam, mendakwakan kecintaan terhadap Ahlul Bait, terlalu
memuja-muji Ali bin Abu
Thalib, dan
menyatakan bahwa Ali mempunyai wasiat untuk mendapatkan kekhalifahan. Syi'ah menolak keras hal ini. Menurut Syiah, Abdullah
bin Saba' adalah tokoh fiktif.
Namun terdapat pula kaum Syi'ah yang tidak membenarkan
anggapan Sunni tersebut. Golongan Zaidiyyah misalnya, tetap menghormati sahabat Nabi yang menjadi
khalifah sebelum Ali bin Abi
Thalib. Mereka juga
menyatakan bahwa terdapat riwayat-riwayat Sunni yang menceritakan pertentangan
di antara para sahabat mengenai
masalah imamah Abu Bakar dan Umar.
Sebutan Rafidhah Oleh Sunni
Sebutan Rafidhah ini erat kaitannya dengan sebutan Imam Zaid bin Ali yaitu anak
dari Imam Ali Zainal
Abidin, yang bersama
para pengikutnya memberontak kepada Khalifah Bani Umayyah Hisyam
bin Abdul-Malik bin Marwan di tahun 121 H.Syaikh Abul
Hasan Al-Asy'ari berkata: "Zaid bin Ali adalah seorang yang melebihkan Ali bin Abu
Thalib atas seluruh shahabat Rasulullah, mencintai Abu Bakar dan Umar, dan memandang bolehnya memberontak
terhadap para pemimpin yang jahat. Maka ketika ia muncul di Kufah, di tengah-tengah para pengikut yang membai'atnya, ia
mendengar dari sebagian mereka celaan terhadap Abu Bakar dan Umar. Ia pun mengingkarinya, hingga
akhirnya mereka (para pengikutnya) meninggalkannya. Maka ia katakan kepada
mereka: "Kalian tinggalkan aku?" Maka dikatakanlah bahwa penamaan
mereka dengan Rafidhah dikarenakan perkataan Zaid kepada mereka "Rafadhtumuuni Pendapat Ibnu Taimiyyah dalam
"Majmu' Fatawa" (13/36) ialah bahwa Rafidhah pasti Syi'ah, sedangkan
Syi'ah belum tentu Rafidhah; karena tidak semua Syi'ah menolak Abu Bakar dan
Umar sebagaimana keadaan Syi'ah Zaidiyyah. Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata:
"Aku telah bertanya kepada ayahku, siapa Rafidhah itu? Maka beliau (Imam
Ahmad) menjawab: 'Mereka adalah orang-orang yang mencela Abu Bakar dan
Umar'."
Pendapat yang agak berbeda diutarakan oleh Imam Syafi'i. Meskipun mazhabnya berbeda secara teologis dengan Syi'ah,
tetapi ia pernah mengutarakan kecintaannya pada Ahlul Bait dalam diwan
asy-Syafi'i melalui penggalan syairnya: "Kalau memang cinta pada Ahlul
Bait adalah Rafidhah, maka ketahuilah aku ini adalah Rafidhah".
Sejarah Kemunculan Syi’ah
Secara fisik, sulit dibedakan antara penganut Islam dengan Syi’ah. Akan tetapi jika diteliti lebih dalam terutama dari sisi akidah, perbedaan di antara keduanya ibarat minyak dan air. Sehingga tidak mungkin disatukan..
Syiah menurut
etimologi bahasa arab bermakna pembela dan pengikut seseorang, selain itu juga
bermakna setiap kaum yang berkumpul diatas suatu perkara. (Tahdzibul Lughah,
3/61 karya Azhari dan Taajul Arus, 5/405, karya Az-Zabidi)
Adapun menurut
terminologi syariat, syiah bermakna mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu
Thalib lebih utama dari seluruh sahabat dan lebih berhak untuk menjadi khalifah
kaum muslimin, begitu pula sepeninggal beliau (Al-Fishal Fil Milali Wal
Ahwa Wan Nihal karya Ibnu Hazm)
Syiah mulai
muncul setelah pembunuhan khalifah Utsman bin ‘Affan. Pada masa kekhalifahan
Abu Bakar, Umar, masa-masa awal kekhalifahan Utsman yaitu pada masa tahun-tahun
awal jabatannya, Umat islam bersatu, tidak ada perselisihan. Kemudian pada
akhir kekhalifahan Utsman terjadilah berbagai peristiwa yang mengakibatkan
timbulnya perpecahana, muncullah kelompok pembuat fitnah dan kezhaliman, mereka
membunuh Utsman, sehingga setelah itu umat islam pun berpecah-belah.
Pada masa
kekhalifahan Ali juga muncul golongan syiah akan tetapi mereka menyembunyikan
pemahaman mereka, mereka tidak menampakkannya kepada Ali dan para pengikutnya.
Saat itu mereka terbagi
menjadi tiga golongan.
Golongan yang
menganggap Ali sebagai Tuhan. Ketika mengetahui sekte ini Ali membakar mereka
dan membuat parit-parit di depan pintu masjid Bani Kandah untuk membakar
mereka. Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya, dari Ibnu Abbas ia
mengatakan, “Suatu ketika Ali memerangi dan membakar orang-orang zindiq (Syiah
yang menuhankan Ali). Andaikan aku yang melakukannya aku tidak akan membakar
mereka karena Nabi pernah melarang penyiksaan sebagaimana siksaan Allah
(dibakar), akan tetapi aku pasti akan memenggal batang leher mereka, karena
Nabi bersabda:
من بدل دينه فاقتلوه
“Barangsiapa
yang mengganti agamanya (murtad) maka bunuhlah ia“
Golongan Sabbah
(pencela). Ali mendengar tentang Abu Sauda (Abdullah bin Saba’) bahwa ia pernah
mencela Abu Bakar dan Umar, maka Ali mencarinya. Ada yang mengatakan bahwa Ali
mencarinya untuk membunuhnya, akan tetapi ia melarikan diri.
Golongan Mufadhdhilah,
yaitu mereka yang mengutamakan Ali atas Abu Bakar dan Umar. Padahal telah
diriwayatkan secara mutawatir dari Nabi Muhammad bahwa beliau
bersabda,
خير هذه الأمة بعد
نبيها أبو بكر ثم عمر
“Sebaik-baik
umat ini setelah nabinya adalah Abu Bakar dan Umar”.
Riwayat semacam
ini dibawakan oleh imam Bukhari dalam kitab shahihnya, dari Muhammad bin
Hanafiyyah bahwa ia bertanya kepada ayahnya, siapakah manusa terbaik setelah
Rasulullah, ia menjawab Abu Bakar, kemudian siapa? dijawabnya, Umar.
Dalam sejarah
syiah mereka terpecah menjadi lima sekte yang utama yaitu Kaisaniyyah,
Imamiyyah (rafidhah), Zaidiyyah, Ghulat dan Ismailliyah. Dari kelima sekte
tersebut lahir sekian banyak cabang-cabang sekte lainnya.
Dari lima sekte
tersebut yang paling penting untuk diangkat adalah sekte imamiyyah atau
rafidhah yang sejak dahulu hingga saat ini senantiasa berjuang keras untuk
menghancurkan islam dan kaum muslimin, dengan berbagai cara kelompok ini terus
berusaha menyebarkan berbagai macam kesesatannya, terlebih setelah berdirinya
negara syiah, Iran yang menggulingkan rezim Syah Reza Pahlevi.
Rafidhah menurut
bahasa arab bermakna meninggalkan, sedangkah dalam terminologi syariat bermakna
mereka yang menolak kepemimpinan abu bakar dan umar, berlepas diri dari
keduanya, mencela lagi menghina para sahabat nabi.
Abdullah bin
Ahmad bin Hanbal berkata, “Aku telah bertanya kepada ayahku, siapa Rafidhah
itu?” Maka beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang mencela Abu Bakr
dan Umar.” (ash-Sharimul Maslul ‘Ala Syatimir Rasul hlm. 567, Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah)
Sebutan
“Rafidhah” ini erat kaitannya dengan Zaid bin ‘Ali bin Husain bin ‘Ali bin Abu
Thalib dan para pengikutnya ketika memberontak kepada Hisyam bin Abdul Malik
bin Marwan di tahun 121 H. (Badzlul Majhud, 1/86)
Syaikh Abul
Hasan al-Asy’ari berkata, “Tatkala Zaid bin ‘Ali muncul di Kufah, di
tengah-tengah para pengikut yang membai’atnya, ia mendengar dari sebagian
mereka celaan terhadap Abu Bakr dan ‘Umar. Ia pun mengingkarinya, hingga
akhirnya mereka (para pengikutnya) meninggalkannya. Maka beliaupun mengatakan
kepada mereka:
رَفَضْتُمُوْنِي؟
“Kalian
tinggalkan aku?”
Maka
dikatakanlah bahwa penamaan mereka dengan Rafidhah dikarenakan perkataan Zaid
kepada mereka “Rafadhtumuunii.” (Maqalatul Islamiyyin,
1/137). Demikian pula yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
dalam Majmu’ Fatawa (13/36).
Pencetus paham
syiah ini adalah seorang yahudi dari negeri Yaman (Shan’a) yang
bernama Abdullah bin saba’ al-himyari, yang menampakkan keislaman di masa
kekhalifahan Utsman bin Affan.
Abdullah bin
Saba’ mengenalkan ajarannya secara terang-terangan, ia kemudian menggalang
massa, mengumumkan bahwa kepemimpinan (imamah) sesudah Nabi Muhammad seharusnya
jatuh ke tangan Ali bin Abi Thalib karena petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam (menurut persangkaan mereka).
Menurut Abdullah
bin Saba’, Khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman telah mengambil alih kedudukan
tersebut. Dalam Majmu’ Fatawa, 4/435, Abdullah bin Shaba menampakkan sikap
ekstrem di dalam memuliakan Ali, dengan suatu slogan bahwa Ali yang berhak
menjadi imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang ma’shum (terjaga dari segala
dosa).
Keyakinan itu
berkembang terus-menerus dari waktu ke waktu, sampai kepada menuhankan Ali bin
Abi Thalib. Ali yang mengetahui sikap berlebihan tersebut kemudian memerangi
bahkan membakar mereka yang tidak mau bertaubat, sebagian dari mereka melarikan
diri.
Abdullah bin
Saba’, sang pendiri agama Syi’ah ini, adalah seorang agen Yahudi yang penuh
makar lagi buruk. Ia disusupkan di tengah-tengah umat Islam oleh orang-orang
Yahudi untuk merusak tatanan agama dan masyarakat muslim. Awal kemunculannya
adalah akhir masa kepemimpinan Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan. Kemudian berlanjut
di masa kepemimpinan Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib. Dengan kedok keislaman,
semangat amar ma’ruf nahi mungkar, dan bertopengkan tanassuk (giat beribadah),
ia kemas berbagai misi jahatnya. Tak hanya aqidah sesat (bahkan
kufur) yang ia tebarkan di tengah-tengah umat, gerakan provokasi massa pun
dilakukannya untuk menggulingkan Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan. Akibatnya, sang
Khalifah terbunuh dalam keadaan terzalimi. Akibatnya pula, silang pendapat
diantara para sahabat pun terjadi. (Lihat Minhajus Sunnah karya Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah, 8/479, Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah Ibnu Abil ‘Izz hlm. 490, dan Kitab
At-Tauhid karya Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan
Al-Fauzan hlm. 123)
Rafidhah pasti
Syi’ah, sedangkan Syi’ah belum tentu Rafidhah. Karena tidak semua Syi’ah
membenci Abu Bakr dan ‘Umar sebagaimana keadaan Syi’ah Zaidiyyah, sekte syiah yang paling
ringan kesalahannya.
[Disusun dari
dari berbagai sumber, di antaranya kitab Al-Furqon Bainal Haq Wal Batil
tulisan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, judul bahasa indonesia “Membedah
Firqoh Sesat” penerbit Al-Qowam]
Abdullah Bin Saba’, Si Munafik
Abdullah
bin Saba’ adalah seorang Yahudi dari Yaman. Berpura-pura masuk Islam
(secara nifak) di zaman Khalifah ‘Utsman bin Affan radiallahu ‘anhu.
Dialah yang meretas ajaran Syiah yang ekstrim yang menjadi puncak semaraknya
perpecahan dalam kalangan masyarakat Islam terutama dalam kelompok Syiah itu
sendiri.
Abdullah
bin Saba’ pernah berkata yang ditujukan kepada Khalifah Ali radiallahu
‘anhu: “Engkaulah
Allah.” Maka Ali membolehkan untuk membunuh Abdullah bin Saba’
tetapi dicegah oleh Ibnu Abbas. Para pendukung Ali kemudian membuangnya
ke Madain (Ibu Negeri Iran lama).
Abdullah
bin Saba’ adalah orang pertama mengkafirkan Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman dan
tidak mengiktiraf kekhalifahan kecuali hanya dari kalangan Ahli Bait”.
Seorang Ulama Syiah Muhammad Husin al-Zain pernah mengatakan tentang Abdullah
bin Saba’:
“Abdullah
bin Saba’ mengeluarkan qaul (yang sesat), mengajarkan paham yang ghalu
(keterlaluan)….. dan perbuatannya sangat melampaui batas”.
Saad
bin Abdullah al-Qumy seorang tokoh, pemimpin serta ahli hukum Syiah yang lahir
pada 229 H mengakui keberadaan Abdullah bin Saba’. Beliau menyebut
beberapa nama orang yang berkonspirasi yang digelar sebagai Saba’iyah.
Menurut beliau, kelompok Saba’iyah adalah pihak pertama yang mengeluarkan
perkatan-perkataan yang ghalu (keterlaluan).
Saad
bin Abdullah al-Qumy tokoh besar Syiah yang masyhur ini telah memastikan bahwa
Abdullah bin Saba’ adalah orang yang mengeluarkan perkataan dan menampakkan
dirinya mengecam dan menentang Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman radiallahu
anhum serta tidak mengakui kekhalifahan mereka.
Pegangan
Syiah Imamiyah yang ada sekarang adalah berasaskan ideologi dan doktrin sesat
Abdullah bin Saba’. Paham ini disampaikan (dipelihara) dalam bentuk riwayat
hadis yang dinasabkan kepada keluarga Nabi (Ahli Bait) dengan penuh kebohongan
tetapi diterima oleh mereka yang jahil.
Membongkar Kesesatan
Syi’ah
Sesatkah Syi’ah Rafidhah ?
Berikut
ini akan dipaparkan prinsip (akidah) mereka dari kitab-kitab mereka yang
ternama, untuk kemudian para pembaca bisa menilai sejauh mana kesesatan mereka.
a.
Tentang Al-Qur’an
Di dalam kitab al-Kafi (yang kedudukannya di sisi mereka seperti Shahih al-Bukhari di sisi kaum muslimin), karya Abu Ja’far Muhammad bin Ya’qub al-Kulaini (2/634), dari Abu Abdullah (Ja’far ash-Shadiq), ia berkata, “Sesungguhnya Al-Qur’an yang dibawa Jibril kepada Muhammad (ada) 17.000 ayat.”
Di dalam Juz 1, hlm. 239—240, dari Abu Abdillah ia berkata, “…Sesungguhnya di sisi kami ada mushaf Fathimah ‘alaihassalam. Mereka tidak tahu apa mushaf Fathimah itu. Abu Bashir berkata, ‘Apa mushaf Fathimah itu?’ Ia (Abu Abdillah) berkata, ‘Mushaf tiga kali lipat dari apa yang terdapat di dalam mushaf kalian. Demi Allah, tidak ada padanya satu huruf pun dari Al-Qur’an kalian…’.” (Dinukil dari kitab asy-Syi’ah wal Qur’an, hlm. 31—32, karya Ihsan Ilahi Zhahir)
Bahkan salah seorang “ahli hadits” mereka yang bernama Husain bin Muhammad at-Taqi an-Nuri ath-Thabrisi telah mengumpulkan sekian banyak riwayat dari para imam mereka yang ma’shum (menurut mereka), di dalam kitabnya Fashlul Khithab fii Itsbati Tahrifi Kitabi Rabbil Arbab, yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an yang ada ini telah mengalami perubahan dan penyimpangan.
b.
Tentang Sahabat Rasulullah
Diriwayatkan oleh “imam al-jarh wat ta’dil” mereka (al-Kisysyi) di dalam kitabnya Rijalul Kisysyi (hlm. 12—13) dari Abu Ja’far (Muhammad al-Baqir) bahwa ia berkata, “Manusia (para sahabat) sepeninggal Nabi, dalam keadaan murtad kecuali tiga orang,” maka aku (rawi) berkata, “Siapakah tiga orang itu?” Ia (Abu Ja’far) berkata, “Al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi…” kemudian menyebutkan surat Ali Imran ayat ke-144. (Dinukil dari asy-Syi’ah al-Imamiyyah al-Itsna ‘Asyariyyah fi Mizanil Islam, hlm. 89)
Ahli hadits mereka, Muhammad bin Ya’qub al-Kulaini berkata, “Manusia (para sahabat) sepeninggal Nabi dalam keadaan murtad kecuali tiga orang: al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi.” (al-Kafi, 8/248, dinukil dari asy-Syi’ah wa Ahlil Bait, hlm. 45, karya Ihsan Ilahi Zhahir)
Demikian pula yang dinyatakan oleh Muhammad Baqir al-Husaini al-Majlisi di dalam kitabnya Hayatul Qulub, 3/640. (Lihat kitab asy-Syi’ah wa Ahlil Bait, hlm. 46)
Adapun sahabat Abu Bakr dan ‘Umar c, dua manusia terbaik setelah Rasulullah n, mereka cela dan laknat. Bahkan berlepas diri dari keduanya merupakan bagian dari prinsip agama mereka. Oleh karena itu, didapati dalam kitab bimbingan doa mereka (Miftahul Jinan, hlm. 114), wirid laknat untuk keduanya:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ، وَالْعَنْ صَنَمَيْ قُرَيْشٍ وَجِبْتَيْهِمَا وَطَاغُوْتَيْهِمَا وَابْنَتَيْهِمَا
“Ya Allah, semoga shalawat selalu tercurahkan kepada Muhammad dan keluarganya, laknatlah kedua berhala Quraisy (Abu Bakr dan Umar), setan dan thaghut keduanya, serta kedua putri mereka….”
Yang dimaksud dengan kedua putri mereka adalah Ummul Mukminin ‘Aisyah dan Hafshah c (pen.). (Dinukil dari kitab al-Khuthuth al-‘Aridhah, hlm. 18, karya as-Sayyid Muhibbuddin al-Khatib)
Mereka juga berkeyakinan bahwa Abu Lu’lu’ah al-Majusi, si pembunuh Amirul Mukminin ‘Umar bin al-Khaththab z, adalah seorang pahlawan yang bergelar “Baba Syuja’uddin” (seorang pemberani dalam membela agama). Hari kematian ‘Umar dijadikan sebagai hari “Iedul Akbar”, hari kebanggaan, hari kemuliaan, kesucian, hari barakah, serta hari sukaria. (al-Khuthuth al-‘Aridhah, hlm. 18)
Adapun ‘Aisyah dan para istri Rasulullah n lainnya, mereka yakini sebagai pelacur—na’udzu billah min dzalik—. Sebagaimana yang terdapat dalam kitab mereka Ikhtiyar Ma’rifatir Rijal (hlm. 57—60) karya ath-Thusi, dengan menukilkan (secara dusta) perkataan sahabat Abdullah bin ‘Abbas c terhadap ‘Aisyah x, “Kamu tidak lain hanyalah seorang pelacur dari sembilan pelacur yang ditinggalkan oleh Rasulullah….” (Dinukil dari kitab Daf’ul Kadzibil Mubin al-Muftara Minarrafidhati ‘ala Ummahatil Mukminin, hlm. 11, karya Dr. Abdul Qadir Muhammad ‘Atha)
Demikianlah, betapa keji dan kotornya mulut mereka. Oleh karena itu, al-Imam Malik bin Anas t berkata, “Mereka itu adalah suatu kaum yang berambisi untuk menghabisi Nabi n namun tidak mampu. Maka akhirnya mereka cela para sahabatnya agar kemudian dikatakan bahwa ia (Nabi Muhammad ) adalah seorang yang jahat. Karena, kalau memang ia orang saleh, niscaya para sahabatnya adalah orang-orang saleh.” (ash-Sharimul Maslul ‘ala Syatimirrasul, hlm. 580)
c.
Tentang Imamah (Kepemimpinan Umat)
Imamah menurut mereka merupakan rukun Islam yang paling utama3. Diriwayatkan dari al-Kulaini dalam al-Kafi (2/18) dari Zurarah dari Abu Ja’far, ia berkata, “Islam dibangun di atas lima perkara:… shalat, zakat, haji, shaum, dan wilayah (imamah)…” Zurarah berkata, “Aku katakan, mana yang paling utama?” Ia berkata, “Yang paling utama adalah wilayah.” (Dinukil dari Badzlul Majhud, 1/174)
Imamah ini (menurut mereka, red.) adalah hak ‘Ali bin Abu Thalib z dan keturunannya, sesuai dengan nash wasiat Rasulullah n. Adapun selain mereka (Ahlul Bait) yang telah memimpin kaum muslimin, seperti Abu Bakr, ‘Umar, dan yang sesudah mereka hingga hari ini, walaupun telah berjuang untuk Islam, menyebarkan dakwah dan meninggikan kalimatullah di muka bumi, serta memperluas dunia (wilayah) Islam, maka sesungguhnya mereka hingga hari kiamat adalah para perampas (kekuasaan). (Lihat al-Khuthuth al-‘Aridhah, hlm. 16—17)
Mereka pun berkeyakinan bahwa para imam ini ma’shum (terjaga dari segala dosa) dan mengetahui hal-hal yang ghaib. al-Khumaini (Khomeini) berkata, “Kami bangga bahwa para imam kami adalah para imam yang ma’shum, mulai ‘Ali bin Abu Thalib hingga Penyelamat Umat manusia al-Imam al-Mahdi, sang penguasa zaman—baginya dan bagi nenek moyangnya beribu-ribu penghormatan dan salam—yang dengan kehendak Allah Yang Mahakuasa, ia hidup (pada saat ini) seraya mengawasi perkara-perkara yang ada.” (al-Washiyyah al-Ilahiyyah, hlm. 5, dinukil dari Firaq Mu’ashirah, 1/192)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t dalam kitabnya Minhajus Sunnah, benar-benar secara rinci membantah satu per satu kesesatan-kesesatan mereka, terkhusus masalah imamah yang selalu mereka tonjolkan ini.
d.
Tentang Taqiyyah
Taqiyyah adalah berkata atau berbuat sesuatu yang berbeda dengan keyakinan, dalam rangka nifaq (kemunafikan), dusta, dan menipu umat manusia. (Lihat Firaq Mu’ashirah, 1/195 dan asy-Syi’ah al-Itsna ‘Asyariyyah, hlm. 80)
Mereka berkeyakinan bahwa taqiyyah ini bagian dari agama. Bahkan sembilan per sepuluh agama. Al-Kulaini meriwayatkan dalam al-Kafi (2/175) dari Abu Abdillah, ia berkata kepada Abu Umar al-A’jami, “Wahai Abu ‘Umar, sesungguhnya 9/10 dari agama ini adalah taqiyyah. Tidak ada agama bagi siapa saja yang tidak ber-taqiyyah.” (Dinukil dari Firaq Mu’ashirah, 1/196)
Oleh karena itu, al-Imam Malik t ketika ditanya tentang mereka, beliau berkata, “Jangan kamu berbincang dengan mereka dan jangan pula meriwayatkan dari mereka, karena sungguh mereka itu selalu berdusta.”
Demikian pula al-Imam asy-Syafi’i t berkata, “Aku belum pernah tahu ada yang melebihi Rafidhah dalam persaksian palsu.” (Mizanul I’tidal, 2/27—28, karya al-Imam adz-Dzahabi )
e.
Tentang Raj’ah
Raj’ah adalah keyakinan hidupnya kembali orang yang telah meninggal. ‘Ahli tafsir’ mereka, al-Qummi ketika menafsirkan surat an-Nahl ayat 85, berkata, “Yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah raj’ah.” Kemudian dia menukil dari Husain bin ‘Ali bahwa ia berkata tentang ayat ini, ‘Nabi kalian dan Amirul Mukminin (‘Ali bin Abu Thalib z) serta para imam ‘alaihimus salam akan kembali kepada kalian’.” (Dinukil dari kitab Atsarut Tasyayyu’ ‘alar Riwayatit Tarikhiyyah, hlm. 32, karya Dr. Abdul ‘Aziz Nurwali)
f.
Tentang al-Bada’
Al-Bada’ adalah mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Mereka berkeyakinan bahwa al-Bada’ ini terjadi pada Allah l. Bahkan mereka berlebihan dalam hal ini. Al-Kulaini dalam al-Kafi (1/111), meriwayatkan dari Abu Abdillah (ia berkata), “Tidak ada pengagungan kepada Allah yang melebihi al-Bada’.” (Dinukil dari Firaq Mu’ashirah, 1/252). Suatu keyakinan kafir yang sebelumnya diyakini oleh Yahudi[4].
Demikianlah beberapa dari sekian
banyak prinsip Syi’ah Rafidhah, yang darinya saja sudah sangat jelas kesesatan
dan penyimpangannya. Namun sayang, tanpa rasa malu al-Khumaini (Khomeini)
berkata, “Sesungguhnya dengan penuh keberanian aku katakan bahwa jutaan
masyarakat Iran di masa sekarang lebih utama dari masyarakat Hijaz (Makkah dan
Madinah, pen.) di masa Rasulullah n, serta lebih utama dari masyarakat Kufah
dan Irak di masa Amirul Mukminin (‘Ali bin Abu Thalib) dan Husein bin ‘Ali.”
(al-Washiyyah al-Ilahiyyah, hlm. 16, dinukil dari Firaq Mu’ashirah, hlm. 192)
Perkataan
Ulama tentang Syi’ah Rafidhah Asy-Syaikh Dr. Ibrahim ar-Ruhaili di dalam
kitabnya al-Intishar Lish Shahbi wal Aal (hlm. 100—153) menukilkan sekian
banyak perkataan ulama tentang mereka. Namun karena sangat terbatasnya ruang
rubrik ini, maka hanya bisa ternukil sebagiannya saja.
1.
Al-Imam ‘Amir asy-Sya’bi t berkata, “Aku tidak pernah melihat kaum yang lebih
dungu dari Syi’ah.” (as-Sunnah, 2/549, karya Abdullah bin al-Imam Ahmad)
2.
Al-Imam Sufyan ats-Tsauri t ketika ditanya tentang seseorang yang mencela Abu
Bakr dan ‘Umar c, beliau berkata, “Ia telah kafir kepada Allah l.” Kemudian
ditanya, “Apakah kita menshalatinya (bila meninggal dunia)?” Beliau berkata,
“Tidak, tiada kehormatan (baginya)….” (Siyar A’lamin Nubala, 7/253)
3.
Al-Imam Malik dan al-Imam Asy-Syafi’i rahimahumallah, telah disebut di atas.
4.
Al-Imam Ahmad bin Hanbal t berkata, “Aku tidak melihat dia (orang yang mencela
Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Aisyah g) itu sebagai orang Islam.” (as-Sunnah, 1/493,
karya al-Khallal)
5.
Al-Imam al-Bukhari t berkata, “Bagiku sama saja apakah aku shalat di belakang
Jahmi (penganut Jahmiyah, red.) dan Rafidhi (penganut Syiah Rafidhah, red.),
atau di belakang Yahudi dan Nashara (yakni sama-sama tidak boleh, red.). Mereka
tidak boleh diberi salam, tidak dikunjungi ketika sakit, tidak dinikahkan,
tidak dijadikan saksi, dan tidak dimakan sembelihan mereka.” (Khalqu Af’alil
‘Ibad, hlm. 125)
6.
Al-Imam Abu Zur’ah ar-Razi t berkata, “Jika engkau melihat orang yang
mencela salah satu dari sahabat Rasulullah n, maka ketahuilah bahwa ia seorang
zindiq. Yang demikian itu karena Rasul bagi kita adalah haq dan Al-Qur’an haq,
dan sesungguhnya yang menyampaikan Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah para sahabat
Rasulullah n. Sungguh mereka mencela para saksi kita (para sahabat) dengan
tujuan untuk meniadakan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka (Rafidhah) lebih pantas
untuk dicela dan mereka adalah zanadiqah (orang-orang zindiq).” (al-Kifayah,
hlm. 49, karya al-Khathib al-Baghdadi t)
Demikianlah
selayang pandang tentang Syi’ah Rafidhah, mudah-mudahan bisa menjadi pelita
dalam kegelapan dan embun penyejuk bagi pencari kebenaran. Amin.
Sejarah
Syiah Di Indonesia
Keberhasilan
Revolusi Islam Iran yang terinspirasi dari doktrin-doktrin Islam Syiah, dalam
banyak hal menghembuskan angin perubahan (the wind of changes). Tidak hanya di
dalam negeri Iran, peta politik di Timur Tengah namun juga memberikan pengaruh
yang tidak sedikit pada pergulatan pemikiran di Indonesia.
Tentang pengaruh
revolusi tersebut, Dr Richard N Frye, ahli masalah Iran di Universitas Harvard,
berkomentar: "Revolusi Islam di Iran bukan hanya titik-balik dalam sejarah
Iran saja. Revolusi itu juga merupakan satu titik-balik bagi rakyat di seluruh
negara- negara Islam, bahkan bagi massa rakyat di dunia ketiga".
Pemikiran
tokoh-tokoh di balik Revolusi Islam Iran, seperti Ayatullah Khomenei, Syahid
Muthahari, Dr Ali Syariati, dan Allamah Thabathabai serta merta menjadi kiblat
politik alternatif bagi cendekiawan dan para pemikir Islam di Indonesia.
Karenanya, tidak
mengherankan jika kita dengan mudah menemukan intelektual Indonesia dengan
begitu fasih mengutip transkrip-transkrip pemikiran Ali Syari'ati, Muthahhari
atau pemikir-pemikir Syi'ah lainnya. Bukan hanya Jalaluddin Rahmat yang
mendapat gelar Syiah hanya karena menamakan yayasan yang didirikannya: Yayasan
Muthahhari.
Amien Rais pernah menerima gelar Syi'ah juga, karena dalam banyak kesempatan, ia sering mengutip Ali Syari'ati bahkan juga menyempatkan diri menerjemahkan karya tulis Ali Syariati.
Masuknya karya-karya para pemikir Iran di Indonesia menjadi oase bagi banyak intelektual Indonesia. Kajian filsafat, misalnya, yang dalam diskursus pemikiran Syiah tidak pernah terputus. Sehingga, ketika pemikiran mereka bersentuhan dengan kalangan intelektual Indonesia, banyak yang tercengang. Tentang karya Murthada Muthahhari Sejarah dan Masyarakat misalnya, Damam Rahardjo berkomentar: "Sulit membayangkan, seorang dengan pakaian jubah, seperti para kyai dan ulama di Indonesia, menulis buku seperti itu, penuh dengan ulasan-ulasan yang spekulatif, menunjukkan olah pikir yang intens".
Amien Rais pernah menerima gelar Syi'ah juga, karena dalam banyak kesempatan, ia sering mengutip Ali Syari'ati bahkan juga menyempatkan diri menerjemahkan karya tulis Ali Syariati.
Masuknya karya-karya para pemikir Iran di Indonesia menjadi oase bagi banyak intelektual Indonesia. Kajian filsafat, misalnya, yang dalam diskursus pemikiran Syiah tidak pernah terputus. Sehingga, ketika pemikiran mereka bersentuhan dengan kalangan intelektual Indonesia, banyak yang tercengang. Tentang karya Murthada Muthahhari Sejarah dan Masyarakat misalnya, Damam Rahardjo berkomentar: "Sulit membayangkan, seorang dengan pakaian jubah, seperti para kyai dan ulama di Indonesia, menulis buku seperti itu, penuh dengan ulasan-ulasan yang spekulatif, menunjukkan olah pikir yang intens".
Tentang khazanah
keilmuan Syi'ah, Prof DR H Umar Shihab (Ketua MUI Pusat) dalam kunjungannya
ke Iran beberapa hari lalu bersama Prof Dr HM Galib MA (sekretaris MUI Sulsel)
berkomentar: "Dalam kunjungan ini, kami tercengang melihat khazanah
kepustakaan Islam yang begitu lengkap di Teheran, Masyhad dan Qom, dan sangat
menyesal baru mengunjunginya di usia saya yang 70 tahun ini."
Tradisi
Syiah
Kajian tentang
Syi'ah di Indonesia, telah dilakukan oleh sejumlah ahli dan pengamat sejarah,
sebagian besar diantaranya berkesimpulan bahwa orang-orang Persia -yang pernah
tinggal di Gujarat- yang berpaham Syiahlah yang pertama kali menyebarkan Islam
di Indonesia.
Bahkan dikatakan Syi'ah pernah menjadi kekuatan politik yang tangguh di nusantara.
M Yunus Jamil dalam bukunya Tawarikh Raja-raja Kerajaan Aceh (1968) menulis kerajaan Islam yang pertama berdiri di Nusantara adalah Kerajaan Peureulak (Perlak) yang didirikan pada 225H/845M. Pendiri kerajaan ini adalah para pelaut-pedagang Muslim asal Persia, Arab dan Gujarat dan mengangkat seorang Sayyid Maulana 'Abd al-Aziz Syah, keturunan Arab-Quraisy, yang menganut paham politik Syi'ah, sebagai sultan Perlak.
Bahkan dikatakan Syi'ah pernah menjadi kekuatan politik yang tangguh di nusantara.
M Yunus Jamil dalam bukunya Tawarikh Raja-raja Kerajaan Aceh (1968) menulis kerajaan Islam yang pertama berdiri di Nusantara adalah Kerajaan Peureulak (Perlak) yang didirikan pada 225H/845M. Pendiri kerajaan ini adalah para pelaut-pedagang Muslim asal Persia, Arab dan Gujarat dan mengangkat seorang Sayyid Maulana 'Abd al-Aziz Syah, keturunan Arab-Quraisy, yang menganut paham politik Syi'ah, sebagai sultan Perlak.
Agus Sunyoto,
staf Lembaga Penerangan dan Laboratorium Islam (LPII) Surabaya yang dipimpin Dr
Saleh Jufri, seperti dilaporkan Majalah Prospek (10 Nopember 1991), melalui
penelitiannya menyimpulkan, bahwa Syaikh 'Abd al-Ra'uf Al-Sinkli, salah seorang
ulama besar nusantara asal Aceh pada abad ke-17, adalah pengikut dan penggubah
sastra Syi'ah. Ia pun setelah melakukan penelitian terhadap kuburan-kuburan di
Jawa Timur, berkesimpulan bahwa dari segi fisik dan arsitekturnya itu adalah
kuburan-kuburan orang Syi'ah.
Bahkan Agus
Sunyoto lewat bukti-bukti sejarah, berspekulasi, sebagian besar dari
Walisongo adalah ulama Syi'ah. Dengan tegas ia menulis, Syekh Maulana
Malik Ibrahim, guru dari semua sunan wali songo adalah Syiah Mazhab Syafi'i
Dalam masyarakat
NU, pengaruh Syi'ah pun cukup kuat di dalammya, Dr Said Agil Siraj, Wakil Katib
Syuriah PBNU secara terang mengatakan, "Harus diakui, pengaruh Syi'ah di
NU sangat besar dan mendalam. Kebiasaan membaca Barzanji atau Diba'i yang
menjadi ciri khas masyarakat NU misalnya, jelas berasal dari tradisi
Syi'ah".
KH Abdurrahman
Wahid bahkan pernah mengatakan bahwa Nahdatul Ulama secara kultural adalah
Syi'ah. Ada beberapa shalawat khas Syi'ah yang sampai sekarang masih dijalankan
di pesantren-pesantren. Ada wirid-wirid tertentu yang jelas menyebutkan lima
keturunan Ahlul Bait. Kemudian juga tradisi ziarah kubur, lalu membuat kubah
pada kuburan. Itu semua tradisi Syi'ah. Tradisi itu lahir di Indonesia dalam
bentuk mazhab Syafi'i padahal sangat berbeda dengan mazhab Syafi'i yang
dijalankan di negara-negara lain. Berkembangnya ajaran pantheisme (kesatuan
wujud, union mistik, Manunggal ing Kawula Gusti), di Jawa dan Sumatera
merupakan pandangan teologi dan mistisisme (tasawuf falsafi) yang sinkron
dengan aqidah Syiah dan sangat bertentangan dengan paham Islam wahabi yang
literal.
Ritus-ritus
Tabut di Bengkulu dan Sumatera dan Gerebek Sura di Jogjakarta dan Ponorogo
adalah ritus teologi Syiah yang datang dari Gujarat-Persia. Doktor Muhammad
Zafar Iqbal dalam bukunya, Kafilah Budaya meruntut berbagai fakta tentang
adanya pengaruh-pengaruh tradisi Syiah dan Iran di tanah air terutama bagi
masyarakat Minangkabau yang masih terjaga sampai kini.
Perguruan Tinggi
pertama di Aceh bernama Universitas Syiah Kuala, menunjukkan fakta lainnya.
Universitas yang disingkat Unsyiah yang diresmikan berdirinya oleh Presiden
Soekarno tahun 1959 menunjukkan bahwa idiom Syiah telah sangat dikenal
masyarakat.
Syiah bukanlah idiom yang asing dan berbahaya, melainkan menunjukkan tradisi keilmuan yang tinggi sebagaimana yang dikembangkan di Iran. Kesemua fakta ini menunjukkan kenyataan terjadinya proses sinkretisasi antara Syiah dengan kebudayaan setempat di Indonesia yang sudah berlangsung sejak masuknya Islam ke nusantara.
Syiah bukanlah idiom yang asing dan berbahaya, melainkan menunjukkan tradisi keilmuan yang tinggi sebagaimana yang dikembangkan di Iran. Kesemua fakta ini menunjukkan kenyataan terjadinya proses sinkretisasi antara Syiah dengan kebudayaan setempat di Indonesia yang sudah berlangsung sejak masuknya Islam ke nusantara.
Karenanya, lewat
tulisan ini saya menggugat, jika dikatakan tradisi Iran dan Syiah baru datang
ke Indonesia belakangan ini dan dikatakan tidak sesuai dengan tradisi
masyarakat Muslim Indonesia yang bermazhab Sunni. Justru yang bertentangan dengan
tradisi masyarakat Muslim Indonesia adalah yang menganggap bid'ah dan sesat
hal-hal yang selama ini ditradisikan masyarakat kita, terutama Muslim
Bugis-Makassar, seperti shalawatan, barazanji, maulid dan menyimpan
gambar-gambar wajah wali yang dianggap mendatangkan keberkahan.
Tentunya, kajian tentang Syi'ah memang dibutuhkan. Tidak saja untuk kepentingan akademisi dan mengenal lebih dekat pemikiran Syiah, namun ia juga mempunyai kepentingan ganda: Untuk menentukan sikap! Sebab, sebagaimana pesan Imam Ali as, "Seseorang cenderung memusuhi yang tidak diketahuinya."
Tentunya, kajian tentang Syi'ah memang dibutuhkan. Tidak saja untuk kepentingan akademisi dan mengenal lebih dekat pemikiran Syiah, namun ia juga mempunyai kepentingan ganda: Untuk menentukan sikap! Sebab, sebagaimana pesan Imam Ali as, "Seseorang cenderung memusuhi yang tidak diketahuinya."
Kader
Secara umum
kader-kader Syi’ah merupakan alumnus Hauzah Ilmiyah di Qom Iran dan Suriah.
Jumlah mereka mencapai ratusan orang dan tersebar di berbagai kota dan desa.
Mereka aktif mengajak masyarakat untuk masuk kedalam kelompok Syi’ah, baik di
rumah, sekolah, masjid, forum, ikatan, maupun lainnya.
Penikut Syi’ah
ini kemudian membuat ikatan yang disebut dengan IJABI (Ikatan Jamaah Alhul Bait
Indonesia) dengan tokoh pelopornya Ahmad Baraqbah, Jalaludin Rahmat, Dimitri
Mahayana, dan Zahir bin Yahya. Dan melalui ormas Ahlul Bait Indonesia (ABI)
yang dideklarasikan tahun 2011 oleh ketuanya Hasan Dalil Alaydrus.
Untuk memayungi
secara hukum, orang Syi’ah kemudian membuat sejumlah yayasan. Ahmad Baraqbah, salah seorang tokoh
Syi’ah, pada tahun 1995 M, mengatakan dalam majalah Umlumul Qur’an bahwa umlah
yayasan Syi’ah di Indonesia mencapai 40 buah tersebar di berbagai wilayah:
Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Jember, Bangil, Pontianak Kalimantan Barat,
Samarinda Kalimantan Timur, Banjarmasin Kalimantan Selatan, dll. (Majalah Ulumul Qur’an, Edisi 4/1995M)
Syiah
memanfaatkan media cetak untuk menyebarkan pahamnya. Untuk itu mereka membuat
selebaran, majalah dan membangun puluhan penerbit dan percetakan seperti Mizan,
Pelita Bandung, Hidayah, as-Sajjad, Abu Dzar Jakarta, Yapi Lampung, Lentera dan
sebagainya.
Secara umum buku
yang diterbitkan adalah buku terjemahkan dari buku-buku karya ulama Syi’ah
seperti Khomaini, Muthahhari, Ali Syariati, Muhammad at-Tijani at-Tunisi dan
lain-lain. Ada pula buku-buku yang merupakan hasil
karya putra-putri Syi’ah Indonesia.
Adapun majalah dan selebaran yang mereka terbitkan
antara lain:1. Majalah al-Quds diterbitkan oleh kedutaan Iran di Jakarta dengan bahasa Indonesa.
2. Majalah al-Mawaddah diterbitkan oleh IJABI cabang Bandung, Jabar.
3. Majalah al-Huda diterbitkan oleh Syi’ah di Jakarta.
4. Majalah al-Hikmah diterbitkan oleh yayasan al-Muthahari Bandung.
5. Majalah al-Musthafa diterbitkan oleh Syi’ah di Jakarta.
6. Buletin al-Jawad dan al-Ghadir diterbitkan oleh yayasan al-Jawad Jakarta.
7. Buletin at-Tanwir diterbitkan oleh yayasan al-Muthahari.
8. Buletin Ibnus Sabil diterbitkan oleh Syi’ah di Pekalongan, dll.
Peta Pergerakan Syi’ah di Indonesia
Nama-Nama Yayasan
1. Yayasan Fatimah Jakarta
2. Yayasan Al-Muntazhar Jakarta
3. Yayasan Al-Uqailah
4. Yayasan Ar-Radhiyyah
5. Yayasan Mula Shadra Bogor Jawa Barat
6. Yayasan An-Naqi
7. Yayasan Al-Qurba
8. Yayasan YAPI Bangil Jawa Timur
9. Yayasan Al-Itrah Jember Jawa Timur
10. Yayasan Rausyan Fikr Jogjakarta
11. Yayasan Babiem Jember Jawa Timur
12. Yayasan Muthahhari Bandung Jawa Barat
13. YPI Al-Jawad Bandung Jawa Barat
14. Yayasan Muhibbin Probolinggo
15. Yayasan Al-Mahdi Jakarta
16. Yayasan Madinatul Ilmi Depok Jawa Barat
17. Yayasan Insan Cita Prakarsa Jakarta
18. Yayasan Asshidiq Jakarta
19. Yayasan Babul Ilmi Bekasi Jawa Barat
20. Yayasan Az-Zahra Jakarta
21. Yayasan Al Kazhim Jakrta
22. Yayasan Al Baro’ah Tasikmalaya Jawa Barat
23. Yayasan 10 Muharrom Bandung Jawa Barat
24. Yayasan As Shodiq Bandung Jawa Barat
25. Yayasan As Salam Majalengka Jawa Barat
26. Yayasan Al Mukarromah Bandung Jawa Barat
27. Yayayasan Al-Mujataba Purwakarta Jawa Barat
28. Yayasan Saifik Bandung Jawa Barat
29. Yayasan Al Ishlah Cirebon Jawa Barat
30. Yayasan Al-Aqilah Tangerang Jawa Barat
31. Yayasan Dar Taqrib Jepara Jawa Tengah
32. Yayasan Al Amin Semarang Jawa Tengah
33. Yayasan Al Khoirat Jepara Jawa Tengah
34. Yayasan Al Wahdah Solo Jawa Tengah
35. Yayasan Al Mawaddah Kendal Jawa Tengah
36. Yayasan Al Mujtaba Wonosobo Jawa Tengah
37. Yayasan Safinatunnajah Jawa Tengah
38. Yayasan Al Mahdi Jember Jawa Timur
39. Yayasan Attaqi Pasuruan Jawa Timur
40. Yayasan Azzhra Malang
41. Yayasan Ja’far Asshodiq Bondowoso Jawa Tengah
42. Yayasan Al Yasin Surabaya Jawa Timur
43. Yapisma Malang Jawa Timur
44. Yayasan Al Hujjah Jember Jawa Timur
45. Yayasan Al Kautsar Malang Jawa Timur
46. Yayasan AL Hasyimm Surabaya Jawa Timur
47. Yayasan Al Qoim Probolinggo Jawa Timur
48. Yayasan al-Kisa’Bali
49. Yayasan Al Islah Makasar Sulawesi
50. Yayasan Fikratul Hikmah Makasar Sulawesi
51. Yayasan Sadra Makasar Sulawesi
52. Yayasan Pinisi Makassar Sulawesi
53. Yayasan Lentera Makassar Sulawesi
54. Yayasan Nurtsaqolain Sulawesi Selatan
55. Yayasan Shibtain Riau Sumatra
56. Yayasan Al Hakim Lampung Sumatra
57. Yayasan Pintu Ilmu Palembang Sumatra
58. Yayasan Ulul Albab Aceh Sumatra
59. Yayasan Amali Medan Sumatra
60. Yayasan Al Muntadzar Samarinda Kalimantan
61. Yayasan Arridho Banjarmasin Kalimantan
Nama Majlis Taklim
1. Majlis Taklim Ar-Riyahi
2. Majlis Taklim Ummu Abiha Jakarta
3. Majlis Taklim Al Bathul Jakarta
4. Majlis Taklim Haurah Sawangan Depok Jawa Barat
5. Majlis Taklim Al Idrus Purwakarta Jawa Barat
6. Majlis Ta’lim An-Nur Tangerang Jawa Barat
7. Majlis Taklim Al Jawad Tasikmalaya Jawa Barat
8. Majlis Ta’lim Al-Alawi Probolinggo Jawa Timur
Nama Ikatan Organisasi
1. Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI)
2. Ikatan Pemuda Ahlulbait Indonesia (IPABI)
3. Himpunan Pelajar Indonesia (HPI)Iran
4. Shafful Muslimin Indonesia
5. Ikatan Pelajar Indonesia di Iran (ISLAT)
6. Perkumpulan Ahlul Bait Indonesia (TAUBAT)
9. Ahlu Bait Indonesia (ABI), dll
Nama Centre dan Forum
1. Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta
2. Tazkiyah Jakarta
3. Al Hadi Jakarta
4. Al-Iffah Jember Jawa Timur
5. Forum Komunikasi Ahlul Bait (LKAB)
Nama Lembaga Pendidikan
1. SMA Plus Muthahhari Bandung dan Jakarta
2. Pendidikan Islam Al-Jawad
3. Islamic College for Advanced Studies
4. Sekolah Lazuardi dari Pra TK sampai SMP Jakarta
5. Sekolah Tinggi Madinatul Ilmu Depok Jawa Barat
6. Madrasah Nurul Iman Sorong Irian
7. Pesantren Al-Hadi Pekalongan
8. Pesantren YAPI Bangil Jawa Timur
Nama Penerbit Buku
1. Lentera
2. Pustaka Hidayah
3. Mizan
4. Yapi Jakarta
5. Al-Hadi
6. Al-Jawwad
7. Islamic Center Al-Huda
8. Muthahhari Press/Muthahhari Papaerbacks, dll
Nama Penulis
1. Alwi Husein
2. Muhammad Taqi Misbah
3. O.Hasyim
4. Jalaluddin Rakhmat
5. Muhsin Labib
6. Husein Al-Kaff
7. Sulaiman Marzuqi Ridwan
8. Dimitri Mahayana, dll
Nama Mahasiswa Qum Iran
1. Muhammad Taqi Misbah Yazdi
2. Euis Daryati, Mahasiswi S2 Jurusan Tafsir Al-Quran, Sekolah Tinggi Bintul Huda Qom. Ketua Fathimiah HPI 2006-2007.
3. Nasir Dimyati, S2 Jurusan Ulumul Quran Universitas Imam Khomeini Qom. Saat ini aktif di BKPPI.
4. Usman Al-Hadi, Mahasiswa S1 Jurusan Ulumul Quran Univ. Imam Khomeini Qom.
5. Abdurrahman Arfan, S1 Jurusan Ushul Fiqh di Jamiatul Ulum Qom, Republik Islam Iran.
6. M. Turkan, S1 Jurusan Filsafat & Irfan di Universitas Imam Khomeini Qom, Republik Islam Iran
7. Siti Rabiah Aidiah, Mahasiswi di Jamiah Bintul Huda, Qom, Jurusan Ulumul Quran.
8. Muchtar Luthfi, Ketua Umum Himpunan Pelajar Indonesia (HPI) di Republik Islam Iran periode 2006-2007, Sekjen Badan Kerjasama Perhimpunan Pelajar Indonesia (BKPPI) se-Timur Tengah dan Sekitarnya.
9. Herry Supryono, Mahasiswa S1 Fiqh dan Maarif Islamiyah di Madrasah Hujjatiyah Qom, Republik Islam Iran.
10. Saleh Lapadi, asal Sorong, alumni YAPI Bangil, Sekarang menempuh S2 di Qom Iran, pimred islat (islam alternatif)
11. Afifah Ahmad, Mahasiswi S1, Jurusan Maarif Islam di Jamiatul Bintul Huda, Qom Republik Islam Iran
12. Emi Nur Hayati Ma’sum Said, Mahasiswi S2 Jurusan Tarbiyah Islamiyah & Akhlak di Universitas Jamiah Azzahra, Qom-Iran
13. A. Luqman Vichaksana S1 Jurusan Filsafat & Irfan di Universitas Imam Khomeini Qom, Republik Islam Iran
14. Ammar Fauzi Heryadi, mahasiswa Jurusan Filsafat & Irfan di Universitas Imam Khomeini Qom, Republik Islam Iran.
Alumnus Qum Iran
1. DR. Abdurrahman Bima, Alumni dari Hawzah Ilmiah Qom, judul desertasi “Pengaruh Filsafat dalam Konsep Politik Khomeni”.
2. DR. Khalid Al-Walid, Alumnus dari Hawzah Ilmiah Qom, judul desertasi “Pandangan Eskatologi Mulla Shadra”
3. Muhsin Labib, Alumnus Hauzah Ilmiah Qom, Republik Islam Iran. Kandidat Doktor Filsafat Islam di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ali Ridho Al-Habsy cucu dari Habib Ali Kwitang, tahun 1974.
5. Umar Shahab, tahun 1976
6. Syamsuri Ali
7. Jalaludin Rahmat
8. Ahmad Barakbah
• Tahun 1990 M : 50 Mahasiswa Indonesia belajar di Qom Iran
• Tahun 1999 M : Jumlah lulusan lebih dari 100 orang
• Tahun 2001 M : 50 mahasiswa melanjutkan kuliah S2 di Qom
• Tahun 2004 M : 90 mahasiswa melanjutkan kuliah S2 di Qom
• Dr. Ali Maskan Musa ketua NU wilayah Jawa Timur belum lama ini berkunjung ke Iran dan dia melihat ada sekitar 7000 pelajar Indonesia, 300 diantaranya di Qom Iran. Sebagian ada yang mendapatkan beasiswa penuh dari pemerintah Iran, sedangkan sisanya dibawah tanggungan para ulama Qom.
• Setiap tahun direkrut 300 mahasiswa Indonesia ke Iran
Nama Majalah
1. Majalah Syi’ar
2. Majalah Al-Huda
3. Majalah Al-Hikmah
4. Majalah Al-Musthafa
5. Majalah Al-Mawaddah
6. Majalah Harian Al-Quds
7. Majalah Al-Tanwir
8. Majalah Al-Jawwad
9. Majalah Al-Ghadir
10. Majalah Babim, dll
Nama Radio dan Televisi
1. IRIB (Radio Iran siaran bahasa Indonesia)
2. Hadi TV, tv satelite (haditv.com)
3. TV Al-Manar, Libanon, dpt diakses sejak April 2008, bekerja sama dengan INDOSAT
4. Myshiatv.com
5. Shiatv.net
6. Radio Silaturahmi (RASIL 720 AM) Jakarta
Nama Website
• http://abatasya.net
• http://www.jalal-center.com
• http://www.fatimah.org
• http://www.icc-jakarta.org
• http://www.ahl-ul-bait.org
• http://www.islammuhammadi.com/id/
• http://ahmadsamantho.wordpress.com
• http://www.islamalternatif.net
• ICAS (icas-indonesia.org)
• Islamfeminis.wordpress.com
• http://www.wisdoms4all.com/ind/
• Yapibangil.org
• Alitrah.com
Nama Blog
• Ahmad Samontho http://ahmadsamantho.wordpress.com/
• Anak bangsa http://umfat.wordpress.com/
• blog Ahlul Bait http://www.aimislam.com/links.html
• Cahaya ISLAM http://abuaqilah.wordpress.com/
• cinta Rasul http://cintarasulullah.wordpress.com/
• Eraalquran http://eraalquran.wordpress.com/
• GENCAR AHLULBAYT NUSANTARA http://musadiqmarhaban.wordpress.com/
• Haidarrein http://haidarrein.wordpress.com/
• Hikmah Islam http://farterh04.wordpress.com
• ICC http://www.icc-jakarta.com/
• Info syiah http://infosyiah.wordpress.com/
• ISLAM FEMINIS http://islamfeminis.wordpress.com/
• Islam syiah http://islamsyiah.wordpress.com/
• Jakfari http://jakfari.wordpress.com/
• Lateralbandung http://lateralbandung.wordpress.com/
• Luthfis http://luthfis.wordpress.com/
• Luthfullah http://luthv.wordpress.com/
• Ma’ashshadiqin http://comein.blogs.friendster.com/
• Madinah Al-hikmah http://madinah-al-hikmah.net/
• Nargis http://mashumah.wordpress.com/
• Pak Jalal http://www.jalal-center.com/
• Ressay http://ressay.wordpress.com/
• Pelita zaman http://www.pelitazaman.blogspot.com/
• Sahib Al-Zaman http://haidaryusuf.wordpress.com/
• Suara keadilam http://iwans.wordpress.com/
• TASNIM http://eurekamal.wordpress.com/
• Telaga Hikmah http://www.telagahikmah.org/id/index.php
• Wahabisme http://wahabisme.wordpress.com/
• Musa http://musakazhim.wordpress.com/
• Ahlulbayt http://keluargaabi.wordpress.com/
• dsb, masih banyak lagi
Ritual
1. Peringatan Maulid Nabi
2. Peringatan Idul Ghadir
3. Pelaksanaan ritual Shalat Iedain
4. Pelaksanaan ritual Lailatul Qadr
5. Peringatan Asyura.
6. Taqiyah
7. Majlis Doa Kumail, malam Jumat.
8. Ghadir Khum
Mukhtamar
Mukhtamar III
Ikatan Jamaah Ahlu Bait Indonesia (IJABI) di Sulawesi, 28 Februari – 1 Maret
2008 dihadiri oleh seribu peserta dai Indonesia. Bertindak sebagai pembicara
adalah Syaikh Muhammad Salak, wakil Majma’ Ahlul Bait Teheran, Ayatullah DR.
Sayyed Muhammad Musawi, pimpinan ahlul bait London, Jalaluddin Rachmat Ketua
Dewan Syurah Ijabi Indonesia.
• Tanggal didirikan 1 Juli 2000 di Bandung, Jawa Barat
• Pendiri : Jalaluddin Rachmat, Dimitri Mahayana, Hadi Suwastio
• Ketua Dewan Syura : Jalaluddin Rachmat
• Ketuhan Pelaksana: Dimitri Mahayana
• Kebanyakan pengikut mereka dari kalangan pelajar
• Di tahun 2008 M
1. IJABI merupakan organisasi Syi’ah satu-satunya yang resmi
2. Tersebar di 33 propinsi
3. Anggotanya 5 juta orang, menurut pengakuan Jalaludin (tapi ini taqiyah)
Islamic Cultural Centre (ICC) Jakarta
Pendiri: Haidar Bagir, Jalaluddin Rakhmat, Umar Shahab
Direktur: Muhsin Hakimullah
Alamat : . Buncit Raya Kav. 35 Pejaten Barat Jakarta 12510
PO.BOX 7335 jkspm 12073 Telp.: 021-7996767 Faks.: 7996777
Yayasan Al Itrah Bagil Jawa Timur
• Tahun didirika: 1996 M
• Ketua: Ali Ridho Assegaf
• Wakil Ketua: Muhammad Baqir
• Sekertaris: Zaid Alaydrus
• Kegiatan Pendidikan:
1. Taman Kanak-kanak “al-Abrar”
2. Sekolah Dasar “Mitra Ilmu” dan telah dikunjungi oleh mentri pendidikan Iran saat dalam kunjungannya ke Indonesia.
3. SMP “Yapi”
4. Ma’had “Yapi”
Yayasan Az-Zahra Malang Jawa Timur
• Kegiatan pendidikan, Madrasah Al-Kautsar dari tingkat dasar sampai menengah.
• Membangun komplek perumahan seluas puluhan hektar
Sumber : www.muslim.or.id,www.asysyariah.com,
www.abna.ir, www.moslemsunnah.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar