Kitab Syi'ah Melaknat dan Mengafirkan Abu Bakar, Umar dan 'Aisyah
Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah, Rabb pencipta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah
kepada baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang diutus
sebagai rahmat bagi semesta alam. Semoga salam dan shalawat juga
dilimpahkan kepada keluarga dan para sahabatnya, serta siapapun yang mencintai
mereka dengan sebenarnya.
Sesungguhnya
kebencian Syi'ah kepada para sahabat Nabi, khususnya Abu Bakar, Umar, Utsman,
Aisyah dan lainnya tidaklah diragukan lagi. Dengan berbagai alasan yang mereka
buat-buat, mereka berani melawan ketetapan Al-Qur'an yang telah jelas-jelas
memuliakan mereka. Al-Qur'an menerangkan bahwa Allah telah meridhai mereka,
menjanjikan surga-Nya bagi mereka, dan menyatakan dengan gamlang bahwa mereka
sebagai umat yang mulia. Allah Ta'ala berfirman,
وَالسَّابِقُونَ
الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ
بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ
الْعَظِيمُ
"Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang
muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (QS.
Al-Taubah: 100)
لَقَدْ
رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ
فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ
فَتْحًا قَرِيبًا
"Sesungguhnya
Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia
kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka
lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka
dengan kemenangan yang dekat (waktunya)." (QS. Al-Fath: 18)
Dalam
ayat lain, Allah memuji para sahabat Nabi yang telah masuk Islam sebelum Fathu
Makkah, begitu juga yang masuk Islam sesudahnya. Kemudian Allah menjelaskan
bahwa yang masuk Islam sebelum Fathu Makkah lebih baik dan lebih utama, namun
semuanya dijanjikan kebaikan.
لَا
يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ أُولَئِكَ
أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا وَكُلًّا
وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
"Tidak
sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum
penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang
menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada
masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan." (QS. Al-Hadid: 10)
Lebih
luas lagi, Allah memuji seluruh sahabat beliau dari kalangan Muhajirin dan
Anshar secara keseluruhan. Kemudian Dia menjelaskan bahwa orang-orang beriman
sesudah mereka adalah orang-orang yang senantiasa mendoakan kebaikan untuk
mereka dan memintakan ampun untuk mereka. Bukan sebaliknya, yang selalu
melaknat dan mencela mereka di pagi dan sore hari. Allah Ta'ala berfirman:
وَالَّذِينَ
جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا
الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا
لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
"Dan
orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa:
"Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian
dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya
Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang"." (QS. Al-Hasyr: 10)
Allah
telah memilih mereka untuk menemani Nabi dan utusan-Nya dalam menyebarkan
risalah Islam. Mereka berjuang bersama Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wasallam dengan mengorbankan jiwa raga sehingga Allah memanggil kembali
utusan-Nya. Dan tidaklah Islam tersebar ke penjuru dunia kecuali juga melalui
mereka. Karenanya sangat pantas setiap orang Islam untuk mendoakan kebaikan dan
memintakan ampun untuk mereka.
Memang
di antara mereka ada yang melakukan kesalahan karena pribadi mereka memang
tidak maksum dari dosa. Tetapi satu hal yang harus diingat bahwa mereka
memiliki kebaikan yang sangat banyak. Bahkan kesabaran dan keteguhannya dalam
beriman bersama Nabi serta menolong beliau sudah cukup untuk menebus
kesalahan-kesalahan tersebut. Karenanya, kesalahan mereka lebih berhak
dimaafkan dan diampuni oleh Allah daripada kesalahan bapak-dan ibu kita. Dan
inilah madhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Hal
ini sangat berbeda dengan keyakinan Aqidah Syi'ah yang menjadikan laknat dan
cela atas sahabat sebagai sarana meningkatkan keimanan yang seolah-olah mereka
diciptakan untuk mencela. Dalam aqidah Syi'ah, mencaci dan menghina sahabat
menjadi tiket utama untuk masuk ke surga. Dan terhadap orang-orang yang
mencintai sahabat Nabi, Syi'ah mengkafirkan dan menghalalkan darahnya.
“Keyakinan
Aqidah Syi'ah: Menjadikan laknat dan cela atas sahabat sebagai sarana
meningkatkan keimanan yang seolah-olah mereka diciptakan untuk mencela.”
Ni'matullah
al-Jazairi (seorang ulama Syi'ah) dalam kitabnya Al-Anwar al-Nu'maniyah,
II/307 menukilkan sebuah riwayat dari al-Shaduq, ia bertanya kepada Abu Abdillah,
''Apa pendapat Anda tentang membunuh seorang Nashib (Ahlus Sunnah)?'' Ia
menjawab, "Darahnya halal (boleh membunuhnya), tapi aku khawatir atas
keselamatan kamu. Jika kamu bisa, robohkan dinding atasnya atau kamu
tenggelamkan dia ke dalam air supaya tidak bisa memberikan kesaksian (yang
memberatkan) atasmu, maka lakukanlah." Aku bertanya lagi, "Apa
pendapat Anda dalam hartanya?" Ia menjawab, "Ambillah hartanya
semampumu."
Berikut
ini kami nukilkan beberapa keterangan tentang aqidah Syi'ah terhadap para
sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, khususnya Abu Bakar
al-Shiddiq, Umarbin Khathab, Utsman bin 'Affan, Ali bin Abi Thalib, dan 'Aisyah
radliyallaahu 'anhum dalam kitab-kitab mereka:
1.
Muhammad al-Tuursiirkani, dalam
kitabnya La-aliul Akhbar, IV/92 menyebutkan doa-doa yang
berisi laknat terhadap Abu Bakar, Umar, dan sahabat lainnya serta istri-istri
Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam. "Ya Allah laknatlah Umar, lalu
Abu Bakar dan Umar, lalu Ustman dan Umar, lalu Mu'awiyah dan Umar, lalu Yazid dan
Umar, lalu Ibnu Ziyad dan Umar, lalu Ibnu Sa'ad dan Umar, lalu bala tentaranya
dan Umar. Ya Allah, laknatlah 'Aisyah, Hafshah, Hindun, Ummu Hakam, dan
laknatlah orang-orang yang ridha dengan perbuatan mereka hingga hari
kiamat."
2. Ahmad al-Ahsa'i dalam kitabnya al-Raj'ah,
hal. 12, ketika menjelaskan tentang perjalanan Imam Mahdi, bahwa dia (Imam
Mahdi) akan menegakkan had atas Abu Bakar dan Umar serta 'Aisyah. Dan
dikatakan,
فَإِذَا
أَتَى الْمَدِيْنَةَ أَخْرَجَ اللاتَ وَالْعُزَّى فَأَخْرَقَهُمَا
"Dan
apabila dia memasuki Madinah, dia akan mengeluarkan berhala Lata dan Uzza, lalu
membakarnya." (yang dimaksud Lata dan Uzza di sini adalah Abu Bakar
dan Umar).
3.
Ni'matullah al Jazairi dalam
kitabnya al-Anwar al-Nu'maniyah, III/53 menfitnah Abu Bakar radliyallaahu
'anhu telah bersujud kepada berhala.
وَلَا
تَعْجَبْ مِنْ هَذَا الْحَدِيْثِ فَإِنَّهُ قَدْ رُوِيَ فِي الْأَحْبَارِ
الخَّاصَّةِ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ كَانَ يُصَلِّي خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ وَالصَّنَمُ
مُعَلَّقٌ فِي عُنُقِهِ، وَسُجُوْدُهُ لَهُ
"Dan
janganlah heran dengan hadits ini, karena sesungguhnya telah diriwayatkan dalam
beberapa hadits khusus bahwa Abu Bakar pernah shalat di belakang Rasulullah
sambil mengalungkan berhala di lehernya, dan sujudnya itu kepada berhala."
4.
Ali al-Hara-iri dalam kitabnya Ilzam
al-Nashib fii Itsbaat al-Hujjah al-Ghaib, II/266 menyebut Abu
Bakar dan Umar sebagai Fir'aun dan Hamman.
"Al-Mufadhall
bertanya, 'Wahai tuanku, siapakah Fir'aun dan Hamman itu?' Sang Imam menjawab,
'Abu Bakar dan Umar'."
(Kalau
memang ini benar, kenapa Rasulullah tidak pernah menjelaskan semua ini, padahal
beliau dibimbing oleh wahyu? Apakah para Imam Syi'ah lebih pintar dari Nabi shallallaahu
'alaihi wasallam.-penulis).
"Al-Mufadhall
bertanya, 'Wahai tuanku, siapakah Fir'aun dan Hamman itu?' Sang Imam menjawab,
'Abu Bakar dan Umar'." (dari
kitab Syi'ah Ilzam al-Nashib fii Itsbaat al-Hujjah al-Ghaib)
5.
Al-Kaf'ami dalam kitabnya al-Mishbah,
hal. 552 menyebutkan doa yang berisi laknat terhadap Abu Bakar dan Umar yang
dinamakan dengan Doa Shanamai Quraisy (Doa atas dua berhala Quraisy).
Dia menyebutkan bahwa doa ini diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radliyallaahu
'anhu.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَالْعَنْ صَنَمَيْ قُرَيْشٍ وَجِبْتَيْهَا
وَطَاغُوْتَيْهَا وَإِفْكَيْهَا وَابْنَتَيْهِمَا اللَّذَيْنِ خَالَفَا أَمْرَكَ
وَأَنْكَرَ وَحْيَكَ
"Ya
Allah limpahkan shalawat untuk Muhammad dan keluarga Muhammad, dan laknatlah
dua berhala Quraiys, dan kedua jibt dan thaghutnya (maksudnya: syetan yang
disembah selain Allah-Pent), kedua tukang dustanya, dan kedua putrinya yang
telah menyelisihi perintah-Mu dan mengingkari wahyu-Mu.. . . (dan seterusnya yang berisi penghinaan dan laknat atau
kutukan atas keduanya).
6.
Yusuf al-Bahrani dalam Lu'luah
al Bahraini, yang ditahqiq oleh Sayyid Muhammad Bahr al-'Ulum, hal. 133
menyebutkan bahwa syaikh/ulama mereka kerjaannya melaknat dan mencaci
Syaikhaini (Abu Bakar dan Umar) serta orang-orang yang mengikuti jalan mereka
dengan terang-terangan. Ini menjadi kegemaran dan kebiasaannya.
7.
Al-Majlisi dalam kitabnya Mir'ah
al-'Uqul, Juz 26, hal. 488 meneyebutkan riwayat dari Abu Abdillah
tentang tafsir QS. Al-Fushilat: 29:
وَقَالَ
الَّذِينَ كَفَرُوا رَبَّنَا أَرِنَا الَّذَيْنِ أَضَلَّانَا مِنَ الْجِنِّ
وَالْإِنْسِ نَجْعَلْهُمَا تَحْتَ أَقْدَامِنَا لِيَكُونَا مِنَ الْأَسْفَلِينَ
"Dan
orang-orang kafir berkata: "Ya Tuhan kami perlihatkanlah kami dua jenis
orang yang telah menyesatkan kami (yaitu) sebagian dari jin dan manusia agar
kami letakkan keduanya di bawah telapak kaki kami supaya kedua jenis itu
menjadi orang-orang yang hina"."
Dia
(Abu Abdillah) berkata, "keduanya." Kemudian berkata, "Dan si
fulan adalah syetan."
Maksud
perkataan Abu Abdillah, "keduanya" adalah Abu Bakar dan Umar.
Sedangkan "fulan" adalah Umar, yaitu jin yang disebutkan dalam ayat
adalah Umar. Dan dinamakan dengannya karena dia itu syetan, baik karena dia itu
sekutu syetan karena termasuk anak zina atau dia suka berbuat makar dan menipu
sebagaimana syetan. Ada penafsiran lain, bahwa maksud fulan adalah Abu Bakar.
(Maka
perhatikan dengan seksama, apakah mungkin Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi
Wasallam rela menikahi putri seorang yang memiliki sifat seperti ini?
kedustaan Syi'ah sudah tidak bisa dimaafkan lagi,- Redaksi)
8.
Al-Majlisi dalam Bihar al
Anwar hal 235: menuliskan kalimat laknat atas Abu Bakar dan
menggolongkannya sebagai salah satu Ahli Tabut yang akan kekal dalam kerak api
neraka bersama Fir’aun dan lainnya.
9.
Muhammad bin Umar al-Kasyi, dalam
kitabnya Rijal al-Kasyi, 61: Dari Abu Ja'far 'alaihis salam, bahwa
Muhammad bin Abi Bakar membai'at Ali 'alaihis salam untuk berlepas diri
dari bapaknya karena dia kafir. Dalam riwayat lain dia (Muhammad bin Abu Bakar)
menyatakan bahwa bapaknya di neraka.
10.
Muhammad bin Ya'kub al-Kulaini dalam
kitabnya al-Ushul min al-Kaafi, kitab al Hujjah, I/373, hadits no. 4,
menukilkan sebuah riwayat yang disandarkan kepada Abu Abdillah: "Tiga
orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak akan
disucikan, dan bagi mereka adzab yang pedih: Orang yang mengaku berhak imamah
dari Allah yang bukan haknya, dan orang yang menentang imamah dari Allah, dan
orang yang meyakini bahwa mereka berdua (Abu Bakar dan Umar) termasuk orang
Islam."
.
. . upaya Taqrib antara Ahlus Sunnah dan Syi'ah tidak mungkin tewujud dengan
baik sebelum kaum Syi'ah meninggalkan ajaran batil mereka yang mencaci,
mengutuk, dan mengafirkan mayoritas sahabat Nabi . . .
Penutup
Dari
kitab-kitab yang menjadi rujukan sekte Syi'ah di atas membuktikan bahwa orang
Syi'ah telah mengafirkan sahabat Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam
yang mulia, yaitu Abu Bakar al-Shiddiq dan Umar bin al-Khathab. Mereka
memandang baik perbuatan mencela dan mengutuk serta melaknat keduanya. Padahal
Ahlus Sunnah meyakini keduanya sebagai manusia termulia sesudah Nabinya. Dengan
demikian upaya Taqrib antara Ahlus Sunnah dan Syi'ah tidak mungkin
tewujud dengan baik dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah sebelum
kaum Syi'ah meninggalkan ajaran-ajaranya yang batil, di antaranya mencaci,
mengutuk, dan mengafirkan mayoritas sahabat Nabi, lalu menuju pemahaman Islam
yang telah diamalkan Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam dan para
sahabatnya. Wallahu Ta'ala A'lam.
Ciri-Ciri Pengikut Syiah
Ciri-ciri pengikut Syiah sangat
mudah dikenali, kita dapat memperhatikan sejumlah cirri-ciri berikut:
- Mengenakan songkok hitam dengan bentuk tertentu. Tidak seperti songkok yang dikenal umumnya masyarakat Indonesia, songkok mereka seperti songkok orang arab hanya saja warnanya hitam.
- Tidak shalat jum’at. Meskipun shalat jumat bersama jamaah, tetapi dia langsung berdiri setelah imam mengucapkan salam. Orang-orang akan mengira dia mengerjakan shalat sunnah, padahal dia menyempurnakan shalat Zhuhur empar raka’at, karena pengikut Syiah tidak meyakini keabsahan shalat Jum’at kecuali bersama Imam yang ma’shum atau wakilnya.
- Pengikut Syiah juga tidak akan mengakhiri shalatnya dengan mengucapkan salam yang dikenal kaum Muslimin, tetapi dengan memukul kedua pahanya beberapa kali.
- Pengikut Syiah jarang shalat jama’ah karena mereka tidak mengakui shalat lima waktu, tapi yang mereka yakini hanya tiga waktu saja.
- Mayoritas pengikut Syiah selalu membawa At-Turbah Al-Husainiyah yaitu batu/ tanah yang digunakan menempatkan kening ketika sujud bila mereka shalat tidak di dekat orang lain.
- Jika anda perhatikan carany berwudhu maka anda akan dapati bahwa wudhunya sangat aneh, tidak seperti yang dikenal kaum Muslimin.
- Anda tidak akan mendapatkan penganut Syiah hadir dalam kajian dan ceramah Ahlussunnah.
- Anda juga akan melihat penganut Syiah banyak-banyak mengingat Ahlul Bait; Ali, Fathimah, Hasan dan Husein radhiyallahu anhum.
- Mereka juga tidak akan menunjukkan penghormatan kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, mayoritas sahabat dan Ummahatul Mukminin radhiyallahu anhum.
- Pada bulan ramadhan penganut Syiah tidak langsung berbuka puasa setelah adzan maghrib; dalam hal ini Syiah berkeyakinan seperti Yahudi yaitu berbuka puasa jika bintang-bintang sudah nampak di langit, dengan kata lain mereka berbuka bila benar-benar sudah masuk waktu malam. (mereka juga tidak shalat tarwih bersama kaum Muslimin, karena menganggapnya sebagai bid’ah).
- Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menanam dan menimbulkan fitnah antara jamaah salaf dengan jamaah lain, sementara itu mereka mengklaim tidak ada perselisihan antara mereka dengan jamaah lain selain salaf. Ini tentu tidak benar.
- Anda tidak akan mendapati seorang penganut Syiah memegang dan membaca Al-Qur’an kecuali jarang sekali, itu pun sebagai bentuk taqiyyah (kamuflase), karena Al-Qur’an yang benar menurut mereka yaitu al-Qur’an yang berada di tangan al-Mahdi yang ditunggu kedatangannya.
- Orang Syiah tidak berpuasa pada hari Asyura, dia hanya menampilkan kesedihan di hari tersebut.
- Mereka juga berusaha keras mempengaruhi kaum wanita khususnya para mahasiswi di perguruan tinggi atau di perkampungan sebagai langkah awal untuk memenuhi keinginannya melakukan mut’ah dengan para wanita tersebut bila nantinya mereka menerima agama Syiah. Oleh sebab itu anda akan dapati;
- Orang-orang Syiah getol mendakwahi orang-orang tua yang memiliki anak putrid, dengan harapan anak putrinya juga ikut menganut Syiah sehingga dengan leluasa dia bisa melakukan zina mut’ah dengan wanita tersebut baik dengan sepengetahuan ayahnya ataupun tidak. Pada hakikatnya ketika ada seorang yang ayah yang menerima agama Syiah, maka para pengikut Syiah yang lain otomatis telah mendapatkan anak gadisnya untuk dimut’ah. Tentunya setelah mereka berhasil meyakinkan bolehnya mut’ah. Semua kemudahan, kelebihan, dan kesenangan terhadap syahwat ini ada dalam diri para pemuda, sehingga dengan mudah para pengikut Syiah menjerat mereka bergabung dengan agama Syiah.
Kesimpulannya, cirri-ciri mereka sangat banyak. Selain yang kami sebutkan
di atas masih banyak cirri-ciri lainnya, sehingga tidak mungkin bagi kita untuk
menjelaskan semuanya di sini. Namun cara yang paling praktis ialah dengan
memperhatikan raut wajah. Wajah mereka merah padam jika anda mencela Khomeini
dan Sistani, tapi bila anda menghujat Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan
Hafshah, atau sahabat-sahabat lainnya radhiyallahu anhum tidak ada
sedikitpun tanda-tanda kegundahan di wajahnya.
Akhirnya, dengan hati yang terang Ahlussunnah dapat mengenali pengikut
Syiah dari wajah hitam mereka karena tidak memiliki keberkahan, jika anda
perhatikan wajah mereka maka anda akan membuktikan kebenaran penilaian ini, dan
inilah hukuman bagi siapa saja yang mencela dan menyepelekan para sahabat Nabi shallallahu
alaihi wasallam dan para ibunda kaum Muslimin radhiyallahu anhunn
yang dijanjikan surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita memohon
hidayah kepada Allah untuk kita dan mereka semua. Wallahu a’lam
Sumber : www.voa-islam.com, www.lppimakassar.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar